Dilema

624 56 0
                                    

Mira turun dari Rush putih milik Nusa, mengambil kotak kardus besar yang berisi kue ulang tahun untuk Sheyla di kursi tengah.

"Sini aku yang bawa, Ra," kata Nusa.

"Terima kasih," kata Mira sembari memindahkan kotak kardus itu ke tangan Nusa. Dia beralih mengambil kotak kado yang sudah dia siapkan untuk Sheyla.

Mereka berdua memasuki rumah orang tua Nusa, terus masuk ke halaman belakang yang kini sudah disulap menjadi garden party untuk acara ulang tahun Sheyla. Tamu yang hadir dipenuhi dengan wajah-wajah manis remaja SMA, seperti kata Nusa sebelumnya kalau Sheyla hanya mengundang teman sekelasnya yang berjumlah sekitar 40 anak.

"Bang, ini yang datang anak SMA semua lho. Aku tua banget dong disini," kata Mira.

"Hahaha. Iya paling tua, tapi juga yang paling cantik," kata Nusa.

"Dasar tukang gombal."

Meskipun hanya kalimat gombalan, pipi Mira bersemu hangat. Nusa meletakkan kotak kardus itu di meja tengah, membuka bungkusnya dan mengeluarkan isinya. Kue tart cantik bertema unicorn, dan yang pasti berwarna pink, terpampang cantik di atas meja. Sheyla yang menyadari kehadiran kakaknya bersama dengan Mira, segera berjalan mendekat.

.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

"Hai, Kak Ra," sapa Sheyla mencium pipi Mira.

"Hai, Sheyla. Happy Birthday," kata Mira sambil menyerahkan kado.

"Terima kasih sudah mau datang, Kak. Dan kuenya, astaga! Cantik sekali," puji Sheyla.

"Kue ini hanya pemanis, Shee. Kamulah yang paling cantik hari ini,"

"Wah, Mira sudah datang," kata Pak Widodo, ayah Nusa.

"Selamat sore, Om, Tante," kata Mira memberi salam. Mira menciun tangan Pak Widodo dan memeluk hangat Bu Santi, ibu Nusa. Dia sudah lama mengenal orang tua Nusa, kadang Mira mengunjungi mereka saat hari raya.

"Apa kabar, Mira?" tanya Bu Santi.

"Baik, Tante. Terima kasih atas undangannya," jawab Mira.

"Ah, iya. Kami semua senang sekali kamu bisa datang. Lihatlah, Pak! Cantik sekali kan Mira. Andai saja dia bukan pacarnya Ryan, sudah ibu jadikan menantu dari dulu," goda Bu Santi.

"Ah, Tante bisa saja. Abang Nusa terlalu baik kalau harus jadi suami Mira, Tan," kata Mira malu-malu, hatinya berdebar keras mendengar pengakuan Bu Santi.

Tapi seketika debaran hatinya berubah menjadi kesakitan yang luar biasa. Andaikan saja orang tua Ryan yang berkata seperti itu, pasti kebahagiaannya akan lebih berlipat ganda. Namun, jangankan keinginan untuk melamar, bertemu dengan orang tua Ryan saja hanya sekali setahun saat hari raya. Ryan terlalu takut untuk mengatakan kalau Mira adalah putri Pak Wahyu, begitu pula sebaliknya. Salah satu halangan dalam kisah cinta mereka, mereka menyembunyikan kebenaran dari orang tua mereka.

PAINFUL LOVE [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang