Maaf

1.5K 87 5
                                    

Bu Risa tergopoh-gopoh membuka lemari pakaian milik Mira, kemudian memasukkan beberapa potong pakaian ke dalam tas travel berukuran sedang. Hatinya diliputi kecemasan saat mendengar kabar bahwa putri semata wayangnya harus dirawat di rumah sakit.

Setelah kejadian tadi siang, Mira jatuh pingsan lagi saat berada di toko Nusa, suhu badannya meningkat. Nusa segera membawa Mira ke rumah sakit, dan dokter memutuskan Mira harus mendapatkan perawatan yang lebih intensif. Nusa menghubungi Vina dan Bu Risa, mengabarkan bahwa Mira harus di rawat di rumah sakit.

"Ayo, Ma! Belum selesai siap-siapnya?" tanya Pak Wahyu.

"Sudah, Pa. Ayo berangkat!" kata Bu Risa membawa tas jinjingnya.

Pak Wahyu membawa tas travel yang berisikan perlengkapan ganti untuk Mira. Mereka berdua bergegas menuju mobil. Setelah memastikan semua tak ada yang tertinggal, Pak Wahyu mengemudikan mobil menuju rumah sakit tempat Mira dirawat.

Sekitar 15 menit, mobil Fortuner hitam itu memasuki halaman parkir rumah sakit. Pintu kaca terbuka otomatis saat Pak Wahyu dan Bu Risa memasuki lobby. Terlihat Vina sudah menanti kedatangan mereka berdua.

"Om Wahyu! Tante Risa!" panggil Vina saat melihat kedua orang tua Mira.

Pak Wahyu dan Bu Risa bergegas menghampiri Vina. Vina memeluk Bu Risa, dan mencium tangan Pak Wahyu.

"Di sebelah mana kamarnya Mira?" tanya Bu Risa.

"Di lantai 3, Tan. Ayo!" ajak Vina sambil menekan tombol lift.

Pintu terbuka dan mereka bertiga masuk ke dalam lift. Vina menekan tombol angka 3, pintu menutup dan lift mulai bergerak naik. Vina dan kedua orang tua Mira keluar setelah pintu terbuka. Vina memimpin mereka menuju kamar tempat Mira dirawat.

Vina membuka pintu kamar VIP 1, terlihat Nusa sedang duduk di samping ranjang Mira. Dia berdiri saat melihat Vina telah kembali bersama Pak Wahyu dan Bu Risa.

"Om, Tante," sapa Nusa mencium tangan keduanya.

"Bagaimana kabar Mira? Apa kata dokter?" tanya Bu Risa. Ia mendekati Mira, mengelus lembut wajah pucat putrinya.

"Dugaan dokter sementara infeksi saluran pencernaan, Tante. Tapi masih butuh pemeriksaan lebih lanjut, dan juga terapi psikiater," jawab Nusa, berhati-hati saat menyebut kata psikiater.

"Psikiater? Kenapa?" tanya Pak Wahyu.

"Sebenarnya Mira sedang dalam keadaan stres, Om. Itulah yang menyebabkan sakitnya bertambah parah. Selain obat-obatan medis, dia juga butuh bantuan psikiater untuk mengobati stresnya," jawab Nusa menjelaskan.

"Kamu ada masalah apa, Nak? Kenapa kamu menyembunyikannya dari mama?" tanya Bu Risa pada Mira yang masih memejamkan matanya.

Bu Risa duduk di samping ranjang Mira. Hatinya pilu melihat keadaan putrinya yang masih belum sadarkan diri.

"Maafkan mama, Sayang. Harusnya mama lebih perhatian dengan kamu. Harusnya mama bisa lebih mengerti kamu. Kamu putri kecil mama, selamanya akan jadi putri kecil mama," kata Bu Risa mulai menangis.

"Sabar, Ma. Ini bukan salah kamu," kata Pak Wahyu menenangkan istrinya.

"Mama sudah gagal jadi ibu, Pa. Ibu mana di dunia ini yang bahkan tidak tahu kalau putrinya sedang menanggung beban berat. Aku..tidak pantas disebut ibu."

"Sudah, sudah. Kamu harus kuat supaya Mira juga kuat. Kita akan cari solusinya sama-sama."

Tangis Bu Risa terhenti saat Mira tiba-tiba menyentuh tangannya. Mira membuka mata perlahan, menatap wajah orang-orang di sekitarnya.

PAINFUL LOVE [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang