Ikatan

688 69 0
                                    

"Hati yang terluka ibarat cermin yang dipecahkan. Akan selalu ada retakan meskipun disatukan"

--Miranda--


Ryan menatap bayangan dirinya di cermin, tangannya mencengkeram tepi meja rias. Pikirannya kalut, ingin sekali melarikan diri dari tempat ini. Sore ini acara pertunangannya dengan Vivian akan dilaksanakan. Beberapa awak media lokal datang untuk meliput acara pertunangannya. Sebab, baru saat inilah Vivian akan memperkenalkan kekasihnya kepada seluruh dunia. Dan Ryan sangat yakin, sebentar lagi, beritanya akan sampai ke telinga Mira.

"Sayang, kita harus keluar sekarang!" ajak Vivian.

Ryan menatap Vivian, tersenyum lembut, menghalau kegusaran dalam hatinya. Vivian menggandeng tangan Ryan. Mereka berjalan berdampingan menuju tempat resepsi pertunangan. Tampak hingar bingar tamu undangan yang sebagian besar adalah keluarga dan kerabat dekat, memenuhi ballroom hotel yang telah mereka sewa untuk acara ini. Kedua pihak keluarga juga sudah duduk di barisan paling depan.

Begitu Vivian dan Ryan menaiki panggung, sorotan lampu kamera dari para wartawan tak henti mengabadikan momen kebersamaan mereka.

"Senyum, Sayang! Jangan merusak acara kita!" perintah Vivian sambil berbisik, dia tetap menjaga senyumnya di depan sorotan kamera.

Ryan menghirup nafas dalam, menyuguhkan senyuman manis untuk para pencari berita dan tamu undangan.

Setelah melewati beberapa sambutan dari kedua pihak keluarga, sampailah di acara inti yang sedari tadi sudah dinanti. Ryan mengambil cincin pertunangan untuk Vivian, dan memakaikannya ke jari manis Vivian. Begitu pula sebaliknya, Vivian mengambil dan melingkarkan cincin itu ke jari manis Ryan. Kini, hubungan mereka telah resmi dalam sebuah ikatan pertunangan, selangkah lebih dekat ke pelaminan.

Acara pertunangan itu ditutup dengan acara ramah tamah. Ucapan selamat berdatangan dari setiap tamu undangan yang telah hadir, turut berbahagia atas kelancaran acara pertunangan Ryan dan Vivian. Ryan dan Vivian pun tak henti menyunggingkan senyum hangat untuk para tamu. Namun, meskipun senyum terus tersungging dari bibirnya, hati Ryan masih terus diliputi kekalutan, seolah akan ada bencana besar yang tengah menanti dirinya.

"Maafkan aku, Ra. Sungguh maafkan aku," batin Ryan.

Berkali-kali kalimat itu ia lantunkan dalam hati, berharap hatinya tidak segelisah ini. Ryan merasa berdosa telah melukai hati kekasihnya, namun keadaan sama sekali tak berpihak padanya. Dia harus segera menikahi Vivian. Dan keputusannya itu, berdampak sangat buruk pada keadaan Mira.

***

Pukul 7 malam, semua pegawai Sun Bakery sedang berbersih karena toko akan segera tutup satu jam lagi. Vina dan Mira tengah berkutat dengan rincian penjualan toko hari ini, menghitung keuntungan toko yang semakin hari semakin naik.

"Oke, Vin. Hari ini keuntungan kita naik tiga persen dari kemarin," kata Mira sembari menutup buku besarnya.

"Oke, klop. Sudah sama," kata Vina memberikan segepok uang yang telah dia hitung dari meja kasir.

Mira menerima uang itu dan kemudian memasukkannya ke dalam amplop coklat. Amplop itu nantinya akan disimpan dalam brangkas besinya, dan setiap kamis Mira akan pergi ke bank untuk melakukan setoran agar uang itu tersimpan aman di rekening milik tokonya.

Vina berdiri dari kursinya, menguap sambil meregangkan tubuhnya. Tangannya meraih ponsel, memeriksa pesan yang sedari tadi luput dari perhatiannya. Dia iseng melihat berita infotainmen, kaget melihat nama Vivian muncul di urutan teratas. Vina menekan layar ponselnya yang disusul munculnya berita tentang Vivian.

PAINFUL LOVE [COMPLETE]Where stories live. Discover now