8. Aku Dan Aku

Mulai dari awal
                                    

Airin nampak biasa saja, dirinya sudah menjadi langganan ibu BK. Ya, ruangan anti dimasuki oleh orang-orang good namun tidak dengan orang brandal seperti Airin dan teman lainnya.

Terdengar helaan nafas dari seorang guru perempuan, siapa lagi kalau bukan Bu Sri. Guru lainnya hanya menggelengkan kepalanya saat mengetahui kelakuan empat anak di depannya.

Airin, dan Farhan dkk. Airin sama sekali tak menunjukkan rasa takut, dirinya duduk anteng menikmati dinginnya AC di dalam ruangan ini.

"Kalian semua kenapa selalu bikin ulah, hah?!" sentak Bu Sri yang kehilangan kesabarannya, "kalian udah berapa kali masuk BK? Kalian ini baru kelas 10, kalo nyampe kelas 12 berapa banyak kalian bolak-balik masuk sini! Saya heran dengan kalian. Airin! Berapa kali kamu masuk sini?!"

Airin menatap Bu Sri santai. "Kalo gak salah bulan ini udah ke 11 kalinya bu!" jawabnya sembari mengingat.

Bu Sri menggelengkan kepalanya heran. "Farhan, Davit, Gani! Berapa kali?!"

Farhan mendongak. "Bulan ini 5 kali bu!" jawabnya dilanjutkan Gani, "7 kali bu," ujarnya masih memandang ujung sepatunya, "3 kali bu!" tambah Davit mengakhiri.

"Kalian ini sudah anak Sma, bukan anak tk lagi yang menyelesaikan masalah dengan berkelahi! Apa dengan berkelahi semuanya akan selesai? Tidak! Jadi saya mohon untuk kalian perbaiki diri kalian! Lalu, apa masalah kalian sampai bisa berkelahi, apalagi kamu Airin! Bulan kemarin kamu juga sekali masuk sini karena bikin teman kamu pingsan!"

"Asap gak akan ada kalo gak ada api!" jawabnya tanpa takut, "dan mengapa saya melakukan itu? Karena bukan kemauan saya, melainkan anak kebanggan ibu yang selalu bikin saya kehilangan kesabaran. Apa ibu tau? Bulan kemarin saya di skors satu minggu, ibu salahkan saya, dan tidak mau mendengarkan penjelasan saya, padahal ibu sendiri tidak tahu kebenarannya, bukan? Tapi ibu belain orang yang salah! Apa pernah ibu mempertimbangkan suatu masalah jika ada hubungannya dengan saya?" Airin sudah kehilangan kesabarannya, nafasnya tidak teratur.

Beberapa guru dibuat cengo dengan keberanian Airin. "Dan kenapa saya berantem hari ini, tanyakan pada 3 orang ini, silahkan anda percaya atau tidak dengan 3 orang ini, saya harap anda tidak percaya, saya pastikan 3 orang ini akan mengada-ngada kebenarannya," ujarnya memandang 3 temannya dengan tatapan membunuh, Airin mengeluarkan smirk lalu meringis kala melihat 3 temannya ini hanya diam membelenggu.

"Tapi perbuatanmu tidak benar Airin, kamu ini perempuan, setidaknya berusaha untuk diam dan tidak memperbesar masalah!" Lagi-lagi Bu Sri selalu menyalahkan dirinya, dia tersenyum tidak percaya.

"Jika diamku tak mampu membuatnya diam, maka terpaksa fisik ku lah yang akan membuatnya diam tanpa berkutik!" pungkas Airin penuh penekanan lalu keluar tanpa pamit dan menutup pintu cukup keras yang membuat orang di dalamnya tersentak kaget.

Inilah jika singa tidur dibangunkan dengan cara yang tak pernah diinginkan.

Airin lelah dengan semua ini, dia berjalan menuju kelasnya, saat dia memasuki kelasnya banyak pasang mata yang memandangnya sinis, saat ini Airin ingin sekali meludah didepan wajah mereka semua.

Dia menatap balik dengan tatapan datarnya, dia beranjak ke tempat duduknya lalu mengambil tas serta skeaboard-nya. Tanpa banyak kata dia beranjak keluar kelas, tepat di tengah pintu dirinya berhenti dan berbalik, dia melihat Tiara yang sedang menatapnya, Airin menyunggingkan senyum kepada Tiara lalu berkata terima kasih tanpa mengeluarkan suaranya. Terlihat Tiara membalas senyum darinya, Tiara pun mengepalkan tangannya ke udara sembari mengucapkan semangat yang diangguki oleh dirinya.

Sudut Rasa (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang