3. Kedua Kalinya

211K 21.1K 2.5K
                                    

Dentuman musik terdengar sangat keras. Orang-orang sampai harus berteriak jika ingin suaranya didengar oleh lawan bicaranya.

Gemerlap lampu disko ikut mengambil alih untuk meramaikan suasana. Di bawahnya, orang-orang sedang menari dengan riangnya seolah tidak ada beban hidup yang mereka tanggung. Dengan menari dan meminum minuman beralkohol itulah orang-orang melupakan masalah hidupnya.

Queenzie duduk di sofa dengan Stella, Cassie, dan Clara. Kenzo baru saja pergi dengan pacarnya. Mungkin sedang menari atau mencari kamar. Queenzie tidak peduli. Yang terpenting, sepupunya itu kembali jika sudah waktunya pulang.

Queenzie menyilangkan kakinya anggun. Matanya terus memperhatikan Cassie yang sedang bercerita menceritakan pencapaiannya minggu ini yang berhasil kencan dengan salah satu aktor pendatang baru. Sesekali bibirnya tersenyum manis membalas sapaan orang-orang yang menyapanya. Sebagian besar orang dalam bar ini mengenal Queenzie karena mereka adalah teman-teman Kenzo.

“Setelah lo berhasil kencan sama dia, apa target lo selanjutnya? Jadi pacar dia atau nyari target lain?” tanya Queenzie. Gelas yang berada dalam genggamannya dia dekatkan pada bibirnya lalu menenggak isinya sampai habis.

Cassie tertawa keras mendengar pertanyaan Queenzie. Queenzie memang sangat mengenalnya. Mereka berempat saling mengetahui keburukan masing-masing, tapi tidak ada yang berniat menjauh. Queenzie bersyukur meskipun teman-temannya tidak bisa dikatakan baik, tapi mereka tidak munafik.

“Nyari target yang lain lah. Gue suka tantangan dan dia adalah tantangan yang udah gue taklukin. So, gak ada alasan buat gue deket sama dia lagi.” Cassie tersenyum miring mengingat laki-laki berwajah angkuh yang sempat mengabaikannya sekarang malah bucin padanya. Sayangnya, Cassie sudah tidak tertarik lagi dengannya.

Stella berdecak kesal. “Jangan main sama artis deh, nanti lo kena skandal!” ucapnya mengingatkan. Sebagai orang yang paling berpengalaman, tentu dia tahu laki-laki dengan profesi apa saja yang aman untuk dipermainkan dan yang tidak.

“Noh dengerin kata sang ahli!” Clara ikut bersuara.

Cassie mengedikkan bahu tidak peduli. “Dia bukan tipe artis penebar sensasi. Percintaannya juga gak pernah dipublikasi. Gue yakin kali ini gue aman.” Cassie tersenyum manis. Tangannya meraih gelas berisi cairan berwarna merah di atas meja lalu meneguknya dengan sensual. Pandangannya menatap lurus pada seorang laki-laki yang juga sedang menatapnya.

“Gue cabut dulu. Ada target.” Cassie menyambar tasnya lalu pergi meninggalkan ketiga temannya.

Queenzie memutar bola matanya jengah. Semakin malam, teman-temannya pasti akan berkurang satu persatu. Entah untuk pulang atau turun ke lantai dansa.

“Lo gimana, Zie? Gak mau nyari pacar? Gue punya temen, lagi jomblo juga. Siapa tahu kalian cocok.”

Queenzie yang sedang memperhatikan Cassie dan target barunya langsung menoleh mendengar pertanyaan Clara.

“Temen lo ustad, gak? Kalau temen lo ustad, gue mau.”

Mulut Clara terbuka lebar. Apa tidak salah Queenzie bertanya seperti itu padanya? Clara memang punya kenalan ustad, tapi sudah tua dan beristri tiga.

“Lo gila tanya kayak gitu sama gue? Tempat tongkrongan gue aja disini, bukan di masjid. Teman-teman gue juga pasti gak beda jauh sama lo berdua.” Clara menatap Queenzie dan Stella bergantian.

“Gak usah kalau gitu. Bokap gue nyarinya menantu yang sholeh.”

“Lo beneran nyari laki-laki yang sholeh?” tanya Stella dengan wajah serius membuat Queenzie seolah mendapat secercah harapan.

Queenzie mengangguk antusias. “Iya. Lo punya kenalan?”

“Punya. Noh lagi jualan odading.” Stella langsung menyemburkan tawa setelah mengatakan itu. Clara pun ikut tertawa padahal dia juga tertipu karena sempat mengira Stella punya kenalan ustad.

Hello, Mas Dosen! (TERBIT) Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon