27. Lega

157K 17.4K 1.3K
                                    

Queenzie berjalan dengan santai. Langkahnya anggun bak model yang sedang berjalan di atas catwalk. Bunyi ketukan dari boot high heels yang dia kenakan seolah menyadarkan orang-orang di sekitarnya tentang kedatangannya. Karena saat Queenzie lewat, semua pasang mata tertuju padanya. Baik laki-laki maupun perempuan, mereka memperhatikan Queenzie dari atas sampai bawah. Siapapun pasti kagum melihat penampilan Queenzie yang serba branded dari atas sampai bawah. Belum lagi postur tubuh yang tinggi semampai dan wajah cantik hasil kolaborasi antara aktor sejuta pesona dan idola kampus.

Segala bentuk tatapan mereka berikan untuk Queenzie. Mulai dari tatapan kagum sampai tatapan iri. Tatapan kagum diberikan para lelaki dan tatapan iri diberikan para perempuan. Itu sudah menjadi hal wajar.

Banyak perempuan yang menganggap Queenzie sebagai saingan mereka padahal Queenzie tidak merasa sedang bersaing dengan siapapun. Kemarin memang Queenzie menganggap Kinar adalah saingannya, tapi tidak untuk sekarang. Queenzie tidak akan maju jika Dhaffi tidak menginginkannya. Melihat penolakan Dhaffi beberapa hari ini, itu sudah menunjukkan langkah apa yang harus Queenzie ambil. Dia tidak mau menyakiti hatinya sendiri dengan menaruh perasaan pada orang yang tidak punya perasaan padanya.

Awalnya Queenzie memang ingin menaklukkan Dhaffi karena meskipun Dhaffi tidak ramah, tapi dia peduli. Namun, perlakuannya akhir-akhir ini membuat Queenzie berubah pikiran. Dhaffi tidak peduli lagi padanya. Bahkan dia tega menolak permintaan Queenzie berkali-kali. Sikapnya yang lebih memilih Kinar membuat Queenzie semakin yakin untuk berhenti menaruh perhatian lebih pada Dhaffi. Dihitung mulai dari kemarin, di mata Queenzie Dhaffi hanyalah dosennya dan tetangganya. Tidak lebih.

Queenzie berjalan menuju kantin. Teman-temannya pasti sudah menunggunya disana. Mungkin hanya Stella yang belum berangkat karena Stella tadi tidak ikut nimbrung di obrolan grup yang berisi Queenzie, Stella, Kenzo, dan Calvin. Jika Stella sudah berangkat pasti cewek itu memberitahu posisinya pada Queenzie agar Queenzie segera menghampirinya.

Queenzie memelankan langkahnya saat melihat gerombolan orang-orang di depannya. Yang membuat aneh adalah adanya Kenzo diantara mereka. Kenzo termasuk orang yang tidak peduli pada urusan orang lain jadi saat Kenzo ada diantara mereka itu berarti penyebab terjadinya gerombolan itu ada hubungannya dengan Kenzo.

Queenzie segera menghampirinya. Dia masuk ke dalam gerombolan orang-orang itu sampai tubuhnya bisa berdiri di samping Kenzo.

“Ada apaan, sih?” tanya Queenzie penasaran. Dia masih belum mengerti apa yang terjadi. Yang pasti ada Calvin di tengah lingkaran orang-orang itu.

Kenzo yang tadi berdiri santai dengan bersedekap dada langsung menoleh. “Biasa. Si Calvin lagi laris. Gue jadi penasaran dia ke dukun mana.” Kenzo memasang tampang serius seolah sedang memikirkan sesuatu.

Queenzie mengerutkan dahi, belum paham dengan jawaban Kenzo. “Maksudnya?”

“Si Calvin ditembak lagi sama junior,” jawab Kenzo malas. Dia merasa pamornya kalah karena semakin banyak penggemar Calvin dari pada penggemarnya. Padahal Kenzo merasa lebih ganteng dirinya dari pada Calvin. Sepertinya dia harus kembali berguru pada papanya dan memperdalam ilmu crocodile-nya setelah ini.

Queenzie langsung mengalihkan pandangan pada Calvin yang terlihat seperti kebingungan dan seorang cewek yang seperti memohon-mohon dengan membawa surat dan juga coklat.

“Lo udah ngasih gue coklat tiap hari. Sekarang lo ngasih gue coklat lagi? Lo mau gigi gue ompong?” Calvin terlihat frustasi menghadapi cewek di depannya. Rambutnya yang dia tata dari subuh sampai acak-acakan karena ulah tangannya sendiri.

“Aku akan terus ngirim coklat sampai Kakak mau balas pesanku,” kekeuh cewek itu dengan tatapan berani.

Calvin mengacak rambutnya yang kesekian kalinya. “Pesan mama minta pulsa aja gak gue bales apalagi pesan lo yang cuma ngucapin selamat pagi, siang, sore, malem. Gue gak sekurang kerjaan itu,” balas Calvin sok sibuk padahal kerjaannya setiap hari hanya bermain dan rebahan.

“Kak... Aku suka sama Kakak. Aku pengen Kakak balas perasaanku,” ucap junior yang bernama Safira itu dengan sungguh-sungguh.

“Heh! Gue juga suka Kendall Jenner, tapi gue gak minta dia balas perasaan gue kayak yang lo lakuin ini.” Calvin benar-benar tidak habis pikir. Sudah dikerubungi orang seperti ini, tapi cewek di depannya masih saja berani menyatakan perasaannya. Padahal dia masih maba, sedangkan yang mengerubunginya sekarang adalah seniornya.

“Kalau Kakak gak bisa balas perasaanku, seenggaknya datang ke ulang tahunku besok. Aku mohon...” Safira menyerahkan amplop yang Queenzie kira surat ternyata undangan ulang tahun.

“Gak bisa. Gue besok ada rapat bahas masalah negara.” Calvin enggan menerima undangan itu.

Queenzie yang tidak tega melihat wajah murung Safira pun maju.

Ucapan Calvin barusan membuat mata cewek itu berkaca-kaca.

“Terima aja, Vin! Lo masa tega nolak undangan dia? Dia udah beraniin kayak gini demi lo, seenggaknya hargain perjuangan dia,” bisik Queenzie.

Calvin menatapnya ragu.

Please... Dia pasti seneng kalau lo datang. Dosa lo udah banyak, sekarang giliran lo nyari pahala dengan nyenengin dia di hari ulang tahunnya.” Queenzie memasang tampang memohon. Dia benar-benar tidak tega saat melihat wajah kecewa Safira. Mungkin karena Queenzie juga baru saja dikecewakan jadi dia bisa merasakan apa yang Safira rasakan.

Calvin menghela nafas. Dia mengambil undangan yang diberikan Safira.

“Ya udah gue dateng. Lo mau kado apa?” putus Calvin.

Wajah Safira berubah cerah. Senyumnya melebar dengan tatapan berbinar. Dia sangat bahagia mendengar ucapan Calvin meskipun dia tahu Calvin setuju datang ke ulang tahunnya karena Queenzie.

“Kakak gak usah bawa kado. Kakak datang aja aku udah seneng.”

Calvin manggut-manggut. “Bagus deh.”

Safira mengulurkan coklatnya lagi ke depan Calvin. “Terima coklat ini juga, Kak.”

Calvin menghela nafas lalu mengambil coklatnya juga. “Kalau gigi gue sakit, gue aduin lo ke nyokap gue.”

Safira tertawa. Meskipun Calvin terlihat kesal, tapi kesalnya itu terlihat menggemaskan di matanya.

“Aku permisi dulu, Kak,” pamit Safira yang diangguki oleh Calvin.

“Terima kasih, Kak,” ucap Safira saat melewati Queenzie.

Queenzie mengangguk dengan tersenyum.

“Siapa lagi yang mau kencan sama Calvin? Dia lagi pre order nih!” teriak Kenzo menyindir.

Calvin langsung menggeplak kepalanya. “Lo kira gue barang?”

Queenzie tertawa. “Kenzo kesel karena dia kalah pamor sama lo.”

“Ya elah, Ken! Ambil aja cewek itu tadi! Tuker sama Queenzie deh,” ucap Calvin enteng.

Queenzie menatapnya tajam dengan berkacak pinggang. “Maksud lo apa ngomong kayak gitu? Lo kira gue barang yang bisa dibarter?”

“Canda, Beb. Nanti gue tukar pakai mahar.”

Calvin hendak merangkul bahu Queenzie, tapi urung saat matanya tidak sengaja bertatapan dengan mata tajam Dhaffi.

“Kampret! Selain suka ngambil nyawa orang, dia juga suka melotot sekarang,” umpat Calvin dalam hati.

Dhaffi sedari tadi memantau mereka dari jauh. Dia penasaran dengan hubungan Calvin dan Queenzie yang sebenarnya. Itu karena dia terpengaruh dengan apa yang dia lihat kemarin saat ke rumah Queenzie. Dia mengira Queenzie juga menyukai Calvin, tapi saat melihat Queenzie yang tenang-tenang saja melihat Calvin didekati cewek lain tanpa sadar membuat hati Dhaffi sedikit lega. Seperti ada rongga dalam hatinya setelah dari kemarin hatinya sesak melihat kemesraan Queenzie dan Calvin.

💄💋💄💋

Hello, Mas Dosen! (TERBIT) Where stories live. Discover now