5. Iblis Cantik

203K 20.8K 1.2K
                                    

Queenzie terbangun saat merasakan mual di perutnya. Dia segera berlari menuju kamar mandi yang entah kenapa letaknya berbeda dengan kamar mandi di kamarnya. Warna pintunya pun tidak sama. Namun, Queenzie mengabaikan kebingungannya itu dulu karena yang terpenting sekarang dia ingin mengeluarkan semua yang berada dalam perutnya.

“Huek... Huek...”

Hanya ada cairan yang keluar dari mulut Queenzie. Badan Queenzie terasa lemas. Kepalanya berdenyut-denyut sakit padahal dia nanti ada kuliah siang.

“Huek...”

Rasa mualnya belum juga hilang padahal Queenzie sudah memuntahkan semua isi perutnya.
Dhaffi yang baru selesai mandi bisa mendengar suara Queenzie yang sedang muntah-muntah. Dia menggeleng-gelengkan kepala tidak habis pikir.

“Udah tahu efeknya kayak gitu, kenapa masih minum, sih?” gumamnya.

Dhaffi berpakaian dengan cepat lalu menghampiri kamar yang sedang ditempati Queenzie. Dia berlari menuju kamar mandi saat mendengar suara muntahan Queenzie tidak berhenti-berhenti.

“Kamu tidak apa-apa?” tanya Dhaffi membuat Queenzie mendongakkan kepalanya. Dia menatap Dhaffi dari pantulan cermin yang berada di depannya. Jujur saja, Queenzie cukup terkejut dengan keberadaan Dhaffi.

“Gapapa.”

Mulutnya seolah tidak bisa diajak bekerja sama karena setelah mengucapkan itu, Queenzie malah memuntahkan cairan lagi. Dia merasa perutnya benar-benar kosong sekarang.

Dhaffi melangkah masuk berniat menghampiri Queenzie yang sedang menunduk di depan wastafel. Namun, suara Queenzie membuat langkah Dhaffi berhenti.

“Kamu mau ngapain?” tanya Queenzie dengan dahi berkerut. Mereka masih saling menatap lewat pantulan cermin.

“Mau bantu mijat tengkuk kamu,” jawab Dhaffi ragu. Baru kali ini dia seberani ini dengan perempuan. Dhaffi seperti ini bukan karena dia menyukai Queenzie, tapi karena di dalam dirinya ada keinginan untuk membuat Queenzie meninggalkan dunia malam yang memang tidak baik untuknya.

“Gak usah! Nanti kamu jijik lihat aku muntah-muntah. Aku udah gapapa kok.”

Queenzie membasuh wajahnya dengan air. Dia merasa sedikit membaik setelah memuntahkan cairan dalam perutnya.

Queenzie membalikkan badannya yang membuatnya langsung berhadapan dengan Dhaffi. Dia memegangi pelipisnya karena sakit di kepalanya belum juga hilang. Dhaffi yang melihat itu pun membantu Queenzie dengan merangkul pundak Queenzie dan membawanya ke sofa.

Sakit di kepalanya membuat Queenzie tidak bisa melakukan apapun selain menyandarkan tubuhnya di punggung sofa dengan memejamkan mata. Untuk berpikir dimana dirinya dan kenapa ada Dhaffi bersamanya pun tidak terpikirkan oleh Queenzie.

“Saya ambilkan makan sama obat sakit kepala dulu,” ucap Dhaffi sebelum pergi. Queenzie pun mengangguk pelan. Tidak berani menggerakkan kepalanya secara berlebihan karena takut kepalanya copot. Wajar Queenzie bisa berpikir seperti itu karena kepalanya memang sangat sakit sampai membuat Queenzie berniat melepaskan kepalanya saja berharap sakitnya juga bisa ikut hilang.

Beberapa saat kemudian, Dhaffi datang dengan membawa nampan yang berisi makanan, minuman, dan juga obat sakit kepala untuk Queenzie. Dia sedang menjalankan perannya sebagai tetangga yang baik dan mengubah pandangan Queenzie terhadapnya. Dhaffi tahu kalau Queenzie menganggapnya tetangga tidak ramah karena Queenzie mengungkapkan keluhannya itu saat sedang mabuk kemarin.

“Makan dulu.”

Ucapan Dhaffi itu membuat Queenzie kembali membuka matanya. Dia menegakkan tubuhnya kembali. Bibirnya membentuk senyuman tipis lalu menerima piring yang disodorkan Dhaffi.

Hello, Mas Dosen! (TERBIT) Where stories live. Discover now