Thirty One

13 2 0
                                    

Don't forget to vomment
selamat menikmati ceritanya
______________

Ana berjalan memasuki kamarnya seraya mengusap keningnya yang masih terasa sakit. Bibir mungilnya terus mengucapkan sumpah serapah untuk adik terlaknatnya, Ren.

"Dasar Ren nyebelin." Ana menghempaskan tubuhnya ke atas tempat tidur.

Baru beberapa menit dia berbaring, ia kembali bangkit dan berjalan menuju balkon kamarnya. Di tatapnya balkon kamar yang tepat berada di seberang kamarnya yang sudah gelap.

"Dia udah tidur rupanya," gumam Ana.

Namun sedetik berikutnya balkon kamar di seberangnya kembali terang dan nampaklah sang pemilik kamar yang sedang berdiri di sana seperti dirinya.

Tubuh Ana membeku seketika, jantungnya berdegup dengan kencang melihat wajah yang sudah lama tak dijumpainya. Di tambah lagi, kenyataan bahwa orang itu juga menatap dirinya membuat desiran aneh di dadanya kembali muncul, pipinya pun mulai terasa panas.

Ia tidak tau kenapa semua itu terjadi pada dirinya, padahal sebelumnya mereka sering bertemu di balkon hanya untuk sekedar mengobrol dan menceritakan banyakbhal dengan diselingi canda tawa. Tapi sekarang, semuanya berbeda. Menatap matanya saja rasanya Ana tidak sanggup. Selain jantungnya yang sering berdegup tidak normal, hatinya pun sering kali berdenyut nyeri mengingat mereka tak lagi sedekat dulu.

"Gue kangen lo, Geo," ucap Ana sebelum dia membalikkan badan dan memasuki kamarnya.

Ia tak sanggup, rasanya dia ingin menangis saat melihat wajah Geo. Fakta bahwa Geo sudah memiliki kekasih membuat puing puing hatinya yang sudah hancur semakin hancur.

Baru saja di hendak membaringkan tubuhna di atas tempat tidur, tiba tiba seseorang membuka pintu kamarnya dengan kasar.

"Apaan sih Ren? bikin kaget aja, santai aja bisa kan?" omel Ana kesal.

"Makanya kalo di panggil tuh nyaut," ucap Ren.

"Emang lo manggil gue?" tanya Ana

"Nggak, gue manggil arwah arwah penunggu kamar lo," jawab Ren asal.

"Lo bisa bicara sama makhluk halus? wah hebat, belajar dari sapa lo?" tanya Ana seraya bertepuk tangan untuk mengapresiasi kehebatan adiknya.

pletak

Sebuah sandal swallow terbang mendarat masis dikepala Ana, membuat sang empunya mengaduh sakit.

"Awsss Ren bangke, benjol gue belum sembuh udah lo tambain aja," teriak Ana kesal.

"Bacot, udah ah cepet turun ada yang nyariin lo di bawah." Ren melangkahkan kakinya keluar dari kamar Ana.

Namun sedetik kemudian ia kembali melongokkan kepalanya ke kamar Ana dan berkata.

"Cowok, tapi bukan Geo," ucap Ren.

Ana mengernyitkan alisnya. "Cowok? siapa?" gumam Ana.

Dengan rasa penasaran yang menggebu, Ana beranjak keluar dari kamarnya dan melangkahkan kakinya menuju teras rumah dimana seseorang yang mencarinya sedang menunggu.

"Lo nyari gue?" tanya Ana pada seorang cowok yang berdiri me.belakanginya di teras rumah.

"Farel?" pekik Ana terkejut saat cowok itu membalik badannya.

"Hai." Farel melambaika tangannya pada Ana.

"Ngapain kesini?" tanya Ana.

"Gak ada, gue lagi males di rumah," kata Farel.

Sepasang Sepatu #EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang