sìp jèt

578 81 3
                                    

Mark pov

Pagi ini aku dan P'Vee kembali ke rumah sakit bersama nenek. Dokter Maki sudah menjadwalkan operasi hari ini dan karena ini bukan masa liburan jadi kami harus bergegas agar tak terlalu lama bolos kuliah.

"P' apa kau baik-baik saja?"

"Kurasa aku sedikit gugup, tapi karena Mark ada disini itu membuatku sedikit tenang." P'Vee tersenyum, ia meraih tanganku lalu menggenggamnya dan aku pun membalas senyumnya.

"Aku akan menunggumu disini."

"Katamu tadi butuh waktu berjam-jam, kau bisa kembali lebih dulu bersama nenek."

Aku menggeleng, "Aku tak akan bisa tenang meninggalkanmu."

"Kau akan kelelahan menunggu selama itu."

"Meskipun melelahkan tak ada yang bisa kulakukan selain hanya menunggumu."

"Ohhh Markkk.... Kau berkata begitu manis, kau sengaja menggodaku hmm...?"

"Siapa yang menggodamu?"

"Kau.. pembuat masalah... Kau membuatku sangat ingin menciummu saat ini." ia bergerak mendekatiku.

"P'Vee...ingatlah tempat!"

"Vee.. Kau sudah siap?" Sukurlah nenek datang menyelamatkanku dari kegilaan P'Vee.

"Iya nek." jawab P'Vee.

Perawat datang lalu mendorong kursi P'Vee kedalam ruang operasi. Aku duduk di ruang tunggu bersama nenek, namun nenek tak bisa menemaniku lama karena ia harus mengikuti kegiatan kakekku.

"Masa, nenek sangat ingin menemanimu tapi nenek harus pergi dulu, kabari nenek kalo butuh sesuatu."

"Baik nek, nenek hati-hati... Sampai jumpa nek." nenek pun pergi bersama sopirnya.

Aku membunuh waktu menunggu yang membosankan ini dengan memainkan game di ponselku hingga baterai habis. Lalu aku berganti mengambil ponsel P'Vee yang aku sita, aku menahan ponsel P' sejak kami memainkan kartu kemarin.

Karena P'Vee sudah memberiku kebebasan untuk membuka ponselnya, maka untuk pertama kalinya aku membuka galeri miliknya. Aku cukup terkejut melihat galeri miliknya, hanya ada beberapa gambar P'Vee, selain itu penuh dengan gambarku. Banyak diantaranya terlihat buruk dan memalukan, namun aku akan tetap membiarkannya menyimpan untuk dirinya sendiri karena P'Vee tak akan pernah memposting itu di media sosial.

Selanjutnya aku membuka media sosial miliknya, dia sudah lama tidak memposting apapun baik di facebook maupun ig. Ada beberapa chat baru di grup maupun pribadi dengan teman-temannya dan aku tak ingin membukanya, aku tak ingin masuk kesana.

Bosan melihat-lihat aku mencari game di ponsel P', aku memainkannya hingga baterai habis juga dan operasi P'Vee masih belum selesai.

##

Lebih dari 5 jam operasi akhirnya selesai, Mark yang ketiduran di bangku ruang tunggu dibangunkan dr. Maki.

Dokter memberitahunya kondisi sementara Vee dan mengatakan padanya bahwa Vee akan segera dipindahkan ke ruang rawat.

Setengah jam kemudian Vee telah pindah ke ruang rawat, ia duduk di ranjang dan masih merasakan kaki kirinya yang mati rasa, sedangkan Mark berada disampingnya.

"Mark, apakah dokter ada bilang kemungkinan berhasil atau gagalnya?"

"Kata dokter untuk pemulihan tulang bisa seratus persen, tapi untuk jaringan dan otot tergantung kondisi."

Vee mengangguk, "Mark, bagaimana kalo gagal?"

Mark mendekatkan wajahnya ke muka Vee, ia memberikan ciuman ringan dibibir Vee sebelum membuka mulutnya untuk bicara. Mark menempelkan dahi dan hidung mereka.

"Aku tak peduli, bahkan jika kau kehilangan kakimu... Aku akan jadi kaki untukmu P'"

Vee meraih tengkuk Mark, ia mencium bibirnya yang disambut Mark dengan senang hati. Mark membuka mulutnya, membiarkan Vee mencecap rasa manis darinya. Bunyi kecipak ciuman mereka terus beradu dengan suara detak jam dinding dan ac.

Nafas yang memburu ketika mulut saling melepas, meraup udara sebanyak mungkin sebelum mengulangi ciuman panas itu.

Mereka kembali melepas tautan saat membutuhkan oksigen. Meski mereka menginginkan lebih, hal itu tidak mungkin mereka lakukan mengingat kondisi saat ini.

"Mark, jangan menakutiku.. Aku akan pulih, agar aku bisa merawat dan menjagamu nanti."

##

Senin pagi Mark kembali ke Thailand, setelah hanya meninggalkan Vee dengan sebuah laptop dan buku-buku studi nya.

"Mark, bagaimana dengan ponselku?"

"Tidak ada."

"Bagaimana aku bisa menghubungi orang rumah, teman-temanku juga dosen?"

"Kau hanya bisa menghubungiku, tidak ada yang lain. Jangan coba-coba media sosial apapun juga."

"Kau begitu kejam!"

"Hanya padamu."

"Jika hanya kelompok temanku saja?" Mark menggeleng.

"Kenapa?"

"Aku cemburu." Vee tersenyum puas melihat betapa posesifnya Mark padanya.

Reconciled; Mechanic of loveWhere stories live. Discover now