sìp hâa

645 79 9
                                    

Vee pov

Sabtu ini aku tak punya kelas dan aku terlalu malas untuk keluar rumah. Sebenarnya Bar, Pond, juga Nuea mengajakku melanjutkan proyek kami, tapi aku mengabaikannya karena satu alasan...aku...sangat...malas.

Inginku di hari yang malas ini hanyalah meringkuk dengan Mark ku di kamar tapi Mark kemarin bilang mau mengerjakan tugas kelompok, jadi aku putuskan untuk membantu ayah di bengkel, sebelum Yoo mengacaukanku dengan modelnya.

Kebetulan motorku juga belum diperbaiki, inilah kesempatanku membenahi penampilan motor kesayanganku saat aku punya waktu luang. Meski aku tak tahu, apakah nanti masih bisa memakainya lagi atau tidak.

Ayah tengah memperbaiki mobil pelanggan dan dia bilang tak membutuhkan bantuan, jadi aku bisa fokus ke motorku.

Saat tengah asik membongkar motor, sebuah taksi terhenti tepat di depan rumah. Kupikir itu ibuku yang kembali dari pasar untuk belanja. Jadi aku menghiraukannya.

"P'Vee.. " itu suara Mark, aku membalikkan badanku.

"Mark.. " Aku terkejut dengan penampilannya. Mark datang dengan celana pendek dan kaus dilapis jaket, ia membawa sebuah tas punggung dan satu tangan memegang koper.

"Mark... Kau mau kemana?" tanyaku.

"Hallo ayah." Mark mengabaikanku dan lebih dulu memberi hormat pada mertuanya.

"Halo Mark. Anakku yang tampan akhirnya datang. Masuklah dulu ke rumah, ibumu ada di dalam." Mark tersenyum.

"Ayah, jika kau lupa...ibu pergi ke pasar." sahutku.

"Oh iya...ayah baru ingat. Kalo begitu.. Ajaklah dia masuk Vee."

Aku menatap Mark, "Kau mau kemana? Kenapa bawa koper?"

"P' tak bisakah kau menjaga penampilanmu?" lagi...? Dia mengabaikan pertanyaanku.

Aku melihat penampilanku, celana pendek dengan kaus singlet, "Apa yang salah? Aku masih tampan."

"Pee Vee... " aku tersenyum mendengar nada memohonnya yang kusukai. Aku membersihkan tanganku yang terkena oli, lalu berdiri perlahan dan mendekatinya.

"Apa yang salah dengan penampilanku hmm?"

"Tukang pamer!" umpatnya. Aku tersenyum lebar, dengan sengaja aku mengangkat kausku untuk lap wajahku. Mark segera menahan tanganku.

"Apa kau tak lihat dua gadis itu nyaris ngiler melihatmu?" ujar Mark dengan cepat dan setengah berbisik. Aku melirik dua gadis pelanggan yang mobilnya tengah diperbaiki ayah.

Aku mendekatkan mulutku ke telinga Mark, "Posesif eoh?"

Seketika wajah Mark memerah hingga ke telinga, membuatku tersenyum bahagia.

"Cepatlah mandi sana!" kata Mark ketus, mengalihkan rasa malunya.

"Aku belum selesai memperbaiki motorku.. Nah, kau belum menjawab pertanyaanku, kau mau kemana dengan koper itu? Apa kau akan tinggal disini bersamaku? Atau kau habis diusir?"

Mark menatapku tajam, entah apa salahku kenapa dia terlihat kesal, "Ckk!"

Mark lalu berbaling pada ayah, "Ayah... Bisakah aku membawa Pee pergi?"

Ayah mengangkat wajahnya dari mesin mobil lalu melihat Mark, "Bawalah jauh-jauh tak perlu kau kembalikan lagi."

"Ya ayah! Apa kau benar-benar ayahku? Bagaimana kau bisa membuang anakmu yang tampan ini?"

"Aku tak menyesal membuangmu jika bisa ditukar anak yang semanis Mark." Mark tertawa mendengar jawaban ayah.

"Ayah apa kau akan bertengkar dengan ayah Mark?"

"Bukankah itu tugasmu Vee?" Mark menepuk pundaku pelan, ia masih tertawa, aku memegang dahiku, ayahku benar-benar....

"Mark.. Abaikan ayah.. Kau mau mengajakku kemana?"

"Mmmm.... Ayo kita liburan!"

Aku mengangkat alisku, "Terdengar mencurigakan."

"Ayolah Pee... kita liburan hanya berdua dan malam ini kita bisa menginap."

"Katakan kemana dulu?"

"Nanti kau juga akan tahu... Cepat mandilah sana, atau kita akan tertinggal."

Aku tak tahu apa yang anak ini inginkan, ini terlalu mencurigakan, tapi tentu saja... aku tak akan mengecewakannya, aku akan mengikutinya dengan patuh kemana pun dia ingin aku pergi.

Aku segera membereskan peralatan juga part motor yang tadi sempat aku bongkar.

Aku membawa Mark masuk ke kamarku, dia bilang dia akan menyiapkan baju ganti milikku yang dia gabung dalam kopernya. Aku pun meninggalkan Mark dengan kesibukannya ke kamar mandi.

Selesai mandi aku tak melihat Mark di kamar, segera aku turun dan kudapati Mark tengah ngobrol dengan orang tuaku di meja makan.

"Apa yang kalian bicarakan?" tanyaku menyela obrolan mereka.

"Apalagi selain membongkar aibmu pada nong." jawab ayah. Mark dan ibu tertawa, ayah selalu senang menggodaku.

"Sepertinya ayah senang menistakan pria tampan ini." aku pura-pura kesal.

Mark masih tertawa, "Ayolah P' kalo kau sudah siap kita berangkat sekarang."

"Ok" Kami berpamitan pada orang tuaku.

"Mark tolong jaga Vee." kata ibuku pelan namun masih bisa kudengar.

Kami naik taksi, entah mau menuju ke mana aku hanya akan mengikuti Mark ku.

Dalam taksi.

"Pee... Ayo kita mainkan sesuatu!"

"Apa itu?" Mark mengeluarkan dua buah kartu, ia mengacaknya sebentar.

"Dua kartu ini satu king satu queen, siapa yang dapat king boleh memerintah queen dan queen harus mentaati."

"Mark ngasih perintahnya jangan yang aneh-aneh lho!"

"Pee berkata begitu seperti Pee sudah siap jadi queen." ledek Mark, membuatku menggusak kepalanya dengan gemas.

"Oke... Cepatlah mainkan." Aku segera mengambil kartu saat Mark menyodorkannya padaku.

"Mari kita buka dalam hitungan ke 3...1 2 3!"

"Owhh.. Kau sengaja kan Mark agar aku mendapat queen." Mark tersenyum lebar.

"Pee... Kau pria ku.. Kau pasti menjaga kata-katamu kan?" aku mengangguk dengan pasti.

"Khun... Sudah sampai." kata pengemudi.

Aku melihat kedepan, bukankah ini bandara? Aku berpaling ke nongku, ia menatapku dengan isyarat alisnya menyuruhku keluar. Kemana dia akan membawaku?


Reconciled; Mechanic of loveWhere stories live. Discover now