jèt

961 100 0
                                    

Mark pov

Bersama Fuse dan Kamphan aku berjalan menuju kantin, dari arah gedung teknik tahun ketiga kulihat P'Vee berjalan sendirian.

Aku berpamitan pada kedua temanku untuk pergi ke toilet dan meminta mereka untuk tak menungguku.

Aku tak pergi ke toilet seperti yang kukatakan, melainkan menguntit P'. Ya, aku menguntit P'Vee.

Terlihat seorang junior menyapa P'.

"P'Vee kau sendirian? kau mau kemana P'?"

"Temanku masih punya kelas, aku akan kembali nong."

"Oh kalo begitu hati-hati P'"

"Ya nong, belajarlah yang rajin."

Aku lihat P' masih sering tersenyum meski tidak pernah sampai matanya. Dia tidak pernah mengeluh tapi terlihat kesal, ia terus berjalan dengan tertatih dan kepayahan.

Luka di kakinya yang mengharuskannya menggunakan kruk pastilah mengganggunya. Semoga saja tidak ada yang buruk tentang itu.

P' sangat hati-hati ketika melewati anak tangga depan gedung, namun ia masih terpeleset dan jatuh di anak tangga terakhir.

"Sial!!" P' sangat kesal sampai membanting kruknya.

Kulihat tak ada orang disekitar, akupun menghampirinya. Tanpa mengatakan apapun ku ambil kruknya, lalu mengulurkan tangan membantunya berdiri.

P' melihat ke atas, ia nampak terkejut melihatku.

"Mark. "

Aku memapah P'Vee ke mobilku, aku tak peduli apa yang ia pikirkan saat ini. Ia juga tak mengatakan apapun, bahkan selama perjalanan hanya diam mengikutiku. Seolah membiarkanku membawanya pergi kemana saja.

Aku membawa P' kerumahnya, aku mengantarnya sampai kamar.

Di kamar P'Vee.

"Mark, terimakasih sudah mengantarku pulang."

"Err."

"Mark bisakah kita bicara Sebentar?"

"Apalagi yang ingin P' bicarakan?" tanya ku agak tajam.

"Mark, maafkan aku, aku sungguh minta maaf."

"Sudah... Hanya itu saja?" sinisku.

"Mark, kenapa kau seperti ini Padaku?" Tatapan P' sangat mengganggu kesehatan jantungku.

"Kenapa P' tanya padaku, memangnya aku harus seperti apa?!" aku masih dengan nada tinggiku. Aku hanya bisa melampiaskan rasa gugupku dengan marah.

"Mark, aku menyesal..." raut wajahnya membuat aku tak tega.

"P' tak punya kata lain?" Aku menunggu beberapa saat, namun P' justru terdiam.

"Aku kembali dulu P'" aku siap berbalik meninggalkan kamar P'.

"Mark, aku merindukanmu.. " Sial! kata ini membuatku mulai goyah. Debar jantungku semakin kencang.

"Ada lagi?" aku masih ingin bertahan.

"Mark, aku mencintaimu."

Hancur sudah, sudah kubilang bukan, tatapan P' selalu melelehkan otakku, ditambah apa yang baru saja ia katakan. Aku selesai.

Aku mendekat pada P', membungkukkan badanku didepannya dan mencuri ciumannya.

P'Vee membelalakkan matanya terkejut, namun detik kemudian ia tersenyum lalu menarikku ke pelukannya.

"Mark... "

"Kau jahat P'.."

"Maaf....aku salah, aku menyesal." ia mempererat pelukannya. Aku pun membalasnya.

Saat ia melonggarkan dekapannya, aku duduk disampingnya. Menyenderkan daguku di pundaknya.

Otakku kacau saat ini, aku masih marah dan kesal tapi aku juga ingin berdamai, aku terlalu lelah menyiman marah didadaku, lebih lagi saat kami jauh, atau tak dapat melihatnya. Itu menyakitiku.

"Aku belum memaafkanmu P'"

"Lalu kenapa kau tiba-tiba mau bicara denganku?"

"P'tak suka?"

"Sangat...aku sangat menyukainya. " Ku rasa ia tersenyum sangat lebar.

"Aku masih marah padamu P'"

"Aku tahu... kau boleh marah padaku Mark, tapi jangan mendiamkanku lagi. Aku tak akan sanggup bertahan jika kau terus diam seperti itu.Kau bisa memarahiku atau menyumpahiku. Katakan semua apa yang kau inginkan. Keluarkan semua marahmu padaku. Hanya tolong... Jangan abaikan aku, aku sedih.... Markkk... Auhhh! "

Aku menggigit pundak P'Vee, dia terlalu banyak bicara. Aku melepaskan diri dari pelukannya lalu menatapnya.

"Mark...."

Lihatlah wajahnya, ia merajuk tapi penuh godaan.

"Mark kau belum menjawabku, kenapa kau mau bicara lagi padaku?"

"Aku rindu.. " jawabku lirih, aku tak berani lagi menatapnya.

"Kau merindukanku?" aku mengangguk.

"Kau merindukanku saat aku Menghilang? " aku mengangguk lagi.

"Apa kau sedih saat aku terluka?"

"Yah.. "

"Apa kau juga merasa buruk saat orang-orang bicara buruk tentangku?"

"Hemm"

"Saat aku membuatmu terluka kau juga menyakitiku, tapi kau lebih menyakiti dirimu."

"Aku ingin kau merasakan sakitku juga P'"

"Baiklah... Apa kita sekarang berdamai?"

"Siapa yang berdamai?"

"Ohh.. Kau belum ingin berdamai tapi setidaknya sudah mau bicara padaku. Apa itu berarti kau memberiku kesempatan?" P'Vee mendekatkan wajahnya padaku, aku sulit menghindar karena terpojok.

"Kau pikirkan itu sendiri, tapi aku belum mempercayaimu."

"Aku akan buktikan padamu sampai kau percaya padaku lagi, sampai kau mau kembali padaku seperti dulu. Aku akan melakukan segalanya untuk membuktikan itu."

"Jangan sombong, ingat ucapanmu! " Aku menunjuk wajahnya, ia menangkap tanganku lalu menarikku kepelukannya lagi.

"Mark aku senang kau memberiku kesempatan. Terimakasih... Terimakasih Mark, karna kau tidak menyerah untuk mencintaiku."

Aku menyembunyikan wajahku yang terasa panas di bahu P'Vee. Aku rindu rasa bahagia ini.

Reconciled; Mechanic of loveDär berättelser lever. Upptäck nu