YinWar 0.3

170 22 5
                                    

Prom yang berjalan bersama Yin terkejut dengan penampilannya.

"Apa yang terjadi padamu? Wajah tampan yang biasa kau sombongkan sudah hancur. Hooligan mana yang berani memukulimu?" Ujarnya dengan nada penuh penghinaan.

"Tutup mulutmu! Aku tak ingin membicarakannya."

"Terakhir di kampus kau tak bilang akan pergi ke Jepang."

"Phi sialan itu mengacaukan pekerjaan. Membuatku terseret kemari. Lalu apa yang kau lakukan di sini?"

Prom tersenyum lebar. "Aku akan menemui masa depanku."

"Bajingan sepertimu! Kau selalu mengatakan hal yang sama tiap bertemu mangsa di bar."

"Kali ini lain. Aku serius."

Yin mencibir, "Bagaimana kau mengenalnya? Kau bahkan berburu sampai luar negeri."

"Kau tahu orang kuno? Kakekku membuat perjanjian dengan kakeknya, untuk menjodohkan kami."

"Idiot! Bukankah itu penipuan?!" Ucap Yin semakin sarkas.

Prom tersenyum, "Aku tak keberatan. Dia tak hanya tampan tapi juga imut."

"Ckk bagaimana bisa kau dibodohi kakek-kakek tua bau tanah itu?"

"Huhh kau lihat saja nanti!"

Yin mendorong Prom untuk menjauh, "Menyingkirlah. Ini kamarku."

"Kebetulan, aku di depanmu. Tak bisakah kita mengobrol dulu?"

"Tidak. Aku ingin istirahat."

"Ok. Kita bertemu nanti."

Yin mengangguk sebelum kemudian menghilang ke kamarnya.

*

War memakai set tuksedonya, ia bersiap menemui ayahnya di rumah mereka.

"Nak, kau pulang." sambut ibunya. Wanita berdarah Thailand itu tampak anggun mengenakan kimono bermotif bunga.

"Ya ma." War memeluknya sebentar. "Mama cantik."

"Ohh manisnya." Mama War tersenyum mendengar pujian putranya.

"Otousan mu sudah menunggu dari tadi. Temui dia dulu!"

"Mama tak ikut?"

Mamanya menggeleng, "Sepertinya ada hal penting untuk kalian bicarakan. Kau tak berbuat nakal kan?"

"Maa.." rengek War.

Mama War tersenyum. Ia menyentuh pipi putranya dengan lembut. "Kau sudah lama tak pulang. Aku hanya mendengarmu dari Bver. Oh, kau sudah bertemu dengan orang itu kan?"

Air muka War berubah menjadi cemberut.

Mama War tertawa. "Ok, mama tak akan menggodamu lagi. Kau temui otousan dulu, nanti kita bicara."

"Ya ma."

War meninggalkan mamanya menuju tempat ayahnya berada.

"Otousan." panggilnya saat melihat ayahnya yang juga memakai kimono tengah menikmati teh di bungalo.

"Kemarilah." balas ayahnya.

War melepas sepatunya lalu duduk di atas tatami di depan Otousannya.

"Kau sudah bertemu dengannya?"

War mengangguk. "Aku hanya melihatnya, belum bicara."

"Lalu?"

"Otousan, aku melakukan kesalahan." War menunduk, ia tak berani melihat ke arah ayahnya.

Reconciled; Mechanic of loveWhere stories live. Discover now