Delilah

140 28 17
                                    


Ketika dia sampai di rumah, dia melihat wajah ibunya merah padam. Rambutnya kusut dan remah roti masih menempel di pipinya. Cukup membuat Changkyun menduga ibunya tengah makan siang ketika seseorang berlari dari arah dermaga dan memberi tahu bahwa putra satu-satunya telah membuat skadal besar. Bagaimana mungkin seorang omega yang masih suci seperti dirinya terpergok mencium seorang alpha. Bahkan seorang alpha yang selalu menjadi mimpi buruk ibunya,

"Ibu." Changkyun ragu-ragu memanggil. Langkahnya tergesa mencoba meraih tubuh ibunya yang sangat berantakan. Dari celah pintu depan yang terbuka, Changkyun bisa melihat bibi Hanna di dalam rumah, terlihat sama gusarnya.

Mungkin dua omega paruh baya itu tengah nelangsa, bagaimana mungkin mereka merelakan seorang anak dan keponakan, menikah dengan alpha miskin yang dicibir oleh seisi kota.

"Ibu! Jangan diam seperti itu padaku. Katakanlah sesuatu. Ibu. Kumohon."

Jooheon dari kejauhan hanya mengamati. Dia tidak berani mendekat. Changkyun masih memohon-mohon dengan suara parau. Auranya keruh, bukan karena marah, tapi bingung dan takut. Jooheon bisa yakin jika ibu Changkyun benar-benar murka, tapi tidak menduga jika perempuan itu menghempas Changkyun begitu saja ke samping dan mengambil langkah tergesa mendekatinya.

"Nyonya—"

Plak.

Tamparan itu keras, penuh dendam dan sakit hati. Sejujurnya rasa sakitnya tidak seberapa jika dibandikan dengan sorot mata penuh luka yang membalas tatapan Jooheon. Yang berdiri di depannya hanya seorang ibu yang tengah hancur mendapati masa depan anaknya tidaklah berjalan sesuai rencana.

Bagaimana mungkin Jooheon bisa membela dirinya di depan perempuan rapuh ini.

"Berani sekali kamu menyentuh anakku."

Jooheon baru saja ingin mengaku dengan lapang dada ketika Changkyun lebih dulu berseru. "Ibu, aku yang menciumnya. Ini salahku."

"Berhenti membelanya, Im Changkyun."

Benar. Jooheon membenarkan. Changkyun seharusnya tidak membelanya.

Delilah –Jooheon kira begitulah namanya—menatap Jooheon penuh dendam. Dia melayangkan tangannya, tiga kali ke bahu Jooheon, dua kali ke dadanya, dan menangis keras sembari memaki. Seorang perempuan yang Jooheon kenali sebagai Hanna, perempuan baya yang menjadi ibu dari dua alpha mapan dan seorang gadis omega, terburu-buru mendekati mereka dan menarik Delilah untuk melepas cakarannya di lengan Jooheon.

Suasananya kacau sekali.

Changkyun menangis sembari berusaha menjauhkan ibunya dari Jooheon. Keributan yang terjadi mendatangkan beberapa orang dari rumah-rumah tetangga. Jooheon merasa wajahnya terbakar, mungkin karena kuku Delilah membuat kulitnya lecet atau rasa malulah yang membuatnya merasa begitu.

Seorang pria memintanya pergi tapi dia enggan meninggalkan Changkyun. Pemuda itu terlihat tidak berdaya dalam pelukan seorang perempuan. Dia menangis dan menyembunyikan wajahnya. Sadarkah dia jika Jooheon masih berada di sini? Jooheon enggan mengakui jika dia merasa kesal—seharusnya dirinya yang memeluk Changkyun dan menenangkannya.

Juga, tidakkah ada yang sadar jika aroma tubuh Changkyun sudah bercampur dengan aromanya?

"Pergilah!" seorang pria menarik lengannya agar menjauh dari Delilah. "Biarkan mereka menenangkan diri terlebih dulu. Datanglah besok untuk—menyelesaikan masalah ini."

Jooheon tidak ingin memperkeruh apa yang telah terjadi. Dia harus menjelaskan sesuatu pada Delilah, tapi di sisi lain dia juga tidak mau Changkyun semakin tertekan.

(Miracle) Incredible [End]Where stories live. Discover now