bintang jatuh

75 22 2
                                    


Tengah hari di hari yang cerah. Musim panas yang mulai mengintip dengan udara hangat dan hujan gerimis. Changkyun membaringkan Jooyeon yang tertidur di lantai beralaskan selembar selimut kain perca tebal dan bantal bulu angsa. Jooyeon terlelap sembari memeluk boneka beruang yang Kihyun buat dari kain sisa yang di dalamnya dia isi dengan bunga kering dan biji-bijian. Sejak Jooyeon menerimanya, tidak sekalipun dia bisa tidur tanpa boneka itu.

Kihyun mengajarkan banyak pada Changkyun sejak mereka saling mengenal. Salah satunya adalah mengajari Chankyun memilih kain bagus dan menghaluskan beberapa jenis bunga dan daun untuk memperoleh warna kain alami. Di hari kedua, Kihyun membimbing Changkyun memegang kuas dengan benar, mencelupkannya ke dalam mangkuk warna dan melukis di atas kain sesuai pola yang telah dibuat menggunakan arang.

Keesokan harinya Kihyun mengajarinya memasukkan benang ke lubang jarum. Mengajarinya menyulam, menjahit pakaian dan membuat sepatu. Di hari kelima, Jooyeon sudah berlari riang di ruang tengah dengan baju bergambar bunga hydrange biru yang Changkyun buat sendiri.

Ketika Jooyeon tertidur, dan tentu tidak akan merecoki Changkyun dengan rengekannya, Kihyun akan membantunya mencuci pakaian di belakang rumah. Mereka berjongkok di tempat yang memungkinkan keduanya bisa mengawasi Jooyeon. Mencelupkan pakaian ke dalam air, menggosoknya bersama, dan Kihyun akan mencampurkan ektrak bunga ke dalam air bilasan agar pakaiannya harum.

Setelah makan malam, mereka berdua duduk di depan perapian, menyesap teh dengan daun mint dan perasan sari buah. Changkyun sangat menyukai apel, sehingga Kihyun seringkali mencampurkan sari apel ke dalam teko teh meski sejujurnya dia lebih menyukai strawberry.

Awalnya, mereka melakukan itu karena Changkyun sulit tidur dan Kihyun bersikeras untuk menemaninya, tapi lama-kelamaan telah menjadi kebiasaan. Dua cangkir teh, sebaris obrolan ringan, lalu beranjak tidur. Kihyun memilih kamar di lantai bawah yang persis di bawah tangga. Meski kamar itu tidak terlalu luas dan Changkyun telah menawarkan satu kamar di lantai atas, Kihyun menolaknya.

Ketika hari cukup cerah, kadang mereka pergi ke danau untuk berendam. Changkyun mengajari Kihyun berenang dan menangkap ikan. Kemudian mereka bergiliran menggosok punggung dan membicarakan apa saja, terutama perkembangan Jooyeon yang semakin terlihat. Di kesempatan lain, Kihyun juga mengajarinya berburu. Kadang mereka mendapatkan burung pegar atau kelinci.

Jooyeon yang penuh keingintahuan bertanya banyak hal dan Kihyun akan dengan sabar menjelaskannya. Changkyun akan mengawasi mereka berdua dari dekat, menopang dagu dan pikirannya mulai berkelana.

Jooyeon yang telah tumbuh semakin besar semakin mengingatkan Changkyun pada Jooheon. Meski Jooyeon hanya mewarisi satu lesung pipi ayahnya, Changkyun selalu terpana karena mereka terlihat begitu serupa. Cara Jooyeon menatap dengan matanya yang bulat besar ketika kebingungan dan caranya tertawa hingga matanya menghilang, semua itu terlihat seperti Jooheon yang masih Changkyun ingat.

Meski setiap hari dia selalu sibuk dan menikmati harinya yang menyenangkan, mengamati pertumbuhan Jooyeon dan senyum keibuan yang selalu Kihyun berikan padanya, Changkyun selalu memiliki waktu sendiri untuk memikirkan Jooheon.

Ketika Jooyeon sudah tertidur dan suara langkah Kihyun di lantai bawah menghilang, Changkyun akan bangkit dari tempat tidurnya. Dia akan membuka jendela dan menikmati aroma bunga sedap malam yang terbawa angin, suara jangkik di belakang rumah, suara dengkus kuda dan sapi di dalam kandang, dan suara kodok jika masih tersisa genangan air bekas hujan.

Changkyun akan menghitung bintang dan berharap pada hitungannya yang kesekian, dia mendengar suara Jooheon yang membisikkan selamat malam, atau suara langkah kakinya menapaki tangga kayu sepulangnya dari ibu kota untuk bekerja.

(Miracle) Incredible [End]Where stories live. Discover now