awal kisah

364 51 10
                                    

1

(Miracle) Incredible

-

-

Penulis mungkin adalah Tuhan di setiap kisah yang mereka tulis, dan bagaimana sebuah kisah berakhir adalah takdir isapan jempol. Entah dari mana dia menemukan kalimat itu, yang jelas Changkyun sudah mematenkan kalimat itu di benaknya.

Dia sendiri tidak tahu apa yang dia pikirkan. Apa masalahnya, bukankah dia hanya mengarang? Pena di tangannya berputar, menggambarkan bagaimana pikirannya berkabut oleh banyak hal. Bagaimana harinya akan berjalan?

Dia dan ibunya memiliki rencana besar untuk kehidupan mereka. Seperti seorang penulis yang tengah memikirkan bagaimana kisahnya akan berakhir, seperti itulah yang merecoki pikiran Changkyun sekarang.

Mengawali dari awal adalah kiasan semata. Dia hanya menjalahi kehidupannya sebiasa mungkin tanpa terbayang masa lalu. Sejujurnya, dia bisa juga diartikan tengah melarikan diri agar hidup lebih lama. Tapi siapa yang peduli? Seperti puisinya yang gagal, dia hanya perlu membuka lembar baru dan memulai kembali. Bukankah semudah itu?

Entah, dia merasa ragu.

Changkyun kembali menekan ujung penanya ke atas kertas, mulai menulis, tapi tangan halus ibunya menepuk pundak dan memaksanya menoleh ke luar jendela kapal Feri yang membawa mereka menyeberangi laut utara. Saat itu Changkyun sadar sebagian penumpang telah berdesak-desakan menengok ke luar, menunjuk dan melambaikan tangan mereka.

Seingatnya, semua yang ada di kapal ini juga melarikan diri dari kehidupan lama -sama seperti dia dan ibunya- ke tempat baru yang tidak memiliki bayangan seperti apa mereka dulu, jadi, mana mungkin mereka melambaikan tangan dengan wajah berseri kepada orang yang tidak mereka kenal.

"Apa kita sudah dekat dengan dermaga?" wajahnya yang begitu elok di pandang mata melirik sang ibu yang kini juga menoleh keluar.

"Tentu sayangku. Di sanalah tanah subur yang akan menghidupi kita."

Changkyun tidak mengalihkan pandangan dari wajah ibunya. Meski dia telah melihat wajah itu sepanjang hidupnya, Changkyun masih saja terpana pada keindahan yang dia lihat. Bagaimana hidungnya yang terpahat sempurna, matanya yang bulat cantik, bibirnya yang serupa busur dewa cinta, dan tentu perpaduan pas dalam senyum hangatnya.

"Berhenti memandangi wajah ibu, lihatlah keluar. Betapa cantiknya, betapa indahnya." Wajah berseri ibunya membuat senyum juga muncul di wajah Changkyun. Dia kemudian menoleh untuk melihat dermaga Hagwart yang menyambut hangat mereka.

Mungkin orang-orang di Hanvord belum pernah melihat kapal Feri berlabuh di dermaga Hagwart mereka, sehingga sepanjang dermaga Changkyun bisa melihat banyak sekali penonton, melambaikan tangan, bersiul dan berteriak-teriak seakan mereka yang keluar dari kapal adalah anggota sirkus. Tapi biarlah, Changkyun senang jika kedatangan mereka tidak menimbulkan masalah. Dia dan ibunya segera bergabung dengan barisan para omega, bergiliran memasuki kereta dengan kuda berbulu coklat yang terlihat gagah.

Changkyun tidak bisa mengalihkan pandangannya sampai sang ibu berujar di samping wajahnya. "Seharusnya kita bergabung dengan para alpha di kereta kelas A." Sosok perempuan cantik yang berdiri di samping Changkyun itu memainkan jemarinya. "Seharusnya ibu bisa memberi yang terbaik untukmu."

"Ibu." Dia mengangkat tangannya untuk mengusap lengan sang ibu. "Ini sudah cukup baik untuk kita."

"Oh," ibunya berseru dan mengalihkan pandangannya ke arah lain. Suara oh yang dia keluarkan berat seperti embusan napas. Changkyun tentu bisa melihat air mata yang mengalir pelan di pipi ibunya. "Seandainya ayahmu bersama kita, seandainya kakakmu tidak pergi, oh, seandainya aku bisa menikahkan kamu dengan seorang alpha mapan di Egory, kau tidak perlu mengotori tanganmu dengan tanah di daratan ini."

(Miracle) Incredible [End]Where stories live. Discover now