seorang musisi

186 40 14
                                    


Changkyun merasa pening pagi itu. Mungkin karena malam kemarin dia tidur terlalu larut. Demi menyelesaikan buku yang tengah dia baca, dia rela jam tidurnya terpotong. Dan usahanya untuk menipu ibunya ternyata berhasil.

Ini sudah bulan ke tiga dia pindah ke Hanvord. Tinggal di Laagland dengan segala rasa cinta yang bisa Changkyun temukan. Tempat ini luar biasa. Ketika dia  libur, Minhyuk dan Hyungwon, temannya yang paling dekat akan menemaninya mengelilingi desa.

Suatu hari mereka menaiki perbukitan di bagian selatan yang ditanami teh berpetak-petak. Minhyuk mengenal hampir semua orang ketika mereka melintas. Jalanan di bukit tidak dilapisi batu pipih sehingga agak berlumpur dan Changkyun harus menarik ujung celana kainnya hingga ke betis.

Perjalanan itu sedikit melelahkan, karena Changkyun terbiasa pergi menggunakan kereta saat masih di Egory. Beberapa meter mendaki, petak kebun teh mulai digantikan padatnya pohon-pohon yang tidak bisa Changkyun sebut namanya. Jalanan itu berkelok-kelok menanjak. Di sisinya tumbuh subur tanaman liar dengan bunga berduri yang menempel ke kain pakaian Changkyun ketika dia tanpa sengaja berjalan terlalu ke pinggir.

Minhyuk menyebut jika jalanan ini menjadi satu-satunya rute untuk sampai ke puncak bukit. Di sana ada tempat menakjubkan. Itu yang mengiming-imingi Changkyun agar terus melangkah. Udara semakin dingin ketika perjalanan mereka hampir berakhir. Jalan itu menyempit sampai akhirnya hilang ke dalam semak-semak.

Dia tidak melihat sesuatu yang spesial sampai Minhyuk menunjuk ke arah tanah lapang yang tidak ditumbuhi rumput. Seakan tempat itu memang selalu dibersihkan agar menjadi tempat nyaman untuk istirahat. Banyak orang yang datang kemari, terutama di awal musim panas. Minhyuk menceritakannya dengan semangat menggebu-gebu, sedangkan Hyungwon menggelar tikar dan berbaring sambil mengunyah permen jahe.

Jika Changkyun sudah pernah mengatakan Laagland memiliki matahari tenggelam yang cantik, maka dia perlu mempertegasnya sekali lagi. Warna jingga yang dia lihat dari ketinggian benar-benar indah hingga Changkyun hanya bisa menganga tanpa kata-kata. Terlalu takjub hingga dia lupa cara bernapas.

Cantik sekali. Jingganya sungguh luar biasa.

Beberapa menit lamanya Changkyun hanya berdiri mematung, mencoba menangkap kilauan senja ke dalam kulitnya. Semua hal yang diterpa cahaya seakan disepuh dengan emas. Begitu juga Minhyuk yang sibuk mengeluh mengapa banyak sekali bunga liar seperti duri yang menempel di pakaiannya juga pada Hyungwon yang berbaring tenang di atas tikar.

Changkyun sekali lagi jatuh cinta pada desa ini.

Perjalanan pulang memang sedikit berat karena hari mulai gelap. Tapi Minhyuk berjanji akan membawanya ke suatu tempat yang tidak kalah menakjubkan di kemudian hari.

Hyungwon terpingkal-pingkal menertawai Changkyun yang disengat lebah ketika memandangi bunga liar beraroma harum. Changkyun ingat dua hari kemudian dagunya masih membengkak.

Itu sudah lama. Changkyun harus ingat jika mereka tidaklah sesantai yang dibayangkan. Ketika mendekati musim panen, perkebunan semakin ramai karena pebisnis yang ingin membeli dan tentu saja semua pekerja termasuk Changkyun harus bekerja keras. Di hari libur dia kelelahan sehingga tidak bisa pergi kemana-mana.

Tapi tetap saja, Minhyuk dan Hyungwon selalu memiliki cara agar mendapatkan waktu jalan-jalan bertiga di tengah hari-hari genting. Entah terjun ke sungai untuk menangkap ikan sebesar ibu jari kaki, atau pergi menyusuri jalan menurun ke arah dermaga dan merayu beberapa nelayan agar mendapatkan harga murah untuk kepiting juga udang. Itu beberapa hal gila yang diajarkan Hyungwon.

Memikirkan hal-hal menyenangkan yang dia lewati tiga bulan terakhir membuat napas Changkyun terasa berat. Dia menghitung jari tangannya untuk menemukan kapan tepatnya hari libur akan tiba. Dia akan memaksa Minhyuk dan Hyungwon untuk memetik bunga liar di hutan, atau menangkap kunang-kunang.

(Miracle) Incredible [End]Where stories live. Discover now