"AAAAAAAH!!!"

"Shak!" panggil Mahen. Meski tidak ada satu orangpun di sini, namun rasanya benar-benar memalukan. Mungkin saja ikan-ikan dibawah sana tengah mentertawakan Shaka.

"Kayak gini, Bang. AAAAAAAAAAAAAAAH SIKEEEEE!"

Mahen membalikkan tubuhnya kembali menghadap lautan seperti yang dilakukan Shaka. Shaka masih terus-terusan berteriak, memaki dengan kata-kata kasar. Dikegelapan, Mahen masih bisa lihat wajah Shaka yang perlahan memerah.

"AAAAAAH, F*CKKK! ANJ*NGGGG! BANG*A*TTTTT!" teriak Mahen setelahnya.

Tiba-tiba tawa Shaka pecah, membuat Mahen yang baru saja mengeluarkan isi hatinya tersinggung menatap Shaka setengah kesal. Cowok itu terus-terusan tertawa tanpa sebab membuat Mahen yang tadinya menatap canggung ikut tertawa pelan sembari terus mengecek wajah Shaka.

"Lo panas gak sih, Bang?" tanya Shaka tepat setelah tawanya mulai mereda. Dengan mata yang masih memancarkan tanda tanya, Mahen menunjukkan outfitnya dengan percaya diri. Kedua tangannya ia simpan ke dalam saku jaket, angin laut masih bertiup kencang membawa helai rambutnya menari-nari.

Mahen semakin terkejut saat Shaka mulai melepas kaos tipisnya juga dengan secepat kilat cowok itu terjun kelaut meninggalkan sepatu converse hitamnya disamping Mahen.

Mahen jelas membeku saking terkejutnya, belum lagi ia punya imajinasi liar tentang laut. Bahkan sekarang di dalam kepalanya ia tengah memikirkan bagaimana Shaka yang dikunyah habis oleh buaya. Meski buaya tidak biasanya ada dilaut. Berlari pelan ketepi dermaga untuk melihat dengan jelas dimana adik kelasnya itu berada, namun batang hidungnya belum juga muncul kepermukaan.

Bila dikira-kira sudah habis satu menit Shaka di dalam sana.

Mahen nyaris akan melepas jaket untuk menarik Shaka keluar dari dalam sana jika lima detik kemudian cowok itu tidak timbul juga. Namun baru juga lengan kanannya berhasil ia lepas dari jaket, kepala Shaka langsung timbul dari dalam air sambil terengah-engah dan lebih mengesalkannya lagi, cowok itu tersenyum lebar.

"LO GILA YA?! NAIK CEPET, ANGINNYA KENCENG!" Shaka tertawa lebar kemudian menurut. Cowok itu naik kemudian memerah sedikit-sedikit celananya yang masih melekat dikaki panjangnya.

"Santai, Bang. Orangnya masih hidup, hehe."

"Santai santai tai kucing! Gue kira lo tenggelam! Gue tau lo pingin mati, tapi gak usah depan gue juga!" geram Mahen sedang Shaka semakin tertawa kencang bahkan sesekali menggoda Mahen dengan mencipratkan air dari kibasan rambutnya.

"Lo kenapa hari ini seneng banget sih?" ujar Mahen meski dengan nada kesal. Lagi pula ia sedang tidak dalam mood.

"Gue kelihatan seneng ya? Wah." Shaka menutup mulutnya pura-pura terkejut namun kemudian ia tertawa pelan.

"Cepetan hadiah gue mana?"

Sembari mengelap tubuhnya dengan selimut tipis yang ia simpan di dalam kotak*, Shaka terkekeh pelan kemudian merentangkan tangannya lebar-lebar.

"SUPRISEEEE! Hadiah Bang Mahen adalah Shaka yang imut!!"

"Shak..."

"Kenapa? Terharu?"

"Mau gue pukul lo?" Terkekeh untuk kesekian kalinya, kemudian mengangguk.

Sambil menepuk pipinya dengan jari telunjuk, seolah menantang, Shaka menghadapkan pipinya tepat kehadapan Mahen. "Pukul aja."

Jeda cukup lama hingga akhirnya Shaka menggeleng menatap Mahen yang masih diam saja. Sebelum akhirnya rambutnya diacak-acak oleh telapak tangan Mahen. "Bercandalah gue."

Shaka's Ending ✔Where stories live. Discover now