Bab 47. Jangan Sakit Lagi

Start from the beginning
                                    

"Lo pikir gue bego, nggak tahu kalau sebenarnya lo ada maunya deketin Lyodra lagi," ujar Samuel. Ia tersenyum sinis dan menatap Rheia dengan sorot tajam. "Gimana kalau Lyodra tahu, soal lo yang sebenarnya masih main belakang sama bokap gue? berbanding terbalik dengan yang lo bilang ke dia? atau gue bil--"

"Samuel!!" bentak Rheia menghentikan ucapan Samuel. Perempuan itu menoleh ke arah pintu kamar, takut Lyodra tiba-tiba bangun dan mendengarkan pertikaian mereka. Ia kembali menatap Samuel.

"Berhenti, Sam. Saya mohon jangan ganggu anak saya lagi.." lirih Rheia. Jantungnya berdegup kencang, napasnya memburu karena emosinya yang menggebu. Bagaimana ia bisa tenang ketika Samuel mengetahui semuanya.

"Nggak. Gue nggak akan berhenti sampai lo mati. Atau.. sampai Lyodra mati?" kata Samuel. Ia memandang remeh ke arah Rheia. Seakan perempuan itu tidak ada apa-apanya. Dibanding dirinya.

Rheia beringsut mundur, suaranya tercekat di tenggorokan. Lelaki di depannya itu bukan anak ingusan yang bisa ia lawan. Ia licik, tipikal keluarga besarnya. Mereka semua sama. "iblis," desisnya.

Samuel menyeringai. Tangannya gatal untuk menjambak rambut Rheia tapi ia tahan. Sebenci dan sekesal apapun ia pada orang, Samuel hanya sebatas membentak, tidak sampai main tangan kalau pada orang yang lebih tua. Apalagi perempuan. "Lo bilang gue iblis? lalu apa kabar lo?" katanya.

"Lyodra hamil, Sam!" sentak Rheia kesal. Berharap dengan demikian Samuel melunak.

Samuel tersenyum kecil. "Gue tahu," jawabnya singkat. Enteng dan tanpa penyesalan sedikitpun. "Gue udah nyuruh dia gugurin tapi nggak mau. Ya udah."

"Iblis!! kamu benar-benar keterlaluan!! Berhenti jadiin Lyodra alat balas dendam!! Pengecut kamu!!" teriak Rheia. Air matanya jatuh, membasahi pipi. Ia mengusapnya kasar tidak ingin memperlihatkan kekalahannya. "Saya akan laporin kamu!! Saya akan--"

"Laporin aja," potong Samuel. "Gue akan sebarin foto-foto gue sama Lyodra. Ah, atau.. videonya?

Hati Rheia mencelos. Kepalanya penuh, bahkan ia masih belum sepenuhnya paham arah pembicaraan Samuel. "Maksud kamu apa?"

"Video having sex gue dan Lyodra," jawab Samuel. Tidak ada ragu dalam ucapannya. "Kemungkinan besar gue akan lolos dari ancaman penjara, tapi Lyodra.. dia nggak akan pernah lolos dari rasa malu ketika foto-foto telanjangnya gue sebar," lanjutnya.

Rheia kaget. Ia seperti kehabisan kekuatan. Lututnya lemas seketika. Samuel sudah terlalu jauh bertindak, melakukan banyak hal dan memboikot Lyodra. Seharusnya, ia lebih cepat datang dan tidak membiarkan anak gadisnya itu ke Jakarta dulu. Agar semuanya tidak berantakan seperti sekarang.

"Gue punya semua kartu AS keluarga lo. Jadi, jangan pernah macam-macam dan cari masalah sama gue," ucap Samuel dengan nada rendah tapi tajam. Sorot mata dan seringainya begitu menyeramkan.

Setelahnya, lelaki itu pergi. Meninggalkan Rheia yang masih bungkam. Sibuk mencerna dan menerima semuanya.

Mereka memang terlibat perdebatan sejak tadi. Diawali dengan kekesalan Samuel karena Rheia mengusirnya begitu ia sampai di apartemen Lyodra. Samuel mungkin terima jika Rheia mengusirnya dengan sedikit halus. Tapi, perempuan itu justru melakukan yang sebaliknya.

Sedangkan di balik pintu, Lyodra menggigit bibir bawahnya, menahan isakannya agar tidak lolos. Ia mengusap kasar air matanya yang jatuh terus menerus sejak tadi. Dadanya sesak, ia memukulnya berkali-kali untuk menghilangkan rasa sakitnya.

Dari tempatnya berdiri, ia mendengar jelas semuanya.

Benar-benar semuanya. Tanpa terkecuali.

Ia takut. Juga kecewa.

RetrouvaillesWhere stories live. Discover now