🌈 Holiday!

389 31 7
                                    

🍒 Votementnya ya zeyeng~ 🍒


Rombongan kakak-beradik itu tiba di bandara internasional Jepang sekitar pukul 8 pagi.

Mereka berempat nggak perlu lagi cari taksi buat anterin menuju ke hotel tempat mereka nginap nanti, soalnya udah ada mobil yang menjemput mereka di lobi bandara.

Terima kasih kepada papanya Jaemin, Jeno dan yang lainnya spesial diantar-jemput menggunakan mobil serta supir kepercayaan dari keluarga Nakamoto.

Sayang sekali Yuta masih ada di Korea, coba kalau ada di Jepang juga, mungkin Jeno dkk bakal dijamu secara super mewah sama beliau. Toh Jeno itu teman baik anaknya Yuta, nggak ada salahnya kan mempererat tali kekeluargaan diantara dua belah keluarga.

Jaemin sendiri males ikut meskipun Jeno udah ngajak (setengah maksa) dari dua hari yang lalu. Alasan utamanya sih karena Jaemin udah bosen banget ke Jepang, dia tuh pinginnya ke Benua Eropa gitu. Kalau sekitaran Asia mah dia bosen, udah sering diajak papanya sih.

Nah, begitu rombongan udah masuk ke dalam mobil jemputan, mobil langsung menuju ke hotel sebagai destinasi pertama mereka.

Kali ini Jeno dkk memilih berkunjung ke Tokyo aja, nggak mau ke lain tempat lagi, kendala juga waktunya yang kurang lama buat ngunjungin tempat wisata lainnya.

Haechan sumringah terus sejak turun dari pesawat, Hendery duduk tenang walau mulutnya nggak berhenti mengagumi gedung-gedung dan bangunan sepanjang mata memandang.

Sementara Mark dan Jeno?

Mereka lebih milih memejamkan mata sejenak di barisan belakang untuk menghemat tenaga. Karena udah bisa dipastikan, Haechan bakal nyeret mereka kesana-kemari selama seharian penuh.

Apalagi kalau bukan untuk memenuhi hasrat shopping Haechan dan borong banyak barang yang isinya titipan orang tua dan kawan-kawan mereka berempat.









Meanwhile di Korea...

Renjun masih bergulat di bawah selimut hangatnya sambil mainin ponsel. Lebih tepatnya sih, dia lagi memantau perjalanan sang pacar melalui story yang Haechan upload sejak keberangkatan pagi tadi.

Soalnya Renjun tau, Jeno bakal jarang meriksa ponselnya kalau lagi jalan-jalan. Renjun memaklumi itu, dia sendiri juga akan ngelakuin hal serupa kalau berada di posisi Jeno. Lebih baik menjauhi ponsel supaya lebih menikmati waktu liburan.

“Njun, gege mau keluar nih, beli sarapan. Mau apa?” Lucas buka pintu kamar Renjun secara tiba-tiba.

Renjun ngelirik kakaknya di ambang pintu, si Lucas udah siap dengan celana training hitam dan hoodie senada membalut badan gedenya. Walau wajah Lucas masih kelihatan kayak orang baru bangun tidur, jujur, nggak ngurangin kadar kegantengan si tinggi satu itu.

Seketika rasa iri mendatangi Renjun.

“Gege mau beli apa?”

Lucas sok-sok-an mikir bentar, “Apa ya...kalau pagi gini biasanya bubur..” Dia sendiri belum nentuin mau makan apa nanti.

“Nggak mau bubur, ih!” Tanpa disadari bibir Renjun mengerucut ke depan. Mirip anak bebek kalau kata Lucas.

“Dih, banyak maunya nih anak. Apa lagi weh emangnya yang jual pagi-pagi gini??” Lucas gemes sendiri. Pagi gini masih jarang banget resto yang buka.

“Cari yang lain aja yuk, ge? Gue ikut sekalian!”

Dengan semangat Renjun lompat turun dari atas kasur. Jarang-jarang 'kan dia pergi berdua sama si Lucas gini. Sekali-kali lah mereka keluar bareng meskipun cuma beli sarapan doang.

Relationship 『 Noren 』Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang