°52°

15.4K 2.4K 69
                                    

Hari ini, Paviliun Putri Mei Yue berduka. Mayat Peiyu telah di bawa kembali ke Istana, dan dimakamkan dengan layak, sesuai dengan statusnya sebagai pelayan istana.

Mei Yue tidak mengucapkan sepatah katapun sejak mereka kembali, wajahnya datar tanpa ekspresi. Dia hanya mengurung diri dikamar, menolak untuk bertemu dengan siapapun.

Dia masih menggunakan pakaian putih, berkabung saat Jianheeng masuk untuk memberitahunya tentang tahanan di penjara bawah tanah.

Matanya menajam. Dia baru ingat dengan tiga orang berjubah hitam yang di tangkap untuk di interogasi. Pedang Es segera muncul di genggamannya ketika dia berdiri. Dia menyeret pedang itu ketika berjalan menuju ke penjara bawah tanah. Suara dari pedang yang di seret itu membuat ngilu. Semua pelayan yang melihatnya, takut setengah mati. Apa yang akan dilakukan oleh Putri tertua ini?

Di penjara bawah tanah, Raja dan ketiga pangeran sudah lebih dulu menginterogasi para tahanan. Dua diantaranya bunuh diri dengan menggigit lidah mereka sendiri. Sekarang, hanya tersisa satu tahanan lagi. Tahanan itu tidak berbuat apa-apa, dia tidak bunuh diri, tapi juga tidak mau bicara.

Interogasi ini dilaksanakan secara rahasia, hanya keempat orang itu, dan beberapa bawahan terpercaya yang boleh memasuki penjara bawah tanah saat ini. Jadi, ketika Mei Yue tiba, para penjaga tidak mengizinkannya masuk.

"Minggir!" Mei Yue memerintahkan dengan dingin.

Jujur, para penjaga itu sangat ketakutan, terutama setelah melihat pedang milik gadis itu. Satu serangan sudah cukup untuk membuat mereka mati dengan tragis.

"Raja tidak mengizinkan siapapun masuk, mohon Tuan Putri mengerti," ucap salah satu penjaga itu dengan tangan yang terkepal di depan dada. Dia memaksakan diri untuk berbicara dengan tenang dan sopan.

"Minggir!" Suara Mei Yue semakin dingin, cukup untuk membuat suhu udara disana turun beberapa derajat.

"Bawahan ini hanya mematuhi perintah dari Yang Mulia, harap Tuan Putri jangan mempersulitnya untuk kami." Penjaga itu masih dalam ketenangan yang mengesankan.

"Jadi maksudnya, kalian hanya mematuhi Yang Mulia saja, tapi tidak mematuhi Putri ini?" Mei Yue bertanya dengan dingin, seperti sebelumnya. Dia masih bersikeras untuk masuk.

Penjaga itu dalam posisi yang sulit saat ini, dia tidak tahu bagaimana harus menjawab pertanyaan gadis itu. Jika dia mengizinkannya masuk, maka kepalanya tidak akan selamat karena melalaikan perintah Raja.

"Tuan Putri, ini..."

Belum selesai penjaga itu berbicara, Mei Yue menggorok lehernya dengan Pedang Es. Penjaga tersebut meregang nyawa, darah terus merembes keluar dari lukanya.

Mata Mei Yue berkedip dengan kejam, sebelum menatap tiga penjaga yang tersisa. Selanjutnya, dia bertanya dengan dingin, "Masih tidak membiarkan Putri ini masuk?"

Ketiga penjaga itu tidak bergerak sedikitpun, tubuhnya mereka mati rasa karena terlalu takut. Tentu saja, penjaga yang sudah tewas itu adalah peringatan untuk mereka agar membiarkan gadis itu masuk.

"Masih tidak bergerak?" Mei Yue bertanya lagi.

Ketiga penjaga itu masih terdiam, tidak bergerak sedikitpun. Putri tertua ini terlalu menakutkan!

"Jangan sampai Putri ini menggorok kalian juga."

Degh

Mereka semakin ketakutan. Jantung mereka seolah-olah berhenti berdetak. Saking takutnya, mereka bahkan menahan nafas, namun masih tidak bergerak.

Mei Yue memiliki batas kesabaran. Dia mengibaskan pedangnya, berhasil menggorok leher ketiga penjaga itu hanya dengan satu serangan. Pedang Es sedikit bersinar ketika menyerap darah yang lengket disana. Pedang Es miliknya memang seperti itu, dia akan menyerap darah yang yang tersisa dari pertarungan.

Hoho, tidak pernah dijelaskan sebelumnya bukan?

Untuk beberapa detik, mata kelam itu berubah menjadi merah darah, aura membunuh langsung terpancar dari gadis itu.

Kakinya melangkah masuk ke penjara bawah tanah. Beberapa langkah kaki yang dia ambil, membuat lantai penjara yang dingin dan usang itu, sedikit membeku.

Saat masuk, dilihatnya sang Raja, dan ketiga saudaranya yang berdiri di luar sel tahanan. Mereka hanya meliriknya sekilas, fokus pada proses interogasi ini. Mereka juga tahu bahwa tidak bisa menahan gadis itu untuk tidak kemari.

Melihat mereka yang mengabaikannya, Mei Yue tersenyum jijik. Tidak jelas, orang-orang ini betul-betul menyayanginya atau tidak.

"Seseorang, buka pintu sel ini untukku!" Perintahnya kepada bawahan yang berjaga disana. Namun, tak satupun dari mereka yang bergerak, mematuhinya. Sekali lagi, mata gadis itu berkedip dengan kejam.

Yuwen memberi tatapan sedingin es kepada adik perempuannya itu, lalu bertanya, "Putri Mei Yue, sejak kapan kau di beri hak untuk memerintahkan prajurit Istana?"

Mei Yue mengabaikan pria itu. Sejujurnya, dia tidak mengerti mengapa Yuwen memperlakukannya dengan sikap sedingin ini. Bukankah... ini sama seperti dulu? Sebenarnya Mei Yue merasa agak sedih dan kecewa, namun dengan cepat mengeraskan hatinya. Lagi-lagi perasaan yang tidak berguna ini, pikirnya.

Sosoknya dikelilingi oleh asap hitam pekat, lalu tiba-tiba muncul di dalam sel, di hadapan tahanan yang di rantai itu. Orang-orang di luar sel menatapnya dengan tak percaya. Bagaimana ini bisa? Dan, apa pula asap hitam itu?

Sepertinya aku tidak perlu pintu, tuh, batin Mei Yue dengan sombongnya.

Di dalam sel, Mei Yue menatap tahanan tersebut dengan ekspresi sedingin es. Tangan kanannya menggenggam erat Pedang Es, sedangkan tangan kirinya beristirahat dibelakang punggung.

"Putri ini ingin memberimu beberapa pertanyaan, jadi jawablah dengan jujur," katanya.

Tahanan itu diam, menatapnya tak kalah dingin.

Melihat ini, Mei Yue mulai mengajukan pertanyaan. "Mengapa kau, dan kelompok mu menyerang kami di hutan?" Saat tahanan itu tidak menjawab, dia segera mengajukan pertanyaan lain. "Apa kalian mengincar ku?"

Kali ini, tahanan itu menjawab dengan berani, "Ya!"

Mei Yue mengangguk puas, dia tahu bahwa dirinyalah yang di incar oleh mereka. "Siapa tuan mu?" Pertanyaan kali ini, tidak dijawab. Dia menyipitkan matanya berbahaya, saat Pedang Esnya memotong tangan kiri tahanan itu.

Tahanan itu berteriak kesakitan. Sedangkan orang-orang diluar yang menonton, tidak tahu harus bereaksi seperti apa.

"Apa yang tuan mu inginkan dariku?" Tanya Mei Yue lagi.

Tahanan itu tiba-tiba menjadi marah begitu mendengar pertanyaan ini.

"Tuanku menginginkan nyawamu!"

***
Aku lagi males ngasih spoiler, karena cerita ini 'lagi-lagi' aku edit. Entah udah berapa kali di edit, aku pun lupa.

Aku pernah bilang kan kalo si dia bakal terungkap di chap 69 tapi aku cepetin jadi di chap 59. Itu akan aku usahakan untuk di percepat lagi alurnya.

Jadi, Anda sekalian harap bersabar.

Sekian, terima Yi Fei.

🚮🚮🚮🚮🚮

[✓] The Reincarnation Mission Of The Yin GodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang