°49°

17.7K 2.4K 157
                                    

"Kakak, sepertinya Selir Fu menderita sakit yang parah."

Kalimat itu seharusnya cukup untuk membuat Mei Yue khawatir setengah mati. Semua juga tahu bahwa Selir Fu sangat baik kepadanya. Tapi, ekspresinya masih sedingin es, tidak berubah sedikitpun.

Apa gadis ini tidak peduli dengan orang yang telah begitu baik kepadanya? Jika tidak, mengapa dia terlihat tenang-tenang saja?

Baiklah, pada akhirnya, Su Yu tidak bisa menebak pikiran kakak perempuannya itu.

Mereka berdua berjalan beriringan, sementara Peiyu mengikuti di belakang.

Kediaman Selir Fu cukup jauh, jadi saat tiba disana, mereka perlu mengatur nafas.

Beberapa tabib, dan pelayan terus keluar-masuk dari ruangan itu, tapi yang membuat Mei Yue tidak percaya adalah kehadiran Permaisuri An. Apa yang dilakukan wanita ini? Setahu Mei Yue, Permaisuri An tidak dekat dengan Selir Fu, jadi mengapa wanita nomor satu ini ada disini?

Sayangnya, Mei Yue lebih mengkhawatirkan keadaan Selir Fu daripada kehadiran wanita itu, dia bahkan tidak menyapa, hanya meliriknya dingin.

"Putri Mei Yue pasti sangat khawatir dengan Selir Fu." Permaisuri An berkata dengan manis, namun juga berpura-pura khawatir. Sayang sekali Mei Yue tidak menanggapinya. Tapi dia tidak akan menyerah. "Putri, kudengar, penyakit Selir Fu cukup parah, dan obat yang diperlukan untuk menyembuhkannya sangat sulit untuk dicari," tambahnya. Kali ini dia sangat senang karena Mei Yue menatapnya sebagai tanggapan.

Alis Mei Yue berkerut samar. Separah apa penyakit yang diderita oleh Selir Fu ini, sampai bahan obatnya sulit untuk dicari? Dia tidak tahu apakah Permaisuri An berbohong, atau mengatakan yang sebenarnya. Yang jelas, saat ini dia khawatir.

Ketika seorang tabib keluar dari kamar Selir Fu, dia buru-buru bertanya. "Apa yang terjadi pada Selir Fu? Penyakit macam apa yang menyerangnya? Apakah itu penyakit yang berbahaya?"

"Tuan Putri, harap tenangkan diri Anda." Tabib itu berkata dengan sopan dan tenang. Dia akan menjawab ketika Mei Yue mulai mendesaknya.

Mei Yue menarik nafas dingin ketika mendengar jawaban tabib itu dengan seksama. Tabib itu tidak mengatakan tentang penyakit yang diderita oleh Selir Fu, tetapi hanya mengatakan bahwa bahan obat yang diperlukan sulit untuk dicari. Setelah tabib itu memberikannya daftar obat yang diperlukan, dia menyadari bahwa bahan-bahan tersebut memang sulit dicari, karena jarang terlihat. Bahkan ada beberapa yang terdapat di Hutan Timur.

Sejujurnya, dia sangat penasaran dengan penyakit Selir Fu. Dia bahkan mencari tahu dengan menggunakan Mata Darah, tetapi tidak berhasil.

Dia terlalu kesal, dan khawatir untuk memperhatikan banyak detail, sehingga langsung bergegas pergi bersama Peiyu untuk mencari bahan-bahan tersebut. Dia mungkin tidak terlalu akrab dengan bahan obat, namun dia akan berusaha demi kesembuhan Selir Fu, orang yang baik hati padanya.

Sejak awal, Su Yu sudah menduga hal ini. Kakaknya bukan orang yang memiliki kesabaran tinggi, jadi dia segera mengejarnya.

Setelah ketiga orang itu pergi, semua orang yang ada di kediaman Selir Fu menyeringai dingin. Inilah yang sudah mereka tunggu.

Diantara semua orang itu, seringaian Permaisuri An adalah yang paling dingin. Mei Yue, hari ini aku benar-benar akan mengirim mu ke neraka!

•••

Mei Yue dikendalikan oleh rasa khawatir. Dari kediaman Selir Fu, dia, dan Peiyu langsung menuju Hutan Timur dengan kecepatan tinggi. Dia bahkan tidak perlu repot-repot meminta izin kepada Raja, atau membawa pengawal pribadinya. Hanya Su Yu yang diam-diam membawa pengawal gelapnya untuk berjaga-jaga.

Dan karena Su Yu ikut bersamanya juga, dia tidak bisa mengeluarkan Ya Jun dari Ruang Roh. Kalau tidak, dia pasti sudah lama tiba di Hutan Timur.

Udara dingin langsung menyerang kulit ketika mereka memasuki wilayah Hutan Timur, tapi rasa dingin seperti ini tidak ada apa-apanya bagi Mei Yue. Ekspresinya bahkan lebih dingin dari udara disini.

"Kak, sebentar lagi musim dingin tiba, harusnya kau membawa mantel bulu agar tidak kedinginan," ujar Su Yu sambil melepas jubahnya, lalu memakaikannya di pundak kakak perempuannya itu.

Mei Yue mendadak menghentikan langkahnya, membuat kedua orang yang mengikutinya dibelakang menjadi bingung. Mereka mencoba memanggil gadis itu, namun tidak berani. Sementara itu, jantung Mei Yue berdebar kencang, sekelebat memori tiba-tiba muncul dibenaknya.







































"Mei, sebentar lagi musim dingin tiba, harusnya kau membawa mantel bulu agar tidak kedinginan." Anak laki-laki berusia sepuluh tahun itu melepas mantel bulu yang dikenakannya, lalu memakaikannya pada sang adik yang tampak asik bermain salju, tidak menghiraukan rasa dingin yang menusuk kulit.

Adik perempuannya itu tertawa lucu. "Hihi, maafkan aku, kak, dan terima kasih untuk mantel bulunya."

"Huh, dasar! Untung kau adikku."



























Kakak! Mei Yue menggertakkan gigi, dan segera tersadar. Ia melirik jubah Su Yu yang melekat di tubuhnya, melepaskan jubah itu, lalu memakaikannya kepada Peiyu yang tampak menggigil.

"Tuan Putri..."

"Kak..."

Su Yu, dan Peiyu bergumam di waktu yang sama, jelas mereka menolak tindakan Mei Yue, namun melihat ekspresi gadis itu yang terlihat sangat dingin dan suram, mereka akhirnya bungkam.

Peiyu hendak melepaskan jubah Su Yu di pundaknya, namun dengan cepat Pangeran Keenam itu membiarkannya tetap memakaikannya.

"Tidak apa, pakai saja." Su Yu berkata dengan tulus.

Diam-diam Peiyu tersenyum senang, lalu mengucapkan terima kasih dengan sopan.

Diantara pohon-pohon di hutan itu, FengYin bersandar malas dengan tangan yang disilangkan di depan dada. Dia menatap Mei Yue dengan seringaian tipis.

"Hehe, sebenarnya dia gadis yang baik," katanya dengan suara rendah. "Sayang sekali, dia hanya akan menjadi boneka."

Dengan FengYin yang mengawasi tanpa sepengetahuannya, Mei Yue sibuk mencari bahan-bahan yang ada di daftar. Dia tidak bisa mengandalkan Su Yu ataupun Peiyu. Kedua orang itu lebih bodoh darinya, dan tidak akrab dengan obat-obatan, jadi dia bahkan tidak memberi mereka kesempatan untuk mengintip tulisan di daftar itu.

Mei Yue berjongkok di dekat semak-semak untuk memeriksa beberapa tanaman obat yang ada disana. Dia begitu serius, sehingga melupakan semua yang ada di sekitarnya, seolah-olah berada di dunianya sendiri. Bahkan, dia tidak menyadari beberapa anak panah melesat cepat kearahnya.

"Kakak, awas!" Su Yu berseru panik.

***

Yi Fei: "Eh, tau g? Gw denger dari para Nyonya bangsawan yang beli cabe di pasar tadi pagi, katanya pemeran utama mati di next chapter. G sia² sih gw nguping mereka ghibah sampe sore."

"Kebenaran takkan mati dengan mudah!"
Mei Mei Zola

//Bukan Mei Mei pacarnya Mail, gan.

SYABAS ANAK MUDA, SYABAS!!!

[✓] The Reincarnation Mission Of The Yin GodWhere stories live. Discover now