°43°

23.1K 3.1K 143
                                    

"Tuan Putri, Raja meminta Anda untuk datang ke Paviliun Awan."

"Uhuk! Uhuk! Uhuk!"

Mei Yue yang sedang asik menyantap makanannya, tersedak karena ucapan pelayannya barusan. Oy, dia baru saja kembali ke paviliunnya hari ini, kenapa Raja malah memintanya untuk datang ke paviliun Awan sekarang?

Melihat Mei Yue yang tersedak, Peiyu dengan sigap menyodorkan air kepada tuannya itu. Mei Yue tentu saja menerima air tersebut, lalu meminumnya dalam satu tegukan kasar.

"Tuan Putri, Anda sudah tidak apa-apa?" Tanya Peiyu, sedikit khawatir.

"Apanya yang tidak apa-apa? Kau membuatku hampir saja mati karena tersedak," ujar Mei Yue kesal.

Peiyu tertawa tak berdosa, membuat sang tuan menepuk pelan lengannya.

"Aish, dasar kau ini, kenapa malah tertawa?"

Mei Yue bertambah kesal. Karena tak ingin tuannya menjadi lebih marah, Peiyu segera meminta maaf. Ah, Mei Yue yakin permintaan maaf tersebut tidak sungguh-sungguh, tapi ya sudahlah.

"Jadi, kenapa Raja memintaku datang ke paviliun Awan?" Mei Yue bertanya dengan nada dan ekspresi datar, seperti biasa.

"Katanya, ada tamu yang datang. Tuan Putri juga diminta untuk berdandan yang cantik," terang Peiyu sambil membantu tuannya untuk berganti pakaian.

Siapa yang datang? Kenapa sampai memintaku untuk berdandan? Saat ini, Mei Yue hanya bisa menyimpan pertanyaan itu di kepalanya.

•••

Di Paviliun Awan, Raja Huang dan Pangeran FengYin sedang mengobrol ringan sambil menunggu kedatangan Mei Yue. Oh, jangan lupakan Huanran yang juga turut datang karena bosan berada di penginapan.

"Ah, Pangeran FengYin, bisakah kau memberitahuku sekarang, maksud kedatangan mu kemari?" Raja Huang meletakkan cawan tehnya, kembali mengulang pertanyaan yang sama dengan pertanyaan yang ia lontarkan beberapa menit lalu.

"Mohon Yang Mulia menunggu sampai Putri Mei Yue tiba."

Tepat setelah itu, seorang kasim mengumumkan kedatangan Mei Yue. Dengan gerakan anggun gadis itu memberi salam pada Raja. Ia kembali berdiri tegak setelah raja menerima salamnya, lalu berjalan menuju ke tempat duduk yang sudah disediakan untuknya.

FengYin mengukir senyum tipis. Hari ini gadis itu tampak berbeda, dia terlihat lebih anggun daripada biasanya. Haha, atau mungkin ini hanya menurutnya saja.

"Ish, dasar orang gila," gumam Huanran sinis ketika melihat kakaknya yang tersenyum tipis kearah Mei Yue.

Raja Huang mencondongkan tubuhnya. "Jadi, Pangeran FengYin, apa tujuanmu datang kemari?" Tanyanya dengan suara berat dan dalam.

Mei Yue terbelalak. Pangeran FengYin? Sejak kapan pria itu duduk dihadapannya? Sungguh, ia sama sekali tidak menyadari keberadaan FengYin. Pria sialan ini, untuk apa datang kemari?

"Aku kemari membawa lamaran," terang FengYin. Tatapan pria itu tak teralihkan sedikitpun dari Mei Yue. Dan hal itu, tentu tak luput dari penglihatan Raja.

"Lamaran untuk siapa?" Masih dengan nada yang sama, Raja bertanya sambil menarik tubuhnya kembali.

"Untukku," jawab FengYin. Ia tersenyum miring, sebelum melanjutkan. "Aku datang kemari untuk melamar Putri Mei Yue."

Apa?

Melamar Putri Mei Yue?

Melamar Mei Yue?

Siapapun, tolong katakan kalau ini hanya lelucon!

Mei Yue merasa gendang telinganya rusak setelah mendengar ini. Ekspresinya sangat muram, tatapannya cukup tajam untuk membunuh orang. Bajingan ini... Apa aku lenyapkan saja, ya?

Raja Huang terdiam. Sudah ia duga, lamaran ini pasti untuk putri kesayangannya. Ia tertawa kecil, kemudian menatap Mei Yue dan FengYin bergantian. "Aku tidak tahu apa yang menarik dari putriku yang satu ini, hingga kau datang secara langsung untuk melamarnya." Setelah mengatakan itu, Raja kembali tertawa. Tawanya menggema di ruangan yang sunyi senyap itu.

"Sejujurnya, Putri Mei Yue memang sangat menarik," balas FengYin dengan ketenangan yang menakjubkan. Ia menatap terus Mei Yue, bibirnya menyunggingkan senyum tipis yang penuh arti.

Tentu saja, dengan mata Mei Yue yang tajam, ia dapat melihat senyuman itu. Sekali lagi terpikir dibenaknya untuk menghabisi Putra Mahkota Kerajaan Zhang tersebut. Iya, memang seharusnya aku lenyapkan dia sejak awal. Tanpa sadar, bibir kecilnya juga menyunggingkan senyum. Itu adalah senyuman yang tidak dapat diartikan, bahkan FengYin merasa aneh.

Satu alis Raja Huang terangkat. "Menarik?" Beonya. "Setahuku, Putri Mei Yue hanya gadis pembuat onar," tambahnya santai.

Ekspresi Mei Yue semakin muram. Apa Raja baru saja mengatainya pembuat onar? Oh, ayolah, ayah macam apa yang mengatai anaknya sendiri seperti itu? Yang Mulia, meskipun itu benar, setidaknya jangan katakan pada orang lain begitu saja. Aku bisa kehilangan harga diri! Sebenarnya, ia sangat kesal, tetapi menahan diri dan hanya menggerutu dalam hati. Andai saja ada Yi Fei, dan Su Yu disini, mungkin mereka sudah tertawa keras sampai terjungkir balik. Ah, tidak, itu berlebihan.

Oh, ya, benar juga. Dimana saudara-saudaranya saat ini? Biasanya mereka selalu hadir saat ada sesuatu yang terjadi.

Masa bodoh. Yang terpenting untuk saat ini adalah mengurusi FengYin si sialan ini.

"Pangeran FengYin, kita harus bicara sebentar." Mei Yue berkata dengan nada dan ekspresi yang dingin. Sangat dingin.

Gadis itu berjalan keluar begitu saja, tanpa meminta izin terlebih dahulu kepada Raja.

FengYin sudah menduga hal ini. Jadi, ia terpaksa harus meminta izin pada Raja, lalu menyusul gadis itu.

•••

Ekspresi Mei Yue sama sekali tidak berubah. Matanya menatap tajam FengYin yang baru saja berhasil menyusulnya.

Saat ini mereka berada di taman bunga yang terletak di belakang Paviliun Awan. Mei Yue sengaja memilih tempat itu, karena tak ada seorangpun disana, kecuali dia dan FengYin.

"Kau punya maksud lain, 'kan?" Tak ingin basa-basi, Mei Yue segara bertanya ke intinya. "Katakan sebelum aku menghabisimu disini."

"Kau mengancamku?" FengYin bertanya balik.

"Ya," jawab Mei Yue dingin.

"Kau menganggap ku sebagai mata-mata." Itu sebuah pernyataan yang keluar dari mulut FengYin.

"Kenyataannya memang begitu." Mei Yue membalasnya, masih dengan nada yang sama.

Gadis itu membalikkan badan, menatap hamparan bunga yang tertanam, dan terawat dengan baik di sana.

"Raja sendiri sudah mengatakannya, aku ini hanya seorang pembuat onar. Apa yang membuatmu tertarik padaku? Masih banyak wanita yang jauh lebih cantik dariku, aku tidak pantas untukmu, Pangeran FengYin."

Mendengar ucapan gadis itu, membuat kedua alis indah FengYin terkunci rapat. Mei Yue tidak pantas untuknya? Mengapa begitu? Tidakkah gadis ini terlalu merendahkan dirinya sendiri?

"Mengapa kau merasa bahwa dirimu tidak pantas untukku? Apa karena kau bukan Putri Mei Yue?"

***

Balas dendamnya masih jauh ya, jadi jangan ditagih² :)))

//Ngetik adegan sadis g semudah itu, kadang suka bingung sendiri jadinya, hehe.

[✓] The Reincarnation Mission Of The Yin GodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang