Bab 45. Pamit

Mulai dari awal
                                    

Membuat susu hamil, sarapan, lalu pesan grab dan itu semuanya membutuhkan waktu. Apalagi jarak apartement ke sekolahnya tidak bisa dibilang dekat.

"Lo masih belum mandi?"

Lyodra menoleh. Ia melihat Samuel berjalan ke arahnya. Lelaki itu sudah rapi dengan seragam sekolah. Wangi citrus yang menguar dari tubuhnya membuat Lyodra sedikit mual, gadis itu membekap mulutnya saat Samuel berada tepat di depannya.

Ia sudah akan masuk ke kamar mandi ketika Samuel menahan pinggangnya, menariknya kemudian mencium singkat pelipisnya. Lyodra langsung berontak, takut Samuel berbuat lebih juga karena isi perutnya merangsek ingin keluar.

Lyodra mau muntah. Samuel bau.

"Sam, lepas!"

"Nggak," jawab Samuel enteng dan mengeratkan cengkramannya membuat Lyodra meringis kesakitan, perutnya ditekan kuat oleh lengan Samuel.

"Samuel!"

Dengan sekuat tenaga, Lyodra mencoba melepaskan diri. Untungnya Samuel mau mengendurkan cengkramannya, jadi Lyodra bisa bebas.

Tanpa mengatakan apapun, Lyodra masuk ke kamar tanpa menoleh sedikitpun ke arah Samuel.

"Cepetan mandinya! Udah siang!!"

***

LIMA belas menit kemudian, Lyodra sudah siap dengan seragam sekolahnya. Ia menatap pantulan dirinya di cermin. Wajahnya masih kelihatan pucat sekali. Ia cepat-cepat mengaplikasikan pelembab ke wajahnya, agar lebih fresh. Kemudian, dengan ragu, ia meraih lip tint yang sempat dibelinya beberapa waktu yang lalu saat keluar bersama mamanya. Ia menimang-nimang sejenak sebelum mengoleskan sedikit pada bibirnya.

Ia meraih headband orange polos di dekatnya lalu mengumpulkan rambutnya jadi satu di belakang lalu memakainya. Ia terlihat lebih dewasa dan rapi jika begini. Lebih kelihatan fresh dari sebelumnya.

Lyodra segera menyambar tasnya dan keluar kamar. Sesampainya di dapur, Samuel sudah duduk di kursi pantry, lelaki itu sedang makan dengan santai seperti di rumah sendiri. Selain diktator dan jahat, Samuel juga tidak tahu malu. Kemarin menjauh, mengatakan Lyodra bekasnya seolah tidak berarti dan merendahkannya pada Bennedith, sekarang lelaki itu bersikap seolah tidak pernah terjadi apa-apa.

Seperti tadi malam misalnya. Lelaki itu datang dan pergi tanpa bisa ia prediksi sebelumnya.

Tapi, entah kenapa ia masih menerima. Mungkin karena ia merasa sesuatu yang hilang dalam beberapa hari terakhir itu sudah kembali. Atau mungkin karena Samuel datang membawa sebuah cerita yang membuatnya penasaran. Tentang Alta dan Allamanda, tokoh novel yang ternyata ada di dunia nyata.

Apapun itu, Lyodra lebih lega ketika Samuel ada.

"Ngapain masih berdiri disitu, kalau mau sarapan, buruan. Udah siang," tegur Samuel membuyarkan lamunan Lyodra. Gadis itu langsung tersadar. Ia bergegas ke  kulkas dan mengeluarkan kotak kemasan susu dari sana. Lyodra menuangkan bubuknya ke dalam gelas lalu menyeduhnya dengan air hangat dari dispenser.

Samuel yang memperhatikan Lyodra mengaduk minuman tersebut tertarik dan menghampiri. Ia berdiri di samping Lyodra sambil menimang-nimang kemasan susu di tangannya. "Lo yakin?" tanyanya setelah tahu dan meletakkan kembali barang tersebut. Ia menatap Lyodra yang berjalan ke arah kursi dan duduk. Gadis itu meminum susunya hingga tandas baru menjawab pertanyaan ambigu Samuel.

"Yakin apanya?" tanyanya bingung. Ia membereskan piring makan Samuel, membawanya ke wastafel lalu mencucinya agar tidak menumpuk. Telinganya masih terpasang untuk mendengar penjelasan Samuel meskipun tangannya sibuk bekerja. Pagi ini ia tidak mau sarapan, susu tadi sudah cukup untuk mengisi perutnya. Apalagi sekarang sudah siang, jadi ia harus cepat-cepat sebelum terlambat ke sekolah.

RetrouvaillesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang