Larry Holmes (Part 1)

23 1 0
                                    

[LARRY]

"Larry..."

Mataku terus tertuju ke arah pintu kelas. Tak sedetikpun aku rela mengalihkan pandanganku. Aku sudah menunggu sekitar 20 menit. Tapi, orang yang aku tunggu masih belum terlihat sama sekali.

"Larry!"

Tadi malam, aku sudah memikirkan berbagai cara untuk bisa menemukan petunjuk mengenai gambar dan vidio yang kami semua terima kemarin siang. Jika benar gambar itu palsu atau hasil rekayasa semata, itu artinya gambar tersebut juga memiliki versi aslinya, versi sebelum seseorang merubahnya. Jika aku bisa menemukan petunjuk mengenai keberadaan gambar tersebut, mungkin aku bisa mengambil gambar yang asli sebagai bukti bahwa foto itu sudah disunting dan sebenarnya Malta bukanlah gadis yang ada di foto.

"Larry!!! Apa kau mendengarkanku?" Teriak Branton tepat di telingaku.

Aku terlonjak kaget.

"Larry! Kau sudah melamun sejak tadi. Percuma saja! Malta tidak akan hadir. Jika aku jadi dia, aku juga akan melakukan hal yang sama."

"Tapi dia tidak sepertimu!" Kataku menyangkalnya. "Ngomong-ngomong, kenapa kau duduk di sini?! Pergi sana! Ini kursi Malta."

"Memangnya kenapa jika aku duduk di sini? Lagi pula, Malta tidak akan datang. Percayalah padaku! Jika ia datang, aku akan pindah."

Aku tidak menggubrisnya. Aku kembali memusatkan perhatianku kepada pintu itu.

Telingaku terasa sedikit panas ketika mendengar beberapa anak di kelas membicarakan Malta di belakang.

"Eh, aku tidak menyangka, ternyata Malta adalah gadis seperti itu."

"Iya. Betul! Aku kira ia adalah anak yang polos."

"Aku tidak tahu bagaimana rasanya menjadi Austin. Austin sudah memperlakukannya dengan sangat baik. Tetapi, di belakangnya ia malah berduaan dengan orang lain. Bukankah itu keterlaluan! Bahkan, ia melakukannya dengan pria dewasa. Menjijikkan sekali!"

"Hey! Bisa diam tidak?!" Bentakku pada mereka bertiga. Aku tak terima sahabatku dipermalukan.

Mereka semua terdiam.

"Larry...sudahlah! Jangan dengarkan mereka!" Kata Branton, berusaha menenangkanku.

Tiba-tiba, seseorang memasuki kelas. Dengan spontan, aku langsung berdiri di tempat.

"Selamat pagi, anak-anak! Semoga kalian ingat harus melakukan apa hari ini!"

Ternyata itu Mr. Jacob. Kelihatannya aku terlalu berharap lebih.

"Lihat! Sudah ku bilang, kan! Dia tidak akan datang," ujar Branton, merasa menang.

Dengan berat hati, aku kembali duduk. Aku merasa sangat kecewa. Branton mungkin benar. Malta tidak mungkin hadir setelah kejadian kemarin. Dia bahkan tidak membalas pesan-pesan yang aku kirim untuknya. Aku harap ini tidak akan berlangsung lama.

"Sekarang, aku akan memanggil nama kalian satu per satu. Kemudian, kalian pergi ke depan untuk memberikan laporan tugas yang sudah kalian kerjakan minggu lalu! Hari ini, aku tidak akan banyak memberi materi. Tetapi, aku akan memberikan kalian 3 tugas yang harus kalian kumpulkan minggu depan," jelas Mr. Jacob.

"Yahh..." Semua murid terlihat kecewa.

"Minggu depan, aku tidak akan hadir karena harus merayakan perayaan Rosh Hashanah. Jadi, sebagai gantinya, ketiga tugas itu akan mewakili ketidakhadiranku. Apa kalian paham?"

"Iya, Pak!" Ucap kami semua.

"Baguslah kalau begitu. Sekarang, mari kita mulai!"


AMBISIUS : My Brother's Enemy [TAMAT]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant