Jason Menghilang

102 3 0
                                    

[MALTA]

Matahari sudah lama tenggelam. Aku sudah menunggu Jason selama beberapa jam, tetapi ia masih belum juga kembali. Aku bahkan sudah menyelesaikan setengah dari seluruh halaman di buku resep masakan ini. Memang masih belum terpikir apa yang akan aku buat, tetapi setidaknya, hal ini bisa menambah beberapa pengetahuanku mengenai masakan. Ya, hanya pengetahuan saja. Prakteknya biar lain kali saja. Lagi pula, selama ini, aku hampir tidak pernah memasak. Jika aku benar-benar latihan memasak, pasti kemampuanku sudah berada di atas rata-rata. Jauh melampaui kemampuan memasak Jason.

"Sreettt..." Pintu terbuka secara perlahan.

Aku melihat Jason memasuki rumah dengan wajahnya yang terlihat murung dan badannya yang terlihat letih. Ia menjinjing sebuah kantong plastik di tangan kanannya. Entahlah apa isinya.

"Jason! Akhirnya kau kembali juga!" Kataku dengan senang. "Apa kau tahu, aku sangat mengkhawatirkanmu? Aku sudah menunggumu dari tadi! Kau kemana saja?" Lanjutku.

"Terimakasih, ya, sudah menungguku. Oh, ya. Ini, ada sesuatu untukmu," katanya sambil memberikan kantong plastik itu padaku. "Aneh sekali! Sejak kapan kau suka membaca buku resep masakan?" Ia melirik ke arah buku yang aku pegang.

"Oh, ini. Aku hanya penasaran saja! Lagi pula, aku sedang tidak ada kerjaan. Jadi, sambil menunggumu, sekalian saja aku membaca buku ini," jelasku. "Ngomong-ngomong, kau kemana saja barusan? Kau pergi tanpa mengatakan sepatah katapun." Aku merasa bingung.

"Untuk membelikanmu itu," jawabnya sambil menunjuk kantong plastik yang baru ia berikan padaku.

"Ini? Memang ini apa?"

"Kenapa tidak kau lihat saja sendiri?"

Aku melihat isi kantong plastik tersebut. Hanya ada sebuah kotak berisi cheesecake kesukaanku.

"Cheesecake?" Aku kira isinya begitu penting. "Kau semalaman pergi hanya untuk membeli ini? Omong kosong apa ini! Jason?"

Aku merasa heran dengan sikapnya akhir-akhir ini. Ada yang membuatku tidak mengerti. Apakah ia menutupi sesuatu dariku? Biasanya ia sangat terbuka terhadapku. Sekecil apapun masalahnya.

Aku sudah mengenalnya sejak lama. Aku bisa tahu jika ia sedang kesal atau sedih. Jelas-jelas ada yang tidak beres! Dia tidak terlalu meresponku. Ayolah! Aku tahu dia itu seperti apa.

"Benar! Hanya untuk itu. Sudah dulu, ya. Aku lelah. Aku ingin tidur," kata Jason.

Jason memasuki kamarnya.

"Hey...kau belum menjelaskan apapun padaku! Kenapa pergi begitu saja?!" Teriakku dengan kesal.

Seperti itulah Jason. Hanya bisa membuatku kesal dan kesal. Dari mulai aku bangun hingga aku kembali tidur. Aku tidak tahu apa yang salah dengan otaknya. Terutama belakangan ini. Ia benar-benar bersikap aneh. Sama seperti Larry.

Tunggu! Apa mereka sengaja melakukan semua ini untuk menjebakku? Atau untuk mempermainkanku? Tapi, untuk apa? Hari ulang tahunku bahkan masih lama. Di saat seperti ini, biasanya aku selalu mengingat ayah dan ibu. Kira-kira keadaan mereka bagaimana ya?


***


Keesokan paginya, aku bangun tidur lebih awal. Kebiasaan Jason mengatur alarmku di pagi hari mempengaruhi waktu bangunku. Bahkan, tanpa alarm sekalipun, secara otomatis, aku akan tetap terbangun di awal hari. Memang bukan hal yang buruk. Hanya saja, waktu tidurku jadi sedikit berkurang.

Kelebihan dari bangun lebih awal adalah aku bisa memiliki banyak waktu luang untuk melakukan sesuatu hingga waktunya kami berangkat ke sekolah. Oleh sebab itu, aku memutuskan untuk mengerjakan beberapa tugas sekolahku agar tidak menyia-nyiakan waktu yang ada. Setelah itu, aku pergi ke kamar mandi untuk menyikat gigi dan membasuh muka. Kemudian, berpakaian rapi dan menyantap sarapanku. Pada jam 7 pagi, Jason akan memanggilku untuk masuk ke dalam mobil. Lalu, ia akan membawaku ke tempat mengerikan itu.

AMBISIUS : My Brother's Enemy [TAMAT]Where stories live. Discover now