Orang Tuaku Menghilang

77 2 0
                                    

[MALTA]

Selama berhari-hari, aku mulai terbiasa bangun di awal hari. Jason bahkan sudah tidak pernah membangunkanku lagi.

Aku bangun dari tempat tidur, lalu merapikan kasurku. Jason juga pasti sudah bangun. Aku bisa mendengar suara penyiar berita di televisi. Jason suka menyalakan televisi di pagi hari untuk melihat berita sambil minum teh atau kopi seperti orang dewasa.

Saat itu aku baru teringat kembali, tadi malam Jason pulang dengan mata yang lebam. Aku segera pergi ke kamarnya untuk memeriksa keadaannya. Ternyata, Jason masih terbaring di ranjangnya.

Apakah lukanya sangat parah? Sebaiknya aku biarkan saja ia untuk tidur lebih lama. Lalu, kenapa televisi bisa menyala? Sepertinya ia tidak tidur tadi malam dan baru kembali ke kamar pagi ini sebelum aku bangun. Buktinya, pintu kamarnya tak terkunci. Kelihatannya, ia juga lupa untuk mematikan televisinya kembali.

Jam sudah menunjukkan pukul 7 pagi dan dia masih belum juga bangun. Sarapan pagi masih belum disiapkan. Kelihatannya aku harus menggantikannya memasak pagi ini. Tidak sia-sia juga aku membaca buku resep masakan itu malam kemarin. Aku dapat mengingat beberapa resep masakan yang cocok untuk sarapan.

"Pagi ini, enaknya aku memasak apa, ya?" Gumamku. "Bagaimana kalau aku membuat souffle pancake dengan stroberi dan pisang lalu dilengkapi madu sebagai sirupnya. Ide yang bagus, kan!"

Dengan penuh antusias, aku segera mempersiapkan bahan-bahan untuk memasak dan mengenakan celemek agar pakaianku tidak kotor. Aku memutar beberapa lagu di ponselku untuk membuatku jauh lebih semangat. Aku membuka jendela agar udara pagi bisa masuk dan membersihkan udara kotor yang berada di dalam ruangan. Udara di rumah ini sudah terlalu kotor. Pasti mengandung banyak polusi. Dengar-dengar, polusi di dalam ruangan bisa jauh lebih berbahaya dibandingkan dengan udara yang berada di luar.

Setengah jam kemudian, aku selesai menyiapkan sarapan pagi untukku dan Jason. Lalu, aku meletakkannya di atas meja makan dan menuangkan susu segar ke dalam gelas. Aku merasa senang bisa melakukan sesuatu untuk Jason. Walaupun ia menyebalkan. Jika pagi ini emosinya sudah cukup stabil, aku akan menanyainya mengenai kejadian tadi malam. Aku sungguh penasaran dengan apa yang terjadi padanya. Dia terlalu sering bertingkah aneh. Rasanya seperti dia menyembunyikan jutaan rahasia dariku.

"Oh, ya! Saatnya membangunkan Jason."

Aku pergi ke kamarnya.

"Jason...Jason bangunlah! Hari sudah semakin siang. Kalau tidak bangun sekarang, nanti kau bisa terlambat sekolah!" Kataku sambil menggoyang-goyangkan tubuhnya yang berselimut.

Aneh sekali! Mengapa rasanya tubuh Jason terasa lebih hangat dari biasanya?

Aku memegang keningnya untuk mengecek suhu badannya. Ternyata memang hangat! Sepertinya ia terkena demam.

Lebih parahnya lagi, luka-luka itu masih belum dibersihkan. Mungkin, semalam Jason langsung tertidur karena lelah dan kesakitan. Lebih baik aku segera membersihkan lukanya.

"Yang benar saja!"

Aku bergegas ke kamar mandi untuk mengambir air, handuk kecil, serta tak lupa aku juga membawa kotak P3K dari dalam rak.

Aku mulai membersihkan lukanya dengan handuk yang kubasahi air hangat sebelumnya. Aku mengusapkan handuk itu secara perlahan pada wajah Jason.

"Maaf, ya! Pasti akan sedikit sakit," kataku mengingatkannya.

Aku melakukan itu berulang-ulang hingga lukanya menjadi bersih. Setelah itu, aku mengusapkan kapas dengan cairan antiseptik ke setiap luka yang ia miliki.

"Ssh...sshhh..." Jason mengernyit. Terlihat sekali bahwa ia kesakitan. Lagi pula, dari mana ia mendapatkan seluruh luka ini. Ia bahkan tidak jago bergulat, tetapi malah dengan percaya dirinya bertengkar.

AMBISIUS : My Brother's Enemy [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang