Menonton Film dengan Austin

64 2 0
                                    

Sudah setengah jam aku berdiri di depan gedung AMC Theaters. Aku memang sengaja datang lebih dulu agar Austin tidak mengomeliku seperti waktu itu. Padahal, saat itu, aku hanya terlambat lima menit saja, tetapi dia sangat perhitungan. Ia bukanlah wanita. Namun anehnya, ia jauh lebih perhitungan dari pada ibuku sendiri.

Sepertinya, aku masih belum melihat tanda-tanda kedatangan Austin. Aku menyalakan smartwatch-ku untuk mengecek jam.

"Sekarang sudah jam 03.59 sore dan dia masih belum datang juga!" Keluhku.

Dua menit kemudian Austin tiba.

"Kau telat!" Kataku padanya sambil tersenyum sinis.

Ia melongo, kemudian melihat ke arah jam tangannya, lalu tertawa. "Hanya telat 1 menit saja, kok!" Elaknya.

"Baiklah. Waktu itu kau juga marah walaupun aku hanya telat lima menit!"

"Itu lima menit...berbeda denganku! Kau jauh lebih lama!" Ia berdalih.

Aku tertawa, "Ya sudah...terserah kau saja! Aku sedang tidak mau berdebat. Jadi, bagaimana sekarang?" Tanyaku.

Jujur saja, sebetulnya, aku merasa sedikit grogi. Tetapi, ini kedua kalinya kami pergi bersama. Di luar jam sekolah tentunya. Jadi, aku tidak mau merusak hari ini. Aku hanya perlu bersikap sedikit tenang.

Aku menarik napas dalam-dalam untuk menghilangkan kecemasanku , kemudian menghembuskannya.

"Tenang...tenang..." gumamku.

"Malta? Apa kau baik-baik saja?" Austin terlihat khawatir.

"Oh, ya! Tidak apa-apa! Aku baik-baik saja!" Aku pasti terlihat konyol.

"Baguslah kalau tidak apa-apa. Kalau begitu, ayo kita langsung ke dalam!" Ajaknya dengan riang.

Dia menarik lenganku dan membawaku masuk ke dalam gedung bioskop.

Di dalam, suasananya cukup ramai. Aku tidak menyangka jika film ini akan mendapat begitu banyak perhatian. Untungnya, kami sudah memesan kursi secara daring, jadi kami tidak perlu mengantri lagi untuk mendapatkan tiket.

Antriannya panjang sekali hingga ke pintu masuk. Semua studio dikabarkan akan menayangkan film Driving from Nevada secara bersamaan. Lagi pula, kami memang datang di saat premier film. Jadi, memang tidak aneh jika ada banyak orang yang datang saat ini.

Beberapa menit sebelum pintu studio di buka, penjual tiket mengumumkan bahwa seluruh tiket sudah terjual hasil. Beberapa orang terlihat kecewa dan dengan terpaksa keluar dari dalam bioskop.

Aku dan Austin menunggu di depan studio 5 setelah pintunya di buka untuk menunjukkan tiket kami. Kemudian, kami masuk ke dalam studio yang gelap gulita.

"Gelap sekali!" Ujarku.

"Sini, pegang tanganku!" Pinta Austin.

"Um..."

Tanpa berpikir, ia meraih tanganku.

Beberapa detik kemudian, layar sinema menyala dan menampilkan sebuah iklan permen pelega tenggorokan.

Kami di antar menuju kursi yang sudah kami pesan. Tepatnya berada di bagian tengah, tidak terlalu atas dan juga tidak terlalu bawah. Aku kurang suka duduk di jajaran kursi bagian bawah karena gambarnya akan terlihat terlalu besar dan terlalu dekat, sehingga mataku menjadi pusing. Begitu pula dengan duduk di bagian belakang. Banyak kejadian aneh yang biasa terjadi di jajaran kursi bagian belakang. Kalian mungkin tahu maksudnya. Untungnya Austin memesan kursi di bagian tengah. Posisi yang paling tepat dan aman.

Sebelum masuk ke dalam studio, Austin sudah membelikanku beberapa cemilan di concession stand, seperti popcorn, corndog, dan juga segelas soda dingin. Menonton kali ini benar-benar penuh persiapan.

AMBISIUS : My Brother's Enemy [TAMAT]Where stories live. Discover now