Airin membalikkan badannya dan melihat lelaki yang menurutnya biasa saja, entah mata Airin katarak atau rabun, cowok berbadan atletis, rambut hitam, alis tebal dan ... intinya sempurna.

Airin hanya melihat tanpa mau menolongnya untuk berdiri, Airin melihat jika lelaki tadi meringis sambil memegangi perutnya.

Lelaki itu menatap Airin dan tersenyum ramah seolah-olah meminta bantuan, namun Airin hanya mengedikkan bahunya acuh. Baru saja lelaki ini ingin angkat bicara, namun Airin mengambil alih. "Bangun sendiri! Makanya kalo gak bisa berantem gak usah gaya! Coba kalo gak ada gue, dah koid lo!"

Lelaki itu dibuat melongo oleh perkataan Airin, tidak bisa berantem katanya, wajar saja dia kalah jika langsung dikeroyok oleh mereka semua sekaligus. Namun dia hanya terkekeh kecil, menatap lucu ke arah Airin.

Airin justru terheran melihat lelaki ini, dan dia langsung pergi menggunakan papan skeat-nya, sebelum ia pergi ia melihat handphone-nya dan saat itu pula ia pergi untuk berlatih karate.

Dia hanya memandang Airin tak berkedip, melihat begitu lihainya Airin dalan bermain Skeatboard. "Imut, fiks! Gue suka sama lo! Oh ya, namanya siapa, ya? Goblok lo, Sa!" kesal dirinya karena tak mengetahui nama Airin.

"Issh! Anjir, sakiit!" ringisnya saat dia akan berdiri karena perutnya tadi terkena tonjokan yang lumayan keras.

"Hp gue mana yak? Oh ya, di tas!" serunya dan mulai berdiri dengan hati-hati sambil meringis, berjalan perlahan bak siput ke arah motor sportnya, yang terparkir lumayan jauh dari dia dikeroyok tadi.

"Bro, jemput ghe di jalan kancil ujung supermarket!"

"..."

"Abis dikeroyok gje!" ucapnya kelewat santuy.

"..."

"Udah, sini aja! 10 menit gue tunggu!" tegasnya menelfon teman sekomunitasnya. Lama menunggu dia memikirkan gadis yang menolongnya tadi.

"Unik! Tapi jutek. Asli gue suka ... ckckck gobloknya gue gak minta nomernya yak, tenang Sa, kalo jodoh gak akan kemana, wkwkwk," gumamnya sendiri.

Dia melihat jam rolex yang bertengger di lengannya, melihat jam yang sudah menunjukkan angka setengah tiga membuatnya berdecak kesal, "ck! Lama banget, anak tuyul! Mana ni perut dah bunyi lagi!"

Suara motor terdengar di telinganya, dia pun mendongakkan wajahnya, dua sejoli turun dari motornya dan langsung menghampiri wakil ketuanya itu, "lo ngapain si pak waketu! Goblok apa tolol! Udah tau jalan nih bahaya, malah nekat sendirian!"

"Gak usah banyak bacot, lo! Buruan, gue udah laper!"

"Anjir lo! Baru aja gue mau duduk!" kesal lelaki bertopi hitam bernama Anggit.

"Namanya juga Gesa Barata Fernando! Si waketu sableng! Ya gitu, sukanya nyuruh tanpa liat kondisi," sahut lelaki berkulit putih yang cukup tampan sebelas dua belas dengan Gesa, dia bernama Sarga.

Ucapan Sarga membuat Gesa terkikik geli, melihat kedua temannya kesal membuat dirinya senang bukan main.

"Udah cepet! Gue traktir ntar! Ga, lo bawa motor gue. Nggit, lo boncengin gue. Awas sampe gue lecet, gue tebas itunya lo!" Gesa berbicara asal dengan diakhiri tawa olehnya.

"Kejam amat, bro! Entar gue gak bisa ...."

"Gak bisa apa, hayyok?!" jail Gesa membuat tawa mereka semua meledak.

Sudut Rasa (On Going)Where stories live. Discover now