2 - Senyummu, Tuan

78 16 11
                                    

Assalamualaikum ....

Happy Reading ....

❤❤❤

"Senyum itu tidak tercipta olehku. Namun, aku senang walaupun hanya sebatas menjadi penikmat senyum indah itu, Tuan."

~Arumi Nasha~

"Lihat 'kan, Rum? Sampai sekarang pulang kuliah saja, kak Akmal belum balikin lagi laptop punyaku?" gerutu Rana.

"Ngapain khawatir, sih. Kalian satu rumah. Jadi kak Akmal gak bakalan curi laptop punyamu," jawab Arumi santai.

Rana menatap Arumi 'tak percaya. Dia sama sekali tidak khawatir jika laptop itu akan dicuri, yang ia khawatirkan bagaimana jika Akmal membuka seluruh isi laptop miliknya? Hancur sudah privasinya. Apakah sahabatnya itu tidak mengerti sedikit pun kerisauannya?

"Ya Allah, Arumi. Coba pikir, gimana kalo kak Akmal buka seluruh isi laptopnya?" geram Rana.

"Ya itu risikomu." Masih tetap sama, Arumi menjawabnya dengan sangat santai.

Rana semakin dibuat melongo dengan jawaban yang dilontarkan Arumi. Sesantai itukah Arumi berbicara? Dirinya panik saat ini. Sahabatnya ini malah terlihat santai-santai saja. Dasar, menyebalkan.

"Ih, Arumi ngeselin. Gak ikut khawatir, gitu?" Rana semakin menggerutu kesal.

"Hehe, maaf. Percaya deh, kak Akmal 'kan orang jujur, gak mungkin dia buka semua privasi kamu." Arumi mencoba menenangkan sahabatnya, meskipun ia sendiri juga tidak yakin dengan hal itu.

"Terserah deh. Aku pasrah aja. Pusing kalo dipikirin terus." Rana mendengus kesal.

Pasrah. Hanya itu yang bisa Rana lakukan sekarang. Karena, tidak mungkin ia meminta dengan paska kembali laptopnya kepada Akmal. Mungkin yang ada, ia hanya akan diceramahi panjang lebar oleh sang kakak. Semoga saja, Akmal mendengarkan perkataannya, tetapi ia yakin Akmal tidak mengacuhkannya tadi.

"Jadi, kamu masih tetap mau menggerutu tidak jelas di sini atau pulang ke rumahmu?" tanya Arumi kemudian bangkit dari duduknya, melangkahkan kaki meninggalkan Rana yang masih terduduk pada undakkan tangga.

Sedari tadi dirinya dengan Rana hanya duduk di salah satu undakkan tangga yang menjadi pelantara lantai satu dan dua. Niat awal ingin segera pulang ke rumah, tetapi pupus karena Rana mengajaknya duduk di sana. Ia kira, Rana hanya akan sekedar beristirahat atau membicarakan sesuatu hal yang penting. Namun ternyata tidak, Rana malah sibuk mengoceh dan menggerutu tidak jelas hanya karena masalah laptop miliknya yang dipinjam Akmal. Hal itu, membuat Arumi kesal bukan main. Seharusnya ia segera pulang dan membantu sang ibu untuk berjualan kue.

"Aku belum puas menggerutu, Rumi." Rana ikut melangkahkan kaki menyusul Arumi, dari hentakkan kakinya dapat terdengar jelas bahwa ia sedang merajuk saat ini.

"Rana, aku harus segera pulang. Ibu pasti menungguku untuk menggantikannya berjualan," jawab Arumi tanpa menghentikan langkahnya.

"Tunggu sebentar." Rana menarik pelan lengan Arumi. Mau tidak mau langkah Arumi ikut terhenti.

"Ada apa?" tanya Arumi memutar tubuh menghadap sahabatnya. Bola matanya juga berputar dengan malas, Rana selalu saja mengulur-ngulur waktu.

"Pulang? Kau tidak pergi ke danau hari ini?" tanya Rana heran.

"Ya, pulang. Hari ini jadwalku berjualan, mungkin besok ke sana," jelas Arumi.

"Besok? Bagaimana kalo mereka menunggu?" sela Rana.

Sajadah CintaWhere stories live. Discover now