9 - Rencana

29 8 19
                                    

Assalamualaikum ....
Happy Reading ....

❤❤❤

"Kita dapat menyusun rencana sesempurna apapun. Namun, tetaplah Tuhan dan takdir yang akan menentukan berjalan atau tidaknya rencana itu."

~Shee_Muu23~

Tok tok tok!

"Siapa?" teriak seorang gadis yang tengah bermalas-malasan di atas kasur kesayangannya. Setelah membersihkan diri dan mengisi perutnya yang kosong, Rana lebih memilih untuk bersantai. Harinya cukup lelah, apalagi ia masih merasa kesal karena perilaku kakaknya tadi siang. Belum lagi, otaknya yang harus mulai menyusun rencana agar semua tetap baik-baik saja.

"Aku," jawab seseorang yang berada di luar kamar. Rana memutar bola mata malas mengetahui siapa yang berada di depan kamarnya.

"Pergilah, aku masih marah padamu, Kak!" balas Rana dengan menyembunyikan dirinya di balik selimut hangat. Tidak ada jawaban hingga beberapa saat. Namun, suara decitan pintu yang terbuka menandakan orang itu masuk ke dalam kamarnya.

Sudah Rana duga, jika Akmal akan bersikeras untuk masuk ke dalam. Salah Rana sendiri yang memiliki kebiasaan tidak mengunci pintu kamar. Sebenarnya, ia sempat ingat utuk mengunci pintu saat pertama kali mendengar suara Akmal, tetapi rasa malas begitu kental melekat dalam dirinya.

"Dasar! Kekanak-kanakan," decak Akmal. Laki-laki itu duduk di kursi yang terletak tidak jauh dari ranjang Rana. Memperhatikan sang adik yang bergerak-gerak di balik selimut.

"Biarkan saja! Kau selalu membohongiku demi kepentinganmu, Kak. Kau tahu? Itu sangat egois tahu!" gerutu Rana, seraya semakin menenggelamkan diri di balik selimut.

"Kau sudah memasuki jenjang kuliah, Rana. Tetapi kau masih manja," ejek Akmal sembari memainkan ponsel di tangan.

"Hey! Aku tida—" Ucapan gadis itu terhenti kala matanya tak sengaja menangkap satu objek menarik di depannya. Segera gadis itu bangun dan duduk dengan tegak, mulutnya terbuka tak percaya melihat apa yang telah di tangkap mata dan otaknya.

"Aaaa! Bajuku ...." Rana menepis kasar selimut dan dengan gerakan cepat melompat dari atas ranjang. Langkah kakinya tertuju pasti pada sebuah baju gamis lengkap dengan hijab berwarna senada yang menggantung di samping meja belajarnya.

Tangannya dengan cekatan mengambil baju itu lalu berlari menuju hadapan cermin. Senyum merekah terukir di wajah cantiknya, Rana berputar-putar dengan dengan menempatkan baju itu di depan badannya. Tampak sekali ia bahagia akan kejutan yang diberikan sang kakak. Lebih tepatnya bukan kejutan, tetapi Akmal terpaksa membelikannya. Jika tidak dilaksanakan, mungkin Rana akan semakin merajuk kepadanya.

Jengah melihat tingkah Rana, Akmal yang melihatnya pun memutar bola mata malas. Apakah semua wanita seperti itu? Ah, sungguh wanita benar-benar rumit dan tidak dapat di tebak.

"Bagaimana, Kak? Baju ini terlihat bagus jika digunakan olehku, bukan?" seru Rana dengan kilatan bahagia terpancar dari sorot matanya.

"Hem," deham Akmal.

"Keluarlah, Kak. Aku akan mencobanya." Usir Rana. Gadis itu meletakan baju di atas kasur lalu mendorong sang kakak agar keluar dari kamar. Ia begitu tidak sabar ingin segera mencobanya.

"Hey! Kau tidak akan berterima kasih kepadaku, Little Girl?" tanya Akmal tak percaya.

"Ya ya ya! Terima kasih. Cepatlah aku sudah tidak sabar!"

Bruk! Ceklek!

Belum saja sepatah kata keluar dari mulut Akmal, tetapi pintu sudah tertutup dengan sempurna. Di saat seperti ini saja Rana tidak lupa mengunci pintu. Sangat besar memang pengaruh bahagia kepada kebiasaan seseorang.

Sajadah CintaWhere stories live. Discover now