7 - Keluarga

34 8 14
                                    

Assalamualaikum ....
Happy Reading ....

❤❤❤
"Setiap keluarga memiliki bahagia dan sedih yang berbeda. Jadi, tak perlu membandingkan keluargamu dengan keluarga orang lain. Karena jelas, itu akan berbeda."

~SheeMuu~

Seorang laki-laki berjalan dengan tergesa. Menaiki undakan tangga dan kemudian berdiri dengan tegap di depan sebuah pintu kamar.

"Little girl. Keluar sebentar," teriaknya dengan tangan yang mengetuk pintu.

"Ade, keluar, dong."

Tok tok tok!

"Ya Allah, ini anak kemana sih?" gerutunya.

Decakan kesal terus keluar dari mulutnya. Tangannya pun tak berhenti mengetuk pintu kamar itu, berharap gadis yang berada di dalam kamar segera membukakan pintu.

Dengan penantian yang ekstra sabar, akhirnya pintu terbuka. Nampaklah seorang gadis keluar dengan mengenakan piama. Gadis itu terlihat sangat kesal, bibirnya mengerucut dan memandang sinis sang kakak.

"Ada apa? Lihatlah, ini jam sebelas malam lebih, Kak." Rana menatap Akmal kesal. Kakaknya itu benar-benar tidak tahu waktu saat menggangggunya. Lagi pula, ada urusan apa kakaknya datang di tengah malam seperti ini?

"Aku tahu," jawab Akmal acuh.

"Lalu? Untuk apa kau mengganggu tidurku?" Rana menguap kala rasa ngantuk hinggap. Alam mimpi telah menyambutnya, tetapi karena teriakkan Akmal, ia terpaksa harus bangun. Padahal, baru saja gadis itu akan bermimpi indah. Jika bukan karena penasaran, mana mau Rana bangun dan menemui si pengganggu ini.

"Antar aku besok."

"Kem-"

"Antar aku, Little Girl!"

Jika sudah seperti ini, Rana tidak bisa menolaknya. Itu bukan lagi permintaan, itu sudah menjadi sebuah perintah. Tak sanggup menolak, apalagi melihat tatapan Akmal yang menajam. Sudah tidak bisa lagi ia membantah.

"Kenapa gak besok aja sih ngasih tahunya?" tanya Rana kesal.

"Have a nice dream." Akmal mengusap lembut puncak kepala Rana dan berlenggang pergi tanpa menjawab pertanyaan sang adik.

"Kakak! Ngeselin!" teriaknya kesal dengan tangan yang mengepal.

Untung saja ia tidak terlalu khawatir orang rumah akan terganggu mendengar teriakkan, karena kamarnya terletak di lantai dua. Dulu, kamar Akmal juga terletak di sebelahnya. Namun, tahun lalu kakaknya itu berpindah kamar menjadi di lantai satu, berada dekat dengan kamar ibu dan ayahnya.

"Dasar aneh." Rana bergidik.

***

Seorang gadis menuruni tangga dengan tas ransel yang ia gendong. Senyuman terpatri begitu lebar di wajah cantiknya. Kemudian ia ikut bergabung di meja makan bersama keluarganya.

"Ada kuliah, Rana?" tanya ayahnya.

"Ada, Yah," jawabnya dengan tangan yang bersiap mengambil segelas susu.

"Rana, bagaimana kabar Arumi? Kenapa dia jarang ke sini sekarang?" Wanita paruh baya itu bertanya, tangannya sibuk mengoleskan selai kacang pada roti.

"Arumi sibuk, Bun." Tangan Rana mengambil roti yang diberikan Aini, bundanya.

"Sibuk? Ngapain?" Aini duduk di kursi, sebelumnya ia sempat memberikan roti dengan selai kacang kepada suaminya.

Sajadah CintaWhere stories live. Discover now