3 - Danau

66 15 24
                                    

Assalamu'alaikum ....
Happy Reading ....

❤❤❤

"Jangan mengeluh atas apa yang terjadi hari ini. Siapa tahu, hidup yang kamu keluhkan adalah hidup yang orang lain impikan."

~Arumi Nasha~

"Hai, kamu teman Rana, bukan?" Pertanyaan itu terlontar begitu saja dari seorang gadis di hadapan Arumi.

"I—iya, Kak," jawab Arumi gugup.

"Wah, seneng yaa, bisa ketemu teman adikmu di sini," ujarnya dengan mata yang menatap seorang lelaki di sampingnya.

Terlihat seseorang yang diajak berbicara itu mengangguk. Mata teduh itu menatap lekat gadis yang berbincang dengan Arumi. Dapat Arumi simpulkan, dari tatapan itu begitu banyak arti yang mendalam bagi gadis di hadapannya. Beruntung sekali gadis dengan hijab berwarna dark blue itu.

"Aku, Alesha Alifa Hibatillah. Siapa namamu?" Tangan putih itu terjulur meminta Arumi menjabat tangannya.

"A—aku Arumi Nasha, Kak." Perlahan tangan Arumi menerima jabat tangan itu. Lembut, terlihat bahwa tangan ini selalu terawat, tidak seperti tangannya.

Arumi tersentak. Tangannya basah karena air yang terus mengalir dari gelas yang sedang ia isi. Senyum getir terpatri di wajahnya. Berada di tengah-tengah orang yang saling mencintai membuat dadanya terasa sesak. Ia harus menahan semuanya. Ia hanya mencintai bukan dicintai. Seharusnya kenyataan itu cukup baginya untuk tersadar.

Ceroboh sekali dirinya, tidak seharusnya ia memikirkan yang tidak seharusnya ia pikirkan. Lebih banyak hal yang membuatnya lebih bermanfaat daripada hanya melamun tidak jelas. Namun, bayangan itu tiba-tiba saja melintas dalam benaknya. Padahal, hatinya telah ia bentengi agar tidak terlalu berharap kepada sesama hamba, tetapi itu semua sia-sia saja.

"Astagfirullah, sadar Arumi. Hidupmu bukan hanya untuk mengejar cinta!" Arumi menggelengkan kepala, berharap bayangan itu segera enyah dari pikirannya.

Arumi mendudukkan dirinya, membaca basmalah kemudian menenguk hingga tandas air putih yang berada di genggamannya. Setidaknya air putih dapat membuatnya sedikit tenang.

Jam menunjukkan pukul 02.13, tadi Arumi sempat tertidur dan terbiasa bangun tengah malam hanya untuk bersujud dan melafalkan doa kepada Sang Pencipta. Bergegas pergi ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu, kemudian melaksanakan salat malam sesuai yang dianjurkan Baginda Rasul.

"Assalamu'alaikum Warahmatullah."

"Assalamu'alaikum Warahmatullah."

Kedua salam yang diucapkan diiringi dengan gerakan kepala ke kanan dan kiri menjadi penanda bahwa salat malam yang Arumi laksanakan telah selesai. Lafalan zikir memuji Sang Pencipta Arumi lantunkan di tengah malam. Bacaan ayat-atay indah Al-Qur'an juga ikut terlantun begitu indah darinya.

Ini adalah cara yang tepat meminta sesuatu di sepertiga malam. Di saat semua orang tertidur begitu nyenyak, kita dengan rendah hati meluangkan waktu untuk semakin mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Niscaya, lambat laun semua lantunan doa yang dipanjatkan akan terkabul. Tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah, Kun Fayakun.

Jika menciptakan manusia dari tanah adalah sesuatu yang sangat mudah bagi Allah, lantas membolak-balikan hati manusia juga perihal yang mudah bagi-Nya. Semua itu tergantung usaha dan kepercayaan kita, percayalah, angin yang tidak terlihat pun mampu Allah gerakan.

Begitu indah mencurahkan segala keluh kesah di waktu seperti ini. Kita merasa sangat dekat dengan Sang Pencipta. Curahkan segala hal yang membuat gundah, karena sebaik-baiknya yang paling kita percaya adalah Allah. Tidak akan pernah kecewa jika kita menumpahkan semua hanya kepada-Nya.

Sajadah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang