15 - Bantuan

21 6 8
                                    

Assalamu'alaikum ....
Happy Reading ....

❤❤❤

"Darimu aku belajar banyak hal, terutama tentang berbagi kebahagiaan kepada mereka."

~Raihan Akhtar Ibrahim~

Memijat pelipisnya pelan, Arumi menghela napas lelah. Hingga sebuah suara laki-laki mengalihkan perhatiannya.

"Hey, perlu bantuan?"

Terperanjat kaget, Arumi memegangi dada. Sungguh, suara yang tiba-tiba mampir di telinganya sangat membuat terkejut. Jantungnya serasa akan copot saat itu juga.

Melafalkan istighfar, Arumi kembali merubah mimik wajahnya. Walau, detak jantung belum sepenuhnya kembali normal. Seakan baru tersadar, rasanya ia mengenal suara itu. Demi menghempas rasa penasaran, segera ia membalik tubuh untuk memastikan tebakannya. Benar saja, seseorang yang Arumi kenal berdiri dengan kekehannya. Lucu karena melihat ekpresi yang ditunjukan gadis di depannya.

"Rey?"

Tak habis pikir, bukannya tadi Raihan bertemu dengannya di bus, lalu mereka kembali berpisah di halte terakhir. Jadi, kenapa laki-laki ini berada di sini sekarang?

"Perlu bantuan?" tanya Raihan.

Arumi tersenyum kikuk. "Ah, tidak usah. Aku takut merepotkanmu."

"Tidak merepotkan," balas Raihan cepat.

Bukan sok jual mahal menolak tawaran Raihan karena sebenarnya ia sangat membutuhkannya. Membawa tiga kantung belanjaan penuh bukan hal mudah, apalagi tujuannya pergi ke danau. Namun, memang benar adanya ia takut merepotkan dan takut menimbulkan fitnah tak enak di antara keduanya.

Masih menunggu persetujuan dari Arumi, Raihan memang ikhlas membantu. Mana mungkin ia tega membiarkan seorang gadis membawa barang sebanyak itu. Ada yang aneh di hatinya, seolah tak mengenal Arumi saat ini, rasanya Arumi tak seboros ini di dahulu.

"Tapi, Rey ...."

"Jaga jarak aja," jawab Raihan cepat. Dirinya menyadari kecanggungan Arumi. Gadis yang taat dalam hal agama, selalu menjaga diri dari hal yang bisa menyebabkan dosa.

Terdiam sebentar, Arumi akhirnya memutuskan. "Baiklah."

Terlihat Raihan tersenyum mendengar jawaban Arumi. "Sini, aku bantu," ujarnya menengadahkan tangan.

Dua kantung belanjaan berhasil beralih ke tangan Raihan, sedangkan satunya lagi di tangan Arumi. Awalnya hanya berniat memberikan satu kantung saja, tetapi Raihan memaksa. Katanya, malu jika ia membawa lebih sedikit barang daripada perempuan. Ada-ada saja memang.

Keduanya berjalan menuju tepi jalan raya. Seakan baru tersadar, Raihan bertanya dengan sebelah alis yang terangkat. "Naik?"

"Angkot saja," balas Arumi.

"Taxi?"

"Gak, Rey. Angkot aja," tolak Arumi.

"Baiklah."

Sayang di ongkos kalo pergi ke danau pakai taxi. Lagi pula, sama saja baik taxi maupun angkot. Keduanya tak benar-benar sampai di danau, mereka harus tetap berjalan kaki untuk sampai di danau. Jadi, lebih baik mencari yang murah-murah saja, yang terpenting sampai dengan selamat. Walaupun Arumi sedikit ragu, apa Raihan mau naik angkot dan kepanasan tanpa pendingin di dalam mobil?

"Rey, kalo keberatan gak papa, kok, aku sendiri aja," ujar Arumi saat Raihan terdiam beberapa saat. Takut jika ia terlalu memaksakan kehendak.

"Tidak, Rum," jawab Raihan cepat.

Sajadah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang