11 - Apa Ini Takdir?

33 9 4
                                    

Assalamualaikum
Happy Reading ....

❤❤❤

"Rencana-Nya tidak dapat kita duga. Namun, aku percaya. Jalan yang ditakdirkan-Nya selalu berakhir bahagia."

~Arumi Nasha~

"Gak ada kelas lagi kan, Rum?" Rana bertanya setelah dosen yang mengajar di kelas keluar ruangan. Ia meregangkan tangan, berusaha menghilangkan keram yang menyerang akibat menulis terlalu banyak. Walaupun di zaman ini telah banyak teknologi canggih, tetapi sesekali cobalah menulis dengan goresan tangan sendiri.

"Udah kelar," jawab Arumi.

"Hurft ... syukurlah." Rana menghela napas lega. "Lumayan capek juga kalo dosennya killer," keluh Rana dengan bibir mengerucut.

"Bagus, dong! Kalo gak killer, mahasiswa lain pada santai-santai kerjain tugasnya," balas Arumi, seraya kembali menggenggam buku dan bersiap untuk bangkit.

Tak menjawab lagi, Rana malah memperhatikan beberapa mahasiswa lain yang mulai meninggalkan kelas. Pandangannya tak luput kala berhasil mendapati Faiz yang ikut keluar dengan sebuah tas menggelayut di bahu kirinya.

"Cowok aneh, memakai ransel pun tidak benar," batinnya berkomentar.

Tuk!

Sebuah tutup pulpen mendarat di depannya. Selang beberapa detik, sebuah suara membuat Rana tersadar, jika yang berada di ambang pintu kelas sekarang adalah Arumi, bukan Faiz lagi.

"Mau terus di situ atau keluar, Ran?"

"Ih, Arumi! Niat ninggalin aku?" omel Rana. Tangannya dengan tergesa memasukan alat tulis lalu menyusul Arumi yang telah terlebih dahulu keluar.

Keduanya berjalan bersama menyusuri koridor, sesekali obrolan ringan terjadi. Mulai dari pelajaran, hingga Rana yang menyempatkan waktu menggoda Arumi. Sampai saat ini, tidak ada hal yang membuat keduanya saling berjauhan. Mungkin, hanya bertengkar ringan lalu kembali saling memaafkan.

Baik latar belakang maupun sifat mereka, sangat terlihat berbeda. Namun, bukannya harus begitu? Saling melengkapi.

"Bagaimana, charger-nya udah sampe ke tangan Kak Akmal, kan?" tanya Rana. Sebenarnya, ia hanya berbasa-basi saja karena bisa dipastikan Arumi akan memberikan charger itu kepada Akmal. Sekaligus ada sedikit niat menggoda sahabatnya lagi.

"Hem!"

"Ah! Dan bagaimana jantungmu saat sampai di depan Kakak?" Gadis itu semakin membuat Arumi malas akan pembahasannya. Selalu saja Akmal yang dibicarakan, seolah tak ada topik lain untuk dibahas.

"Kau menyebalkan, Rana!" sentak Arumi jengah. Bukannya marah Rana malah tertawa kecil melihat respons sahabatnya. Entahlah, yang jelas ia selalu senang melihat kedua pipi Arumi yang merona. Gadis itu memang mengagumi Kakaknya, tetapi Alesha mempunya ruang khusus di dalam sana.

"Aku mau ke perpus. Mau ikut?" Langkah Kaki Arumi berhenti di persimpangan koridor.

Rana terdiam beberapa saat. "Eum ... aku tunggu di luar aja, deh." Ia melihat sekeliling lalu berbisik di telinga Arumi, "Penjaga perpustakaan galak!"

Arumi menghela napas pelan lalu mengangguk. Padahal, penjaga perpustakaan di kampus ini tidak galak, tetapi tegas. Wajar saja, agar membuat para mahasiswa yang membandel menjadi segan. Karena masih saja ada yang nekat mengobrol di dalam perpustakaan yang dapat mengganggu konsentrasi pengguna lainnya.

Kaki Arumi mulai memasuki ruang perpustakaan. Setelah selesai mendata kembalinya buku, langkahnya tertuju kepada deretan buku lain yang tertata rapi di rak. Menelaah setiap judulnya. Ah, ia memang sangat suka dengan buku yang berhubungan dengan Islam. Terlebih, sebuah novel religi.

Sajadah CintaWhere stories live. Discover now