"Tapi kan, mobil gabisa lewat sini, ga masuk akal." Tambah Radit yang juga mulai angkat bicara.

"Udahlah, gapapa kan? Kalo ada Dirga disini juga ga masalah." Ujar Gita, ini melegakan kalo memang Dirga disini. Tak susah-susah ia mencari tubuh Eva lagi, yakin kalau Dirga menyimpannya disini.

Aurel dan Pasha sebenarnya sedikit cemas, karena mereka tahu kalau yang membuat mereka masuk dalam masalah ini adalah Dirga.

Sejak mengenal Ingha dan Dirga, hidup mereka sudah menjadi seperti ini. Mereka berharap ini tidak akan berakhir buruk.

"Masuk aja dulu." Pasha langsung melangkah lebih dulu.

Lebih baik ini dibicarakan nanti saja, dia sudah lelah berjalan.

"Ingha, tenang aja, Eva bakal balik kok. Gua agak kasian sama Dirga si, tapi kesel juga." Bisik Gita di telinga Ingha.

Ingha merespon kebingungan, "Kasihan?"

"Dirga mau berhentiin semua ini, ngha."

Mata Ingha membelalak kaget, ia tak tahu akan jadi seperti ini. Meski ia tahu Dirga sudah melakukan kesalahan, tetapi masih ada Ingha yang bisa merelakan dirinya.

Bukannya semua nya berawal dari Ingha sendiri?

Wajah Ingha semakin lama semakin murung, kalau di pikir-pikir memang sepertinya dia yang bersalah. Ingha lah selama ini yang menghindar dari kesalahannya.

"Ta."

"Hem, kenapa?"

"Lo kok bisa tau .. Kalo kakeknya Pasha yang jadi.."

"Gue tau, dikasitau dia. Walaupun gue juga kaget ternyata dukunnya itu ya kakeknya Pasha." Katanya kemudian melanjutkan, "Gue juga ga yakin, kalo misalnya emang iya, mau gimana lagi. Masalah ini harus selesai, gue gamau ada tumbal begitu lagi. Gue udah muak sama Amel, adek lo. Dirga juga. Ga ngerti lagi gue."

"Meski taruhannya itu nyawa?"

"Kalo gue bisa, gue gamau ada yang mati. Masalahnya gue gatau yang begini-begini." Gita menundukkan kepalanya, "Masalah hidup gue udah banyak, mungkin gue bisa lega dengan ngebantu balikkin Eva."

Gita tersenyum, menoleh kearah Ingha. "Gue juga ada hutang nyawa sama lo, ngha. Jadi gausah nyalahin diri lo sendiri. Lo cuma mau ngebantu, orang yang lo bantu itu yang ngebuat semua begini."

"Maaf."

Gita tertawa kecil, "Gapapa, semua orang pasti pernah ngelakuin kesalahan."

Ingha meyakinkan dirinya, ia sudah tidak peduli lagi dengan dirinya atau halangan apapun.

***

Brukk

"Akhh!"

Seorang anak laki-laki terjatuh saat ia sedang mengendarai sepedanya. Umur anak itu masih sekitar 8 - 9 tahunan, wajar saja kalau tiba-tiba ia terjatuh.

Kala itu ia sedang berjalan-jalan dengan sepedanya, rumahnya sedikit jauh dari tempat ia terjatuh.

Anak itu terluka, ia meringis kesakitan. Luka goresannya bisa dibilang agak parah. Karena ia terjatuh di jalan, dan membuat luka nya parah tergores aspal.

"Ah," Anak itu berusaha untuk berdiri, tetapi luka itu membuat dirinya kesusahan dan harus menahan sakit.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 26, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ArwahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang