22%

79 13 1
                                    

Malapetaka akan segera terjadi.
Bayar lah semua itu dengan hilangnya dirimu dari kehidupan ini.
Seperti ia yang telah kehilangan dirinya.
Sampai saatnya dirimu juga akan merasakan hal yang sama.
__________

Suasana di kamar penginapan begitu hangat. Cukup membuat Aurel berdiam diri di kamarnya sembari membaca novel yang sudah ia bawa. Ranjang disana terlalu nyaman, sampai Aurel tidak ingin bangun dari ranjangnya.

Ia memutar lagu berjudul 'Lebih Indah' milik Adera. Itu adalah lagu favorite nya, Aurel selalu mendengarkan itu ketika ia sedang membaca novel atau pun merenung.

Lembar demi lembar telah Aurel selesaikan, sampai tak terasa sudah lama Aurel berada di dalam kamarnya.

"Aurel."

Panggilan itu sukses membuat Aurel menoleh kearah pintu, "Ingha? Masuk aja gapapa."

Tak lama kemudian Ingha masuk dan duduk di ranjang sebelah Aurel.

Matanya nampak ingin tahu tentang apa yang sedang dilakukan Aurel, kemudian ia bertanya.

"Aurel, suka baca novel?" Tanya Ingha.

Aurel menggeleng, "Ngga terlalu suka sih. Cuman, novel yang ini bagus banget. Coba liat nih." Ujarnya sembari mendekatkan novelnya kearah Ingha, hendak menunjukan bahwa novel itu memang bagus.

Ingha mengangguk sambil berdehem, tetapi kemudian Ingha beralih mendengarkan lagu yang di putar oleh Aurel.

"Itu lagunya bagus." Katanya sembari tersenyum.

Aurel menoleh kearah handphonenya, "Ah .. ini."

"Ini—" Aurel tak melanjutkan kata-katanya.

Ia berhenti, kaget. Matanya membelalak.

Sebenarnya ia baru saja ingin memberitahu Ingha soal lagu yang sedang ia dengarkan, akan tetapi Ingha sudah tidak ada di sampingnya.

Ingha menghilang dan lenyap, seakan memiliki jurus untuk berteleportasi.

Hal itu membuat Aurel merinding dan sangat ketakutan. Tanpa berpikir Aurel lari terbirit-birit keluar, meninggalkan kamar itu dengan pintu terbuka.

Melihat Ingha sedang duduk diam di teras Pondok membuat Aurel semakin ketakutan, ia ingin berpikir positif. Tetapi, sepertinya tidak membuatnya tenang dengan melihat Ingha yang duduk di teras itu.

Berarti sedari tadi Aurel berbicara dengan siapa?

Oh tolonglah, jangan bercanda.

"Hoi." Kejut Zidan sambil menepuk bahu Aurel.

Aurel berteriak kaget, membuat semuanya melihat kearah dirinya.

"Lo kenapa ngelamun gitu?" Tanya Zidan keheranan.

"Kenapa, rel?" Timpal Ingha seraya ikut berdiri.

Aurel bernafas tersengal-sengal, ia mencoba menenangkan diri.

"Udah tau gue kagetan masih aja lo kagetin." Ujar Aurel kemudian menghapus keringat yang menjejak di dahinya.

ArwahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang