24%

103 17 2
                                    

Tawa yang tidak bisa di dengar lagi.
Tawa favorite yang selalu menenangkan hati.
Tawa itu menghilang, tak memberikan jejak.
Semoga Harimu Menyenangkan.
__________

Amel muncul dari balik pintu, melihat Dirga yang sedang duduk santai sembari menyeruput teh nya.

"Ga." Seru Amel membuat Dirga menoleh, lelaki itu kemudian tersenyum.

"Apa?"

"Kita udah boleh pulang, nih? Hem, yang Eva juga udah selesai?" Ujar Amel seraya keluar dari kamar dan duduk di sebelah Dirga, wajahnya agak sendu jika membicarakan Eva.

Dirga tertawa, "Ya belum lah, kenapa emangnya? Disini adem padahal."

Amel menggeleng, "Banyak nyamuknya." Balas Amel sambil menggaruk tangannya yang gatal, entah kenapa malah gatal lagi.

"Anak kota begini nih emang, sama nyamuk aja gatahan." Ejek Dirga menahan tawanya. "Udah makan?" Tanya Dirga mengelus surai Amel. Bekas luka di wajah Amel sudah menghilang sejak lama.

"Belum, nanti dulu ah." Kata Amel sambil menyilangkan tangannya dan bersandar di kursi yang sedang ia duduki.

Dirga mengecek jam, kemudian berdiri.

"Mending jalan-jalan sana, masih pagi nih. Gue mau pergi dulu."

"Mau kemana?" Tanya Amel penasaran.

Dirga tersenyum, mendekatkan wajahnya pada Amel. "Ada urusan sama Eyang Aki, lo ngga usah tunggu gue, lama." Dirga mengacak-acak rambut Amel, membuat Amel kesal sampai memukul bahu Dirga.

Dirga hanya tertawa, kemudian ia berjalan menjauh dari Amel.

"Katanya langsung pulang, gimana sih?!" Gerutu Amel memutarkan bola matanya malas.

***

"Udah semua? Gada yang ketinggalan kan?" Tanya Aurel memastikan, semuanya mengangguk.

Tetapi kemudian Pasha berseru, "Guys, balik aja yuk." Ujarnya ragu-ragu sambil menunduk.

Aurel kaget sekaligus heran, "Loh kenapa?"

Radit dan Zidan hanya saling bertatap-tatapan, tak berani berkomentar.

Gita ikut terkejut, "Kita udah jauh banget kesini loh, Pash. Kenapa?" Gita ikut bertanya.

Ingha diam, seakan ia sudah tahu ini akan terjadi. Ingha hanya menghela nafasnya pelan. "Pasha, kenapa?"

"Perasaan gue gaenak aja, g-gue.. Pokoknya kita balik aja ya? Kita kan bisa liburan ke tempat lain." Katanya.

Aurel tidak puas dengan pernyataan Pasha. Wajahnya tampak kesal, tetapi ia tetap menahan emosinya.

"Pash? Lo ga inget kita kesini ngapain?" Aurel menyentuh kedua bahu Pasha, mencoba meyakinkannya kembali.

"Gue tau gue tau, lo takut kan? Udah. Kita gabakal kenapa-napa." Jelas Aurel mencoba meyakinkan Pasha.

"Emang apaan? Bukannya kita kesini buat liburan doang? Emang tujuan nya apaan?" Tiba-tiba Zidan bertanya.

Aurel, Pasha, Gita, dan Ingha segera menoleh secara bersamaan kearah Zidan setelah mendengar itu. Mereka sedikit merasa bersalah menyembunyikan hal ini pada Radit dan Zidan.

"Loh loh? Kenapa pada kaget gitu? Gue berasa di tatap juri anjir." Zidan langsung bingung. Pasalnya dia kan hanya bertanya, bukannya apa-apa.

Radit mengerutkan keningnya, "Ada yang kalian sembunyiin dari kita berdua?" Radit menginterogasi keempat gadis di depannya.

ArwahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang