25%

122 15 0
                                    

Kepala mengadah keatas.
Menatap langit malam cerah bertabur berlian.
Indah dan sangat berharga.
Apakah jika berlian itu terjatuh kita dapat menggapainya dan membawanya kembali untuk diam di langit?
Oh apa itu, kenapa berliannya berwarna merah?
__________

"Disini? Rumah kakek lo dimana, Pash?" Tanya Aurel sambil melihat ke sekeliling, ia tak tahan untuk segera menemukan Eva. Karena cuma ini satu-satunya jalan, ia tak terlalu paham dengan dunia mistis.

"Sepi banget ni desa." Ujar Zidan sambil menerawang desa itu.

Radit sedikit berkeliling untuk melihat-lihat.

"Enggak, deket kok. Habis hutan bambu itu kita sampai." Celetuk Pasha, kemudian berjalan lebih dulu.

"Ih kucingnya ngikut dong." Timpal Gita begitu melihat kucing hitam tadi menempel di kaki Ingha.

Gita mendekat ingin mengelus kucing itu, karena sebenarnya Gita adalah gadis penyuka kucing. Tetapi kucing itu kabur dan pergi menjauh dari Gita.

"HAHAH KUCING AJA GAMAU SAMA LO." Zidan langsung tertawa melihat itu.

"Apasih? Kucing emang begitu." Ujar Gita, menatap kesal Zidan yang tertawa di depannya.

"Mana ada, sama Ingha aja mau kok. Lu bawa penyakit kali, hahahah."

Gita tak menghiraukannya lagi.

"Heh pada mau cepet sampe, ga?" Teriak Pasha yang sudah jauh di depan meninggalkan mereka.

Aneh, batin Aurel.

Bukannya tadi Pasha sendiri yang menolak untuk pergi?

"Jahat le pash, ga nunggu-nunggu." Protes Aurel kemudian berlari mengejar Pasha.

Tak terasa mereka sudah berjalan sekitar 20 menitan.

Tak jauh dari sana terlihat sebuah rumah tua yang besar dan luas.

"Gila parah, luas banget keliatan dari sini." Ujar Gita nampak kagum. "Itu rumah kakek, lo?" Lanjutnya.

Pasha mengangguk mengiyakan.

Mereka pun sampai di depan rumah tua itu. Dari depan, rumah itu sudah terlihat sangat antik.

"Parah parah, gile bangett." Timpal Aurel, matanya tak berhenti mengagumi rumah itu.

"Woah."

Setelah lama melihat-lihat, tiba-tiba Zidan menyadari sesuatu.

"Loh cuk, kok bisa mobil masuk sini?" Tanya Zidan tiba-tiba.

"Hah mana?" Radit menerawang sekitar mencari keberadaan mobil.

"Oiya ada tuh, rasanya gua kenal mobil siapa dah." Kata Gita ragu-ragu, kemudian mencoba berpikir. "Mobil kakeknya Pasha kali." Lanjutnya.

"Kakek gue mana bisa bawa mobil, Ta." Tandas Pasha.

Mereka langsung mendekat melihat mobil itu. Namun tiba-tiba Ingha langsung berbicara, "Mobil Dirga ini."

Otomatis mereka kaget dengan ucapan Ingha.

"HAH?! Dia bilang gabisa ikutan kan?" Zidan yang paling awal kaget, karena dia sendiri yang menawarkan liburan ini ke Dirga. Apa ini surprise? Begitu? Zidan bahkan belum bilang kalau akan kesini.

"Gue ga pernah liat Dirga bawa ni mobil dah. Kakek nya Pasha kali .. Koleksi mobil." Kata Zidan lagi.

"Ngarang."

"Lagian kita nggak ngasi tau mau kesini, kan?" Tanya Aurel, ia juga bingung.

Ingha menggeleng, "Enggak, ini mobil Dirga."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 26, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ArwahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang