21%

78 14 1
                                    

Hembusan angin begitu dingin bercampur dengan hawa gelapnya malam.
Anjing melolong tak berhenti mendengar suara bisikan.
Nadanya terdengar jelas.
Suaranya samar-samar namun sangat terdengar sampai ke telinga.
"Jangan berisik, saya sudah susah payah menidurkannya sampai tak mau bangun begini."
__________

"Ga, ini kenapa penduduknya kebanyakan orang tua?" Amel sedikit berbisik pada Dirga, melihat Desa yang mereka kunjungi dipenuhi oleh penduduk yang rata-rata sudah tua.

Dirga tersenyum menanggapi Amel, tidak heran mengapa Amel penasaran. Ini adalah pengalaman pertama Amel kesini, sudah Dirga duga Amel akan bertanya tentang itu.

Yah, karena dulu juga Dirga bertanya hal yang sama.

"Desa ini kan jauh banget dari Kota, pasti jauh dong dari rumah sakit?" Sahut nya, kemudian melanjutkan. "Banyak wanita hamil yang keguguran karena fasilitas disini enggak bagus, itu yang ngebuat mereka sulit buat punya keturunan. Bahkan beberapa dari mereka udah nggak peduli lagi mau mereka hidup atau mati." Jelas Dirga.

Amel mengangguk paham, "Kasian ya." Katanya menatap para penduduk sendu, pasti sedih rasanya tidak memiliki keturunan.

Amel terus melihat pemandangan sekitar yang terlihat indah dengan cahaya obor. Sampai mereka memasuki hutan bambu. Hawanya berubah menjadi hawa seram, Amel sedikit merinding, karena sepertinya tidak ada penerangan selain lampu mobil Dirga.

"Bentar lagi sampe udah ini." Kata Dirga.

"Hoo iya iya."

"Hii .. makanan .. makanan."

Deg!

Amel mendengar sesuatu yang aneh, ia berbalik menatap belakang mobil, tidak ada apapun. Padahal dia jelas sekali mendengar seseorang berbicara tepat di belakangnya, bahkan seperti tepat di sebelah telinganya.

Seketika jantung nya berdetak lebih kencang tak dapat terhitung, ia mengelus lehernya sendiri, merinding.

Harusnya ia tidak ikut kesini.

Tapi apa boleh buat? Toh juga sudah ikut.

"Kenapa, mel?" Tanya Dirga membuyarkan semua pikiran Amel, badan Amel menegang karena terkejut.

"Ah .. itu, gapapa." Jawab Amel dengan nada santai dan tersenyum.

"Kalo ada apa-apa bilang."

"Iya pasti, Ga."

Tak ada lagi percakapan sampai 7 menit setelahnya.

Dirga menghela nafasnya lega, setelah berjam-jam menyetir mobil akhirnya mereka sampai juga di rumah Eyang.

Amel langsung turun dan berjalan keluar, dirinya sudah lelah terus duduk di dalam mobil. Ini perjalanan terlama yang pernah ia tempuh. Amel meregangkan badannya, menghirup udara luar yang segar sebanyak mungkin kemudian menghembuskannya.

"Oh ini toh nak Amel.."

Amel berbalik mendengar itu, "Iya, saya nek?"

ArwahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang