"Complicated"

33 14 0
                                    

Alicia POV

Pagi ini aku memutuskan untuk datang ke rumah Zero membawa roti bakar yang masih hangat, aku tahu ia suka sekali roti bakar.

Aku masuk ke rumahnya lewat pintu belakang memakai kunci cadangan yang sempat Tante Melodi berikan padaku beberapa tahun yang lalu. kuncinya, katanya untuk jaga-jaga kalau terjadi sesuatu dengan Zero saat orang tuanya tidak ada di rumah.

Aku lalu kedapur mengambil sebuah piring bersih dari rak untuk meletakkan roti bakar yang sudah ku buat, aku lalu naik ke lantas atas, tempat dimana kamar Zero berada.

"Zero.." Tak ada sahutan saat aku memanggil sambil mengetuk pintunya.

"Buka pintunya Zer...." Ulangku.

Hening.....

Aku menunggu untuk beberapa saat, sebelum akhirnya jari-jariku gatal untuk memegang knop pintu dan membukanya.

/Ceklek!

Tidak terkunci!?

"Zer, aku masuk ya..." ucapku sambil berjalan masuk perlahan-lahan.

Tampak kedua mata Zero mulai terbuka, tapi ia masih membaringkan tubuhnya diatas kasur sambil menghadap ke cendela besar yang masih tertutup tirai.

Ku letakkan roti bakar dimeja tepat didekat jendela, lantas ku buka tirai nya sedikit agar cahaya matahari dapat masuk, setidaknya dapat menerangi ruangan yang lumayan redup, sama seperti pemiliknya.

Aku menarik kursi belajar milik Zero lalu duduk disana.

"Zer...pagi...."

Pemuda itu tak menjawab sapaanku, bahkan tatapannya kosong, seperti tidak memiliki kehidupan sama sekali.

"Makan yuk, gue bawa roti bakar kesukaan Lo."

Zero menggeleng tidak, tatapannya pun bahkan tidak berpindah, bisa-bisa ia kemasukan setan jika terus begini.

"Kok enggak mau, ini makanan kesukaan Lo bro," ucapku.

Zero tetap menggeleng tidak.

"Makan ya, dari semalem Lo belum makan, setidaknya makan roti dulu sekarang."

Zero menghembuskan nafasnya kasar, ia menutup wajahnya dengan selimut tebal yang masih terbalut dibadannya.

"Zer...nanti kalau Mama Lo pulang trus Lo sakit gimana?" Kataku mencoba membujuk pemuda itu untuk segera memasukkan kebutuhan primer nya.

Mendengar kalimatku yang menyebut ibunya, Zero akhirnya membuka selimutnya lantas perlahan bangun dari tempat tidurnya.

Aku tersenyum lega, ku ambil kan roti bakar yang masih lumayan hangat untuk ku berikan pada Zero.

Zero menerima pemberianku dan menggigitnya sedikit demi sedikit, walaupun pelan tapi setidaknya dia mau makan.

"Zer gue ke dapur dulu ya, buat minuman..." Kataku.

Aku berdiri mulai melangkah maju namun tiba-tiba Zero menghalangiku dengan memegang lengan tangan kiriku

Tentu saja aku terkejut spontan menoleh memperhatikannya, tapi saat kulakukan itu Zero melepas tautannya.

"Ada apa Zer?" tanyaku khawaktir.

Jawaban yang sama, gelengan kepala kembali ia berikan tanpa ada kalimat satupun yang ia ucapkan.

"Gue cuma sebentar oke," kataku lalu turun ke lantai bawah dan masuk ke dapur membuatkan minuman untuk Zero.

"Alicia?"

Lump In your Troath [PROSES REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang