✿ Nostalgia (?) ✿

44 17 6
                                    

Song : Sahabat-Najwa______________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Song : Sahabat-Najwa
______________________________________

Pulang sekolah.

Aku memutuskan untuk menemui yang lain di rumah pohon, tempat biasa kami berkumpul untuk memperat tapi pertemanan. Seandainya mereka tidak ada disana aku bisa menelepon mereka untuk bertemu.

Rumah pohon tersebut bisa dibilang rumah kertiga bagi kami—karena rumah kedua adalah sekolah iyakan?

Lingkungan nya masih bisa dibilang asri karena jauh dari keramaian kota, banyak pepohonan yang rindang menambah suasana kian menyejukkan, latar bersih dengan bebasnya dari huru-hara sampah plastik.

Rumahnya cukup luas untuk kami tempati, bahkan tidak berdesakan sama sekali untuk kami berenam. Jangankan berenam, bersepuluh-sebelaspun masih muat.

Kami juga memiliki loteng untuk kamar tidur Alicia dan Tere— berjaga-jaga jika kami tidak bisa pulang dengan alasan tertentu—untuk laki-laki bisa tidur dibawah karena ruang itu serba guna bisa untuk apa saja.

Diloteng terdapat kotak besar biru untuk menyimpan barang barangku, Aldo, Steven, dan Devan. Sementara kotak besar merah muda untuk menyimpan barang-barang Alicia dan Tere.

Barang-barang tersebut termasuk bantal, selimut, piyama, sandal tidur, dan lain sebagainya.

Kami juga membangun sebuah halaman depan untuk teras, dengan papan sanggahan yang lantainya disangga kayu yang kokoh, sehingga saat seseorang melewati atau duduk di halaman kayu tersebut, tidak akan goyang-goyang ataupun roboh.

Kalian pikir disini ada listrik? tentu kami tidak punya karena pasti perlu biaya tambahan.

Kami menggunakan lentara untuk menerangi ruang dikala malam, sementara halaman kami gunakan obor.

Dibagian tengah juga terdapat tiga almari dapur kecil yang terpasang didinding untuk menyimpan cemilan, makanan, minuman, atau bumbu dapur.

Mungkin deskripsi diatas cukup untuk menggambarkan betapa nyamannya tempat perkumpulan kami.

Sampai disana aku parkirkan motorku tepat dibawah ruang halaman kayu.

Tak jauh dariku dua motor yang sudah sangat familiar dimataku terparkir apik disana, siapa lagi jika bukan milik Aldo dan Tere.

"Jadi mereka beneran disini? syukur dah."

Kulihat seorang gadis duduk menggunakan kaos warna biru pastel lengan pendek, dengan celana hitam panjang memandang keindahan alam didepannya, kakinya iya ayunkan seirama dengan angin yang manyapu sepoy-sepoy pepohonan.

"ZERO?" teriak pemilik sjara, membuatku sadar dari lamuanku.

"E-eh? iya," kataku gugup.

Gadis itu segera beranjak dari tempat duduknya untuk segera turun kebawah menemuiku.

Lump In your Troath [PROSES REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang