Chapter 25 - Trap For Everyone

1K 86 31
                                    

James membawa Nadine ke ruang kerjanya. Pria itu menyelimuti tubuhnya dan memberikan wanita itu segelas teh hangat. Nadine mencoba untuk menenangkan dirinya sendiri sembari mengelus perutnya. Ia berusaha untuk memahami apa yang baru saja di alaminya.

Semuanya terjadi begitu cepat, peluru itu bisa saja membunuhnya. Penembak itu bisa saja membunuh mereka bertiga. Memikirkan hal itu, membuat tubuh Nadine kembali bergetar. Bukan karena takut, namun karna amarah yang memenuhinya.

James memeluk tubuhnya, pria itu menciumi pucuk kepalanya berulang kali. “Tenanglah, Sayang.”

Wajahnya pucat, seluruh tubuhnya bergetar hebat, pengelihatannya sedikit kabur, bayang-bayang peluru yang menembus cermin berputar di kepalanya seperti kaset rusak, ia sangat ketakutan, perasaannya campur aduk tak karuan.

Itulah yang dilihat James pada dirinya saat ini. Tanpa disadari pria itu, Nadine mengepalkan kedua tangannya yang tersembunyi di balik selimut. Tatapannya tajam ke arah dinding putih di depannya.

Lucas dan Zoe tiba dua puluh menit kemudian. Keduanya berteriak memanggil nama James dan Nadine. James menyahut dari ruang kerjanya, keduanya datang dengan napas yang tidak teratur.

Zoe langsung menghampirinya, tidak memperdulikan James yang masih memeluk wanita itu. “Honey, kau baik-baik saja?”

Nadine tidak menjawab, ia hanya mengangguk pelan. Sesekali ia mengutuk Lucas yang membawa sahabatnya ke sini. Dari awal, Nadine tidak ingin Zoe terlibat terlalu jauh dengan mereka. Dan sekarang, secara tidak langsung  pria brengsek itu menyeret Zoe ke dalam dunia gelap mereka.

“Kita bicara di luar,” kata James. Pria itu mencium keningnya sebelum berjalan mendahului Lucas.

Nadine hanya diam menatap kepergian James dan Lucas. Sedangkan Zoe berusaha untuk menenangkan Nadine sambil mengelus punggungnya dengan raut wajah khawatir.

***

James membawa Lucas ke kamarnya, ia berdiri tepat di mana peluru itu di tembakkan. Peluru itu melubangi kaca dengan sempurna, tapi tidak cukup kuat untuk menghancurkannya. Kaca dari cermin yang pecah berhamburan di lantai, meninggalkan satu peluru yang ditembakkan.

James menyentuh lubang di dinding kacanya, menarik jarinya beberapa senti ke arah kanan sembari terkekeh sinis. “Sedikit saja dia mengubah arahnya, aku atau Nadine—kami bisa saja sudah tak berjawa di ranjang itu.”

“Bajingan itu tidak akan pernah berhenti sampai aku sendiri yang harus menghadapinya.” James mengepalkan kedua tangannya, meninjukan tangan kanannya ke dinding kaca yang menyebabkan memar di antara buku-buku jarinya.

“Bajingan itu?” Lucas tidak mengerti. James tidak membicarakan siapapun beberapa minggu ini.

Musuh terakhirnya sudah mati membusuk di stasiun bawah tanah, jadi Lucas tidak memiliki ide apapun tentang siapa bajingan ini.

Apa ini karena ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan Zoe? Pikirnya seperti orang bodoh.

“Dia kembali,” kata James dengan suara yang bergetar. Ia tidak pernah setakut ini.

Lucas tertegun sesaat, tatapannya lurus ke arah James yang duduk di lantai dengan wajah yang ditenggelamkan di antara kedua lututnya.

Chance Where stories live. Discover now