Chapter 22 - An Accident

2.7K 184 36
                                    

Kim Yeon Ji  - Ga Eun

***

Jangan lupa vote dan komen :)
koreksi kalo ada typo!

***

Do you miss me, guys? Or just this story?

***

Happy Reading!!!

***

Banyak kejadian yang tak terduga semenjak Nadine memutuskan untuk kembali bersama James. Semua hal tidak berjalan dengan mudah, seseorang bisa saja membunuh mereka dengan mudah. Nadine sadar sejak awal, hidupnya tidak akan tenang jika ia memutuskan untuk kembali bersama pria itu. Tapi ia tidak punya pilihan, ia sudah terlibat terlalu dalam. Tidak ada jalan untuk kembali.

Namun rasanya tetap saja membingungkan. Semakin Nadine mencoba untuk memahami James, semakin sulit ia menerimanya. Semakin banyak hal yang disembunyikan James darinya. Pria itu tidak benar-benar membuka diri untuknya. Nadine merasa James terlalu jauh untuk ia raih, pria itu sangat sulit ia pahami. Nadine sadar, James semakin berubah.

Dengan tatapan sendu, Nadine menatap wajah damai James yang tertidur nyenyak. Semenjak kepergian James secara tiba-tiba, pria itu mengalami kesulitan dalam tidur, entah apa yang ia lakukan saat itu. James sama sekali tidak pernah membicarakannya.

Nadine menghembuskan napas dengan kasar, ia tidak bisa terus-terusan berada dalam posisi seperti ini. Ia bukan orang bodoh yang hanya berdiam diri dan menerima apapun yang James katakan padanya. Namun nyatanya, pria itu tidak mengatakan apapun padanya.

Nadine mengerti, pilihannya untuk terlibat bersama pria itu. Tapi, James seorang kriminal. Tidak hanya kriminal, pria itu benar-benar seperti iblis. Namun ia tidak dapat menampik kenyataan, kalau pria kriminal ini adalah ayah dari janin yang tumbuh di perutnya. Setidaknya ia punya alasan untuk bertahan dengan pria itu.

Nadine terkesiap saat James tiba-tiba saja berada di atas tubuhnya. “Apa yang kau pikirkan?” kata James sembari menyingkirkan rambut-rambut halus yang menutupi sebagian wajahnya.

Ia tersenyum, tangannya memeluk punggung James. “Bagaimana tidurmu?”

“Menyenangkan. Selama ada kau di sampingku.”

Nadine tidak menjawab, ia hanya tersenyum sembari menatap dalam ke hamparan hitam di mata James. Ada yang berbeda di sana, sesuatu yang tidak pernah ia lihat dari sosok James yang dulu. Sebuah tekat dan nafsu yang berkobar.

Nadine terkekeh kala James menciumi lehernya. Ia mendorong pria itu pelan, dan berusaha untuk bangkit. “Menyingkirlah! Aku harus bersiap untuk bekerja.”

James bergumam. “Sial. Aku lebih suka kau bersamaku di ranjang ini.”

“Ini hari yang sibuk, Sayang. Aku benar-benar harus pergi bekerja.”

Akhirnya James menyingkir dari tubuhnya. Pria itu bangkit dari tempat tidur dengan celana yang menggantung longgar, serta kemeja lusuh dengan kancing yang terbuka seluruhnya. “Ingin mandi bersama?”

Chance Where stories live. Discover now