Chapter 13 - Hiltzalea

2.6K 234 24
                                    


KONTEN SENSITIF!!!

***

Jangan lupa vote dan komen!
Koreksi kalo ada typo!

***

Happy Reading❤

Angin malam Las Vegas yang masuk melalui jendela yang terbuka, tidak membuat ruangan itu menjadi lebih nyaman. Atau sebotol minuman mahal, tidak juga membuat semuanya berjalan dengan lancar. Nadine dan James masih saling diam di ruangan yang sama dalam waktu beberapa menit.

Nadine mengerutkan keningnya tidak mengerti dengan apa yang baru saja dikatakan oleh James. “Aku tidak mengerti,” jelas Nadine.

Sangat jelas terlihat kalau James baru saja menghembuskan nafasnya sebelum mengalihkan pandangannya ke arah kegelapan malam Las Vegas.

James berdiri. Tangannya bergerak untuk melepas setiap kancing baju yang ia kenakan, lalu menjatuhkannya begitu saja ke atas lantai. Langkah James bergerak mendekati Nadine, membawa wanita itu berdiri dan berjalan ke arah jendela yang memperlihatkan langsung keindahan Las Vegas.

“Apa kau benar-benar yakin ingin tahu siapa aku sebenarnya?” tanya James dengan suara rendah.

Nadine mengangguk pelan. “Ya.”

"Aku harap kau tidaak menyesal."

Nadine semakin dibuat bingung kala James membawa lengannya bergerak untuk menelusuri tubuh pria itu. Bergerak ke bawah dan ke atas, serta ke bagian manapun sampai telapak tangan Nadine bersentuhan dengan luka tembak yang dialami James beberapa bulan yang lalu.

“Kau ingat luka ini?”

Nadine membasahi bibirnya. “Tentu saja.”

James bertanya lagi. “Kau tahu bagaimana aku mendapatkannya?”

“Kau tidak memberitahuku saat aku bertanya," sanggah Nadine.

Tatapan James menggelap. Pria itu tidak lagi menatap Nadine. “Aku mendapatkannya saat berusaha membunuh seseorang yang sudah mengambil milikku.”

Nadine tersentak. Secara perlahan ia berjalan mundur menghindari, James. Antisipasi dari dirinya, mengatakan kalau pria di hadapannya ini sangat berbahaya.

“K.. kau membunuh?”

“Jika memang diperlukan,” jawab James santai. Ia sengaja memberi ruang di antara dirinya dan Nadine. Jelas tidak mudah menerima fakta mengejutkan seperti itu.

James berbalik untuk duduk di sebuah sofa berwarna gelap di dekat perapian. Ia mengambil sebungkus nikotin dari saku jaket yang ia kenakan. Mengambilnya sebatang, dan mengapitnya di antara kedua bibirnya. Pematik yang entah datang dari mana, menyala tepat di depan wajah James hingga membuat pantulan cahaya pematik mengenai wajah rupawan pria itu.

Dari tempatnya berdiri, Nadine bisa melihat sosok pria yang tidak pernah ia kenali. James terlalu santai, bahkan untuk mengakui kalau dia pernah menghabisi nyawa seseorang. Tapi  seberapa keras pun Nadine berusaha fokus pada pembicaraan mereka, James benar-benar mengintimidasi dan menguasai permainan. Pria itu bisa saja membuatnya kehilangan akal dalam sekejap.

James menghembuskan kepulan asap ke udara. Ia kembali menatap Nadine, dan berkata dengan suara serak, “Aku mengendalikan apa pun yang kuinginkan, Nadine. Jika pun pertumpahan darah dibutuhkan, aku sama sekali tidak peduli.”

Chance Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang