Chapter 19 - Don't Leave Me Alone

2.5K 187 24
                                    

Finally!!!

Oke :)

Jangan lupa vote dan komen.
Koreksi kalo ada typo!

***

Hembusan angin yang menerpa kulitnya membuat Nadine terbangun. Tirai krim yang menutupi pintu balkon yang terbuka, melambai halus, di terpa angin musim gugur di antara gedung-gedung tinggi di kota New York. Dari atas sini suara klakson mobil yang saling bersahutan, teriakan dan umpatan sudah terdengar sejak matahari memunculkan dirinya. Aroma kopi panas yang menyeruak di tengah-tengah udara New York melengkapi rutinitas pagi itu.

Nadine mengusap wajahnya, sembari menutupi mulutnya yang menguap lebar. Salah satu lengan James menjadi bantal tidurnya, dan mereka berdua tidak mengenakan apapun selain selimut tipis berwarna putih yang menutupi tubuh mereka. Melihat James yang tertidur di sampingnya dengan dengkuran halus merupakan pemandangan indah yang pernah dilihat olehnya. Tanpa sadar salah satu tangannya bergerak untuk mengusap surai gelap pria itu, berusaha setenang mungkin agar tidak membangunkan James.

Nadine bangkit dan mengambil kemeja James yang tergelatak di atas lantai. Ia mengenakannya sembari berjalan ke arah balkon. Membuka tirai  tersebut, dan membiarkan matahari menyinari ruangan tersebut. Jejak embun membekas di pintu balkon yang terbuat dari kaca, membuat Nadine harus menyapunya dengan telapak tangan untuk melihat dua ekor burung yang bertengger di pagar pembatas balkon.

Angin musim gugur yang menghembus masuk ke dalam kamar, membuat Nadine merapatkan kemeja James di tubuhnya. Aroma tubuh pria itu menyeruak ke dalam indra penciumannya. Membuat Nadine merasa selalu dekat dengan pria itu. Nadine berbalik, ia tersenyum melihat James yang merasa terganggu karena cahaya matahari yang mengenai wajahnya. Tapi hal itu tidak bertahan lama, saat pria itu berbalik membelakangi balkon dan menarik selimut untuk menutupi wajahnya.

Memandangi James terus-menerus, membuat Nadine tidak sadar kalau ia sudah berdiri terlalu lama di sana. Jadi ia beranjak dan berdiri di depan cermin untuk melihat penampilannya yang benar-benar berantakan. Rambutnya terlihat seperti induk singa. Menyeramkan. Beberapa bercak merah menandai tubuh Nadine, membuat ia kembali mengingat hal gila apa yang mereka lakukan semalam. James menyentuhnya. Memberikan dirinya ketenangan setelah melihat mobil yang meledak di depan matanya. Tanpa sadar Nadine menggigit bibir bawahnya kala bayangan James yang memanggil namanya saat mereka datang.

Nadine tersenyum menatap James melalui cermin, lalu beranjak keluar dari kamar pria itu dan turun ke lantai satu untuk membuat sarapan. Rambutnya digulung dengan asal dan mulai menyiapkan penggorengan. Dengan kemeja dan rambut yang digulung, Nadine terlihat sangat seksi ketika memasak. Wanita itu menggoreng telur kocok serta bacon yang ditemukannya di lemari pendingin.

Lagu yang dinyalakannya melalui ponsel, membuatnya bersenandung sembari menggerakkan tubuhnya mengikuti irama musik. Tanpa Nadine sadari James sudah berdiri di belakangnya, dengan celana jins yang menggantung di pinggangnya. Memperlihatkan tubuh bagian James yang menggairahkan, ditambah lagi rambut yang terkesan berantakan menambahkan pesona pria itu.

Sembari mengamati Nadine yang terlalu sibuk hingga tidak menyadari keberadaannya, pria itu duduk meja bar yang dengan salah satu tangan yang menopang dagunya. James tidak pernah bosan memandangi Nadine. Apalagi saat ini wanita itu sedang mengenakan kemejanya, yang hanya menutupi sebagian pahanya. Pinggul Nadine yang bergoyang mengikuti irama lagu membuat James membayangkan segala hal yang menyenangkan yang dapat mereka lakukan di atas meja bar dengan sebotol selai kacang. James menyeringai memikirkan fantasinya yang melayang-layang.

Chance Where stories live. Discover now