Bab 38. Episode Malam Minggu

Start from the beginning
                                    

"Pernah."

"Ke Lombok pernah? Gili Trawangan?"

"Pernah juga. Kenapa?" tanya Lyodra balik. Ia sudah memasukkan nasi ke dalam pan. Mengaduknya dengan hati-hati agar tidak tumpah. Aroma masakan mulai tercium membuat cacing-cacing di perutnya mulai berisik.

Samuel membantu Lyodra mengambil piring, meletakkannya di dekat kompor agar gadis itu mudah untuk memindahkan nasi gorengnya nanti. "Kalau Sumba?"

Kali ini, Lyodra menghentikan kegiatannya karena nasi gorengnya sudah matang. Ia mematikan kompor lalu menghadap penuh ke arah Samuel. "Kenapa sih?"

"Nggak apa-apa. Lo pernah kesana nggak?"

"Nggak. Belum pernah," jawab Lyodra. Ia sudah memindahkan nasi lalu berjalan ke arah pantry. Gadis itu duduk disana setelah melekatkan piring berisi nasi gorengnya di meja.

"Liburan bulan depan kesana yuk. Berdua," usul Samuel saat sudah duduk berhadapan dengan Lyodra. Ia terlihat begitu antusias berbanding terbalik dengan raut skeptis dari Lyodra.

"Apa nggak kejauhan?"

"Nggak lah, kecuali kalau gue ngajak lo ke Paris, baru jauh," jawab Samuel. Lelaki itu menarik piring lalu menyuapkan satu sendok nasi ke mulutnya. Mengunyahnya perlahan dan sadar bahwa, ada banyak perkembangan dari rasa masakan Lyodra. Lebih pas takarannya dan enak.

"Kok lo makan nasi gue sih?!" sentak Lyodra. Wajahnya langsung ditekuk dan menatap Samuel kesal. Yang ditatap hanya menaikkan sebelah alisnya tidak mengerti.

"Hah?"

"Itu nasi gue kenapa lo makan?!!"

"Lah, maksudnya?"

Tanpa menjawab Lyodra mengambil alih sendok di tangan Samuel dan menarik piringnya lebih dekat ke arahnya lagi. "Ini punya gue!"

"Mana habis lo segitu, banyak banget. Itu porsi berdua!" seru Samuel tidak terima.

"Nggak kok. Bakal gue habisin!"

Samuel menarik kembali piringnya ke tengah. "Ini berdua, gue bantu masak tadi!"

"Nggak mau! Lo masak sendiri sana!"

Mereka tidak ada yang mau mengalah. Apalagi, Lyodra lebih sensitif akhir-akhir ini. Sedangkan Samuel, memang tidak bisa untuk mengalah meskipun untuk hal sepele seperti ini. Jadilah mereka terlibat drama tarik menarik piring.

"Gue juga lapar kali, pelit banget sih!"

"Gue juga. Ini habis kok kalau gue makan. Lo GoFood aja!" ucap Lyodra dengan tangan tidak mau pindah dari sisi piring, mempertahankan kekuatannya agar nasi gorengnya tidak berpindah ke tangan ke Samuel.

Gigi Samuel bergemelatuk, "bagi nggak!!"

"Nggak!! Masak sendiri sana!!" perintah Lyodra sambil menarik kasar piringnya lalu..

Prang

Lyodra langsung berkaca-kaca melihat nasi goreng yang dibuatnya tadi mendarat sempurna di lantai. "Tuh kan, tumpah," katanya dengan suara pelan dan bergetar.

"Lo sih!" sentak Samuel. "Coba kalau nggak pelit dan ngalah!!"

"Tapi gue emang pengen nasi gorengnya."

Samuel menarik lengan Lyodra dan memaksa gadis itu duduk. "Sekarang makan tuh, gue mau lihat," katanya kasar sambil mendorong Lyodra ke tumpahan makanan tadi.

"Jangan mentang-mentang gue baik, lo ngelunjak ya!" bentak Samuel lagi.

Sedetik kemudian, Lyodra menangkup wajahnya lalu menangis. Ia meluapkan segala emosinya. Samuel tidak pernah mau mengalah dan mengerti. Masih sama otoriter dan menyebalkan. Lelaki itu mana tahu bagaimana ia melewati pagi dengan mual-mual, bahkan makan kadang susah karena endingnya keluar lagi. Sekarang, ia benar-benar ingin makan nasi goreng tanpa berbagi, meskipun tidak jelas alasannya. Tapi, Samuel tidak mau mengerti.

RetrouvaillesWhere stories live. Discover now