Nanti mungkin akan ia cari waktu yang tepat agar bisa meluruskan hal ini lagi dengan Mahen.

Ia harus jemput Rayyan tepat waktu atau mungkin lebih cepat.

Rayyan dan Nenek belum ada dirumah saat Shaka tiba dirumah Nenek. Kata Bibi yang membantu Nenek dirumah biasaya Nenek membawa Rayyan singgah ketempat-tempat yang ingin mereka kunjungi dulu. Mungkin hari ini juga begitu, dalam hati Shaka bersyukur bahwa Nenek melakukan segala cara agar membuat Rayyan tetap bahagia meski jauh dari Mama dan Papa.

Setelah mengirim pesan kepada Nadia, Shaka memilih mnunggu diruang tamu sambil menegak habis sirupnya berhubung hari ini ia kelelahan. Tubuhnya jadi gampang lelah dan pegal-pegal. Ngomong-ngomong lehernya membiru setelah ia cek dikamar mandi sekolah tadi siang. Pantas saja menengok kanan kiri rasanya seperti dipelintir.

Ponsel Shaka bergetar, pesan dari Nenek. Pesan yang berhasil membuat Shaka merasa ditimpa runtuhan dinding besar.

"SHIT!" pekik Shaka. Ia seketika melompat dari sofa berlari kearah motornya dan membawa motornya pergi dari perkarangan rumah Nenek sesegera mungkin.

Sial! Sial! Sial!

Kakak gak guna! Shaka tolol!

Kalau sampai Rayyan kenapa-kenapa, lo mati Shaka! Umpatnya dalam hati.

Motornya membelah lurus jalanan ibu kota yang masih padat. Tanpa sempat memakai jaket, menyampirkan tas bahkan hanya membawa baju seragamnya dan sendal dari rumah nenek, Shaka melaju mengadu ban motornya pada aspal, laksana meminta jalanan agar lebih licin agar ia bisa segera sampai dengan melesat gila-gilaan.

Tuhan, jangan lagi. pintanya dalam hati.

Dunianya runtuh lagi.

Untuk kesekian kalinya Shaka patah lagi, jatuh ke dalam lubang ketakutan. Segala doa dan umpatan untuk dirinya sendiri ia utarakan pada angin sore yang menerpa tubuhnya. Ia berharap angin yang terhempas diatas kulitnya membawa semua gelisah yang tertanam dalam benaknya ikut pergi. Namun bukannya meringan, tubuhnya justru semakin berat.

Tuhan, pindahin sakitnya Rayyan ke aku.

Tuhan jaga Rayyan.

Tuhan selamatkan Rayyan.

Tuhan sembuhkan Rayyan.

Shaka memang terlihat diam dan tenang lewat mata kosongnya. Namun hatinya benar-benar tidak pernah berhenti melafalkan doa pada Tuhan, mengumpat bahkan menyalahkan dirinya sendiri. Semua untuk Rayyan, tentang Rayyan, adiknya, adik yang tengah ia perjuangkan mati-matian.

Jika kau bawa dia, tolong bawa aku juga. Pintanya sebelum motornya sampai diparkiran dan hampir lupa menstandarkannya. Berlari seperti orang kesetanan ditengah huru-hara koridor Rumah Sakit. Di otaknya kini hanya Rayyan berputar-putar dan memusingkan. Dimana Rayyan? Dimana dia? Apa dia baik-baik saja? Shaka bisa mati bila tidak menemukan jawabannya segera.

Shaka berdiri linglung ditengah-tengah Rumah Sakit sembari menahan hancur hatinya, melihat ke sana kemari dengan linglung hingga suara Nenek mengetuk keras pendegarannya bak bunyi petir ditengah malam gelap tanpa berangan.

"Shaka!" panggil wanita tua itu. Matanya merah seolah tengah menyampaikan lukanya pada Shaka. Jangan disampaikan lagi, Shaka sendiri sudah hancur.

Nadia berlari tergopoh-gopoh akibat usianya yang sudah tidak muda lalu menggapai tubuh Shaka masuk ke dalam pelukannya.

"Rayyan kritis..." ucapnya disela tangis yang pecah. Shaka ingin menangis juga. Ayo mata! tumpahkan! Pekiknya dalam hati. Namun lagi-lagi otaknya menentang keras.

Ia justru membalas pelukan sang Nenek, mengelus punggungnya mencoba membuat wanita itu lebih tenang. Lupa bahwa ia sendiri tengah mati-matian melawan takut dan cemas yang menyesakan. Lupa bahwa ia sendiri nyaris hilang waras. Dunianya sendiri sudah retak, membantu dunia orang lain agar tetap utuh sepertinya bukan ide yang bagus.

Isakan nenek dipelukannya, gemuruh didadanya, dan keadaan Rayyan saat ini sudah berhasil membuat Shaka kehilangan pijakan. Harus ada satu orang yang berbisik ditelingannya sambil mengusap kepalanya dengan lembut bahwa semuanya akan baik-baik saja. Dengan begitu gemetar hebat ditangannya, keringat sebesar jagung yang meluncur didahinya juga kewarasannya akan segera kembali meski hanya sebentar. Karena rasanya sangat sakit, terlalu sakit untuk ia genggam sendirian.

­---

Nenek

Shaka, sekarang Nenek lagi dirmh sakiy. Rayyan kolaps, sekrg Lg kritis. Lokasi di rumah sakit Arwana..

Cpt ke sini, kasi tau orang tuamu..



___________________

Buat yg lagi ngerasa sendiri,

Hey! Ada aku! 💜💛
You never walk alone!

Tue. Aug. 25
-HR💜

Shaka's Ending ✔Where stories live. Discover now