BAB 53

11.2K 603 185
                                    

Dalam dunia ini. Semua bisa berubah. Yang baik jadi jahat. Yang sedih jadi senang. Dan yang bertahan akan meninggalkan.
-Rasi Alexander

53. Asing

Senin, hari ini seorang gadis berwajah pucat, rambut digerai dan memakai kursi roda. Iya! Dia Rasi sedang bersama Gavin di lorong sekolah.

Rasi memilih tetap dikursi roda. Karna, dia tidak ingin semua orang tahu kalau dia sudah sembuh total. Gavin sempat melarang membiarkan adiknya memakai kursi roda.

Karna menurutnya, kalau sudah bisa jalan. Ya jalan saja, gak usah pake alat bantu. Tapi Rasi tetap keras kepala untuk memakai kursi roda. Gavin akhirnya mengalah untuk Rasi.

"K.. maafin Rasi ya," Rasi memecah keheningan. Sejak tadi, kakaknya tidak berbicara dengannya. Karna, keputusan yang dia ambil untuk tetap dikursi roda.

Gavin menghentikan langkahnya. Lalu, menatap adik satu-satunya yang dia sayangi. Wajahnya yang pucat, rambut dibiarkan digerai hingga menutupi mata kanannya. Entah, Gavin melihat penampilan adiknya bak seperti hantu.

Gavin berjalan dan berdiri dihadapan Rasi. Dia berjongkok, lalu tersenyum kearah adiknya. Tangan Gavin bergerak menuju rambut adiknya. Dia menyelipkan rambut Rasi yang menutup mata kanan adiknya.

"Gue faham mau lo.." ucap Gavin," lo gak perlu minta maaf."

"Lo gak boleh terus sedih kaya gini."

"Lo harus jadi Rasi yang dulu. Gue gak suka liat lo yang sekarang,"

Rasi yang mendengar ucapan kakaknya langsung menunduk sambil meremas ujung roknya. Gavin melihat tangan adiknya meremas rok. Dia menghela nafas berat.

"Gak udah difikirin omongan gue,"

"Bulan masih bisa bersinar tanpa bintang." Ucap Gavin, dia langsung meraih tangan adiknya. Mengelus tangan Rasi dengan ibu jarinya.

"Jangan karna satu cowo lo jadi kaya gini Ra, lo gak pantes nangisin dia."

Rasi mendongak kepala. Dia menatap Gavin dengan senyum hangatnya.

"Rasi tahu apa yang harus aku lakuin,"

"Yang berjuang akan pergi. Dan yang bertahan akan meninggalkan,"

Kata Rasi. Membuat Gavin tersenyum lebar. Gavin berdiri lalu mengacak rambut adiknya dengan gemas.

"Gue jijik liat lo bucin, udah ayo masuk kelas." Gavin langsung mendorong kursi roda Rasi.

Namun, saat Gavin ingin mendorong kursi roda Rasi. Dia melihat Angkasa bersama teman-temannya dan ada Bianca juga disana sambil memeluk lengan kekar Angkasa.

Gavin langsung melihat ke bawah keadaan adiknya. Ternyata adiknya diam dengan wajah dingin. Mungkin adiknya akan bersikap cuek, pikir Gavin.

"K, jalan aja," Ucap Rasi, lalu dia mendongak kepala menatap kakaknya ," Rasi gak papa."

"Iya," Gavin mulai mendorong kursi roda adiknya.

Angkasa sejak tadi risi mendapat perlakuan Bianca yang terus memeluk lengannya. Teman-temannya hanya sibuk bercanda dibelakang Angkasa.

Dari kejauhan Angkasa menyipitkan mata, melihat Rasi yang sedang berjalan dilorong yang sama dengannya. Tapi, dia dibuat heran dengan penampilan Rasi kali ini.

Dia seperti mayat hidup. Tatapannya pun tidak ada kehangatan lagi. Tidak ada senyum ceria lagi dibibir gadis itu.

Pasti nanti dia akan nangis didepan gue lagi, Batin Angkasa.

ANGKASA [END]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu