14. End of Love

1.7K 319 28
                                    

Author POV

Siang itu sepulang ngampus, Ali diajak ketiga sahabatnya untuk quality time, sekalian main billiar di salah satu kafe hits ibukota. Mereka sudah jarang berkumpul karena sama-sama sibuk. Agak susah membagi waktu antara kuliah, main, dan asmara, apalagi mereka juga punya keluarga yang apapun keadaannya tetap yang utama. Family come first, of course.

Soulmate atau relationship?

Ayolah, dalam persahabatan mereka tak pernah ada cekcok semacam itu, karena urusan asmara ya masing-masing dan sudah memiliki porsi.

"Permisi ...." Seorang pelayan datang menyajikan pesanan mereka, bertepatan dengan Fitra dan Ali yang datang berbarengan.

"Sorry, macet," ujar Ali.

"Bareng lo berdua?" tanya Wira.

"Nggak, ketemu di jalan," jawab Ali. Ia sudah duduk, melepas jas santainya karena kegerahan disusul Fitra disebelahnya.

"Mbak, americano 1, ya, dia yang bayar," lanjutnya sambil menunjuk Fitra.

"Tahan ... jangan ngumpat, di luar panas," sugesti Fitra.

"Hot atau iced?"

"Iced." Ali menjawab, sembari bersedekah dengan memberi seulas senyum. Si pelayan mengangguk, kembali ke dapur menyiapkan pesanan Ali setelah Fitra memesan pula.

"Black card lo limit, ye?" tanya Delta keki.

"No limit, sorry. Jaga ya tu congor lo," ketusnya saat menjawab.

"Gue menang balapan jalan kemari sama dia, taruhannya yang menang traktir minum," tambahnya membuat Wira dan Delta melongo, sisanya, Fitra menahan hasrat untuk tidak memaki.

"Gimana konsepnya bisa balapan, tadi lo bilang macet?" tanya Wira.

"Gak usah ditemenin. Gila," sambar Fitra langsung.

"Dah lah resign, Li, gue jadi temen lo."

Ali mengangkat bahunya, malas membahasnya lagi. Dia juga bingung memikirkan konsep balapannya. Jangankan balapan, mobilnya bergerak saja setiap 2 menit setengah meter.

"Biasanya tiap hari Kamis otaknya emang sering korsleting," celetuk Fitra.

"Nape?"

"Jadi PJ MK ...."

"Hahaha Pak Danu, bukan?" tanya Delta.

"Hooh."

"Makin teladan aja lo." Wira tertawa setelah meledeknya.

"Berisik!" Ali misah-misuh dalam hati. Sudah biasa sekali. Sekalinya kumpul satu sama lain saling bully mem-bully. Padahal semalam di grup chat, mereka sok-sokan drama kangen segala. Ali jadi mengerti, maksud dari motif kangen mereka-- kangen mem-bully. Seharusnya Ali yang pengin resign punya sahabat seperti mereka.

Falcon-nya berkedip berkali-kali di atas meja, Ali mengambilnya sembari mengerutkan dahi. Kayaknya kalau Prilly yang spam WhatsApp nggak mungkin deh. Pikirnya positif.

Baru saja dia berpikir positif, tetapi keduluan malas melihat notifikasi yang masuk terus menerus. Dari anak-anak kelasnya yang ambis.

"De, kata cewek gue lo balikan sama si Vania?" tanya Fitra pada Delta.

"Yoi," sahut Delta antusias. Kemarin anak satu itu sempat galau karena Vania minta putus, soalnya banyak rumor kalau Delta berselingkuh padahal kenyataannya tidak.

Powerpoint in Love 2 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang