10. Everything Fine

1.8K 300 38
                                    

Ali POV

Teriakan cewek-cewek kampus udah biasa buat gue. Ibaratnya, kayak dari sananya emang nggak ada habisnya. Ya, gue sih santai-santai aja sekarang, cuma kadang agak risih sedikit karena ya lo semua tahulah status gue sekarang itu tunangan orang. Jadi, harus lebih jaga hati sama tingkah. Berubah dikit kali biar doi makin cinta.

Omong-omong cinta, gue udah baikan sama Prilly. Soal masalah kemarin, semoga itu benar-benar ending-nya dan cuma sebagai ujian kecil buat hubungan kami. Lagian, gue nggak bakal sanggup tersakiti untuk kedua kalinya. Liat, kan, ganteng yang udah tingkat atas kayak gue aja bisa tersakiti apalagi yang biasa aja. Jadi yang punya muka biasa aja tolong ya, jangan sok-sokan nyakitin cewek. Contoh ni gue!

"Gan, buruan napa! Lama amat ganti bajunya?" panggil Niko dari luar. Apaan lagi ganti baju doang diburu-buru. Gue beli juga ni ruang ganti.

"Bentar!"

"Buruan!"

Orang-orang di sini gak bisa apa ya gak pake teriak. Nggak ada sopan-sopannya banget sama kapten. Habis selesai kelas terakhir, jadwal gue latihan basket bareng tim. Dekat-dekat turnamen gini, gue dan tim harus banget latihan keras supaya bisa bawa nama kampus buat masuk final. Sama kayak di SMA, lagi-lagi gue dikasih kepercayaan buat jadi kapten basket inti kampus. Awalnya, gue nggak mau karena mau fokus kuliah sama ngebucinin Prilly, tapi karena desakan langsung dari salah satu dosen olahraga sekaligus pelatih basket inti kampus, mau nggak mau gue ikut gabung sama UKM ini. Belum lagi, gue mau dicincang sama Prilly kalau nolak dengan alasan mau fokus bucinin dia. Satu-satunya cewek yang gak mau dibucinin, padahal, kan, bucin sama dengan cinta.

Gue keluar dari ruang ganti liat teman-teman gue yang udah pada nunggu. Tapi, sebelum itu gue lebih dulu taruh baju sama hp di loker. Sekalian cari kesempatan, buka pesan WhatsApp dari Prilly.

Fiancee❤️
Semangat, jelek, latihan basketnya. Maaf aku nggak bisa nemenin, sebentar lagi ada kelas. Air minumnya beli sendiri dulu, ya. Love u💜

Gue senyum-senyum kecil baca pesan dari Prilly. Seenaknya banget bilang gue jelek, padahal ganteng gini.

"Astaga, Gana, lo benar-benar, ya. Ditungguin malah senyum-senyum depan loker. Buruan, kita udah ditungguin pak Rudi."

Ini orang punya dendam kesumat apa sih? Gak bisa amat liat orang senang. Daripada makin menjadi, terpaksa gue cuma baca doang chat dari Prilly.

"Iya, iya, berisik!"

Gue langsung jalan ke lapangan, nyusul teman-teman gue yang udah ngoceh-ngoceh nggak jelas. Dari arah berlawanan, 4 orang lari-larian ke ruang ganti. Bisa-bisanya manusia-manusia karet kayak mereka lolos seleksi tim inti.

"Li, tungguin 5 menit!" teriak Delta.

"5 menit gak turun push up 100 kali!" teriak gue yang ujung-ujungnya ditinggal juga sama yang lain.

"1 menit!" Gue mulai ngitung sambil duduk di depan ruang ganti.

"2 menit! 3 menit! 4 menit! 5 menit. Waktu habis!" Gue langsung berdiri terus pergi duluan ke lapangan.

"Kampret!" umpat Fitra dari dalam yang bikin gue ngakak. Nggak lama kemudian mereka berempat nyusul gue sambil lari-lari terus seenaknya main jitak-jitak kepala.

"Woy sakit!"

"Songong lo, sama-sama ngaret juga," gerutu Wira.

"Lebih ngaret siapa?"

"Pindah haluan ajalah kita, Li, ke ring tinju!" seru Fitra.

"Buruan ditungguin tuh," kata Satya yang jalan paling belakang. Tumben ni anak telat juga.

Powerpoint in Love 2 (END)Where stories live. Discover now